[➪] 𝑷 𝑹 𝑶 𝑳 𝑶 𝑮 𝑼 𝑬

2.3K 241 213
                                    


Sayup-sayup dengung pluit pecahkan bunga mimpi yang baru saja terkumpul. Seungmin menggeram dongkol, kesal karena wilayah yang seharusnya tenang masih juga terjajah akan suara.

Bahkan earphone yang sumpal dua lubang telinga masih belum cukup redam gema suara teriakan para pemain basket di lapangan. Seungmin arahkan pupil ke bawah, dari loteng sekolah ia dapat memandang tepat area dimana pantulan bola orange digiring, seharusnya ia ingat hari kamis bukanlah waktu tepat untuk rehatkan lelah di  atap.

Wajah Seungmin segera berpaling, kala sadar seorang siswa bernomor 22 dongakan dagu dan berikan senyum lebar seraya lambaikan tangan riang. Jauh berbeda dengan reaksi sang bocah Kim yang membalas dengan tilikan geli.

Tas yang sempat dijadikan bantalan tidur, si Kim sambar dengan kasar. Berniat untuk angkat kaki, namun tak lama kembali jatuhkan bokong di aspal loteng. Tersadar, sepertinya lebih baik dengar bising pekikan para pemain basket dibanding harus habiskan waktu di rumah bersama suasana sunyi seorang diri.

Netranya terpusat pada langit berawan yang menghampar luas sejauh mata memandang. Indah untuk ditatap namun memuakkan jika mengingat hal seelok ini harus bernama langit.

Krek

Tanpa menoleh, Seungmin tahu siapa siswa yang baru saja datang membuka pintu loteng yang telah rapuh. Seorang pengganggu dengan seragam basket bernomor 22 yang selalu usik kehidupan damai Kim Seungmin di sekolah.

"Kenapa belum pulang? Mau gua gendong sampai rumah?" tawar lelaki seusianya yang sang pemuda Kim ketahui bernama Hyunjin.

Seperti biasa Seungmin tak akan gubris segala rayu menggelitik dari bibir manis penggangu di sampingnya kini. Ia memilih anggap Hyunjin tak ada dan kembali lanjutkan aktivitasnya memandang langit.

Mendadak ia teringat akan benda yang baru saja ia ambil diam-diam dari Pak Lee yang merupakan penjaga rumah yang ia tinggali. Sebuah batang nikotin yang ia paham sebagai penawar segala pikiran berat yang kacaukan akal dirogoh dari dalam tas.

"Lu ngerokok?"tanya Hyunjin tertegun kala sadari di antara kedua jemari lentik Seungmin telah tersisip sebatang sigaret  yang belum terhisap.

"Pengen nyoba aja." balas Seungmin singkat.

Baru saja ia hendak tempelkan ujung rokok ke belahan bibir, Hyunjin lebih dahulu menangkis tangan kurus si Kim hingga benda putih di tangan terjatuh sia-sia ke lantai.

Seungmin hendak suarakan protes, namun lelaki dengan seragam basketnya telah lebih dahulu menahan ucapan Seungmin dengan sebatang pocky berperisa strawberry yang Hyunjin masukkan ke dalam rongga mulut celangak sang pemuda Kim.

"Lebih enak kan daripada rokok?"ujar Hyunjin seraya mengacak surai hitam sang pemuda Kim dengan gemas.

Biskuit berlapiskan coklat strawberry yang menyentuh indra pengecap terpaksa sang pemuda Kim gigit. Bagaikan sebuah sihir ajaib, rasa manis yang penuhi area mulut berhasil redam segala kekesalan yang bersiap ingin meledak.

Manik Hyunjin yang tangkap binar takjub Seungmin akan makanan ringan yang ia bawa, segera berikan camilan dengan bungkus kotak pink seluruhnya kepada pemuda berpipi gempal di sampingnya.

"Kebetulan tadi dapet dari adek kelas pas latihan basket, sayang gua ga suka makanan terlalu manis. Jadi buat lu aja daripada mubazir."ucap Hyunjin yang disambut senang hati oleh Seungmin.

Hyunjin tak bisa lunturkan senyum kala saksikan reaksi menggemaskan Seungmin yang sedang sibuk mengunyah. Merasa diperhatikan, si manis tawarkan sebatang pocky kepada lelaki di sampingnya yang sedang bertopang dagu berikan afeksi penuh pada Seungmin.

ɴᴇxᴛᴇʀᴅᴀʏ - sᴇᴜɴɢᴊɪɴ [2/2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang