。25。

1.4K 200 168
                                    


ᴍʏ ᴀɴsᴡᴇʀ ɪs ʏᴏᴜ

🌸

Di dalam rubik berukuran 3x3 dengan monokrom yang mendominasi, terdiam Hyunjin amati koper dalam posisi bersebrangan dengan bimbang. Berkutat pada perenungan sukma tentang langkah yang ia tetapkan.

Kehidupan Sam tak inferior sama sekali, hanya saja terlalu banyak hal yang harus ia lepaskan di kehidupannya sebagai Hwang Hyunjin yang sudah delapan belas tahun ia pintasi.

Celotehan ceriwis sang ibunda, segala rentetan medali olimpiade renang yang bersarang gagah dalam almari kaca, para sahabat dengan canda tawanya yang tak akan terganti. Terutama ada hal yang benar-benar sulit ia tinggalkan, yaitu pemuda manis yang sudah temani setiap detik berharganya selama dua tahun.

"Mine, apa keputusan aku udah tepat? Kamu bakal bahagia kan walaupun tanpa aku?"monolog si Hwang pada layar ponsel yang tampakkan potret ceria sang pemuda Kim yang menggendong boneka anjing favoritenya.

Sejujurnya sangatlah berat lepaskan Kim Seungmin begitu saja, tetapi tatapan berkilat penuh amarah yang selalu lelaki manis tersebut pendarkan pada Hyunjin selalu berhasil buat pemuda tampan tersebut ambil langkah mundur. Harus Hyunjin akui ia terlalu pengecut hadapi segala perkara yang terjadi antara dirinya, Seungmin dan juga Sam.

"Jin, ada Sam."sahut Jeongin yang baru saja menerobos masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Hyunjin bergegas matikan layar telepon genggam, kaburkan mimik getir sebelum putuskan tinggalkan area kamar untuk temui sang kembaran yang terduduk di sofa ruang tengah.

Lelaki dengan hoodie abunya sedikit heran kala sadari jika Sam tak berpakaian santai seperti biasa, pemuda yang memiliki paras serupa dengannya memakai setelan stylish serba hitam bersama koper besar hitam yang Sam letakkan tak jauh dari rak buku.

"Lu kabur dari rumah? Jangan lah, Hwang Hyunjin gaada yang namanya kabur-kaburan jadi anak durhaka."sahut Hyunjin coba peringati sang kembaran. Resah andaikata Sam ciptakan  masalah dan berakhir sakiti perasaan sang ibunda yang mati-matian Hyunjin jaga.

Manik mata Sam berotasi jengah mendengar spekulasi sepihak Hyunjin. Dengan tangan terlipat di dada dan pandangan angkuh yang tak pernah luntur, Sam berjalan mendekati Hyunjin. Sisakan jarak sejengkal yang membuat sang kembaran tersentak.

"Dengerin gua, ini tentang Seungmin."titah Sam yang seketika memicu ketegangan pada sendi Hyunjin kala mendengar nama sang mantan kekasih disebut.

"Tiga hari lalu gua ketemu Seungmin, dan gua nyuruh dia buat milih diantara lu dan gua siapa yang harus pergi."

Alis Hyunjin refleks menukik, memindai pupil coklat pemuda bermarga sejenis meminta sebuah penjelasan lebih atas pernyataannya yang terdengar serampangan. Namun Sam memilih balikkan tubuh dan kembali jatuhkan bokong pada sofa. Tak peduli dengan Hyunjin yang masih berdiri dengan tangan terkepal.

"Mungkin sepuluh menit lagi dia akan kesini, disaat itu siapapun yang Seungmin pilih kita bisa kan terima dengan lapang dada?"saran Sam yang lebih terdengar sebagai desakan. Hyunjin memilih tak menggubris, pilih duduk di atas lantai tanpa alas dengan batin kacau yang masih berkecamuk.

Jarum panjang pada jam dinding tunjukkan jika lima menit telah berlalu, sungguh atmosfer yang lingkupi kedua saudara kembar tersebut semakin terasa canggung. Bahkan Jeongin yang biasa menjadi penengah ikut bungkam.

Merasa jengah, akhirnya Jeongin putuskan angkat bicara dengan manik yang tertuju pada koper besar yang Sam bawa. Bermaksud cairkan suasana mencekam dengan segelintir candaan,

ᴛʜʀᴇᴇ ᴅᴀʏs ʟᴀᴛᴇʀ - sᴇᴜɴɢᴊɪɴ [1/2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang