Prolog

141 25 0
                                    

Di setiap sisa malamku yang sunyi, dia hadir. Berdiri diam, menatapku tanpa mengucap sepatah kata. Aku pun melakukan hal yang sama. Mau seberapa banyak kekuatan yang kukerahkan untuk berbicara, sebanyak itu pula penolakan yang kudapatkan dari diri sendiri. Entah mengapa.

Siapa dia? Kenapa dia memandangku dengan mata itu? Kenapa mata indah itu seakan menangis, walaupun tak setetes pun air yang ke luar dari sana? Apa maksud semua ini?

Ada banyak tanya di kepala, namun lagi-lagi aku hanya diam membisu, meniru gayanya. Terkadang dia datang menghampiri, namun mendadak kembali ke tempatnya semula saat tinggal beberapa langkah lagi di depanku. Sebenarnya ada apa?

Tetapi lagi-lagi kami hanya diam di posisi semula. Menatap lagi dan lagi. Diam tanpa suara. Terus seperti itu sampai sinar matahari menelisik masuk, mengusik tidurku.

Dia, si mahluk tampan pendiam itu, memanglah tokoh utama yang terus menjadi bintang tamu di mimpiku. Bahkan dia sudah jadi pemain tetap. Tak tergantikan, walaupun ada karakter baru yang muncul. Perannya pun selalu sama. Membosankan menurutku. Tapi dialah yang menjadi teman di tengah kesendirian ini.

Kau bertanya, siapa dia? Jelas. Aku pun tak tahu jawabannya.

Seberapa kuat aku mengingat kenangan selama aku hidup pun, tak ada satu orang pun yang sama atau bahkan mirip dengannya. Aku bahkan sudah berkonsultasi dengan para ahli, tapi yang mereka ucapkan hanya, 'Mungkin dia adalah orang yang berasal dari masa lalumu.' Yang lain berkata dia hanyalah karakter yang kubuat untuk menjadi teman. Namun aku jadi bertanya pada mereka, apa sebuah karakter bisa jadi begitu presisi sampai-sampai selalu hadir di mimpiku sejak sepuluh tahun lalu. Mereka lalu menjawab, 'Mungkin saja.'

Apakah memang bisa seperti itu?

Aku kembali pada kenyataan. Mataku menatap ke sekitar, dengan tangan kanan yang sambil menyisir rambut ke belakang. Sunyi. Jalanku linglung sejenak, namun kembali normal setelah beberapa langkah dipijak. Melewati tumpukan kanfas dengan karakter yang sama. Si pendiam tampan dengan baju kerajaan Korea dari berbagai sudut dan ekspresi yang kukarang sendiri.

Dialah muse-ku. Si pendiam tampan yang sukar sekali dilupakan.

Bahkan sebanyak apapun waktu berlalu setelah saat itu, dia tetaplah menjadi penghuni tetap otakku. Menemani di tengah kesunyian yang menenggelamkan diri dalam kegelapan.

ㅡ.

In My Dream [JYI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang