1. Lucifer Morningstar

7.6K 728 97
                                    

"Call me Lucifer Morningstar."

Orang yang diajak bicara itu hanya mengernyitkan alisnya karena heran dengan nama lelaki pendek dihadapannya. Jaman sekarang, masih adakah nama seperti itu?

"Baiklah, Lucifer Morningstar. Umur?"

"Haruskah saya menjawabnya?" Petugas resepsionis itu mengangguk.

"Tch, ini sangat merepotkan sekali," Lelaki pendek tersebut akhirnya merogoh saku dan mengeluarkan sebuah kartu yang berisikan identitas nya. Tentu saja itu bukan kartu identitas asli, karna asalnya bukan dari bumi.

"Baiklah Tuan Lucifer, mari saya antar ke ruangan anda."

"Oh tidak perlu. Saya bisa sendiri. Lagipula saya tidak buta."

Resepsionis tersebut hanya tersenyum canggung mendengar jawaban Lucifer yang kelewat sarkas. Akhirnya Lucifer mengambil kartu akses kamarnya dan bergegas untuk menuju lantai 12. Dia menaiki lift, sedikit bosan karena perjalanan menuju lantai 12 memakan waktu yang tidak sebentar. Dia pun akhirnya berkaca pada pintu lift yang lumayan bisa digunakan untuk melihat pantulan dirinya.

"Masih tampan, sepertinya gue harus sedikit memangkas poni. Terlihat seperti lelaki Korea yang suka menari-nari jika ada poni seperti ini," Lucifer merapikan poninya dan kembali berdiri tegak. Tak lama, dentingan pintu lift terdengar. Lucifer berjalan dengan membawa jasnya yang sekarang tergantung di salah satu lengannya. Dia berjalan santai menuju kamarnya yang bernomor 236.

Merogoh saku untuk mengambil kartu akses kamar, Lucifer melakukannya dengan sangat elegan. Begitu pintu berhasil terbuka, belum sempat dirinya masuk, ada seseorang yang mendahuluinya masuk ke ruangan yang seharusnya menjadi kamarnya.

"Who the fuck are you?!"

Lelaki bermata sipit itu bukannya menjawab, ia malah menarik masuk tubuh Lucifer dan menutup kembali pintu ruangan.

"Hah hah," lelaki sipit itu masih berusaha mengontrol nafasnya yang putus-putus. Saat tersadar jika tatapan tajam dari sang pemilik ruangan terpancar padanya, apalagi ditambah posisinya yang bersidekap, entah mengapa aura detik ini terasa mencekam.

"Sebelumnya, maafin gue. Gue akan menjelaskan kenapa gue nekat menerobos masuk ke dalam ruangan lo ini."

"Bagus, karena gue sedang menunggunya sekarang."

Akhirnya lelaki bermata sipit itu mulai membuka mulut.

"Gue habis dikejar tante-tante. Temen gue yang seharusnya melayani dia, tapi di limpahin ke gue. Gue kira perawan ting-ting. Ternyata perawan alot!"

"Dan sorry gue langsung nerobos aja, gue lagi keadaan genting. Nggak bisa kongsi dulu."

"Gue minta maaf sebesar-besarnya."

Lucifer terdiam mendengar penjelasan lelaki sipit didepannya.

"Oh jadi gitu. Oke. Penjelasan diterima. Jadi kapan lo akan keluar dari ruangan gue?"

"Hngg... Bisa gak nanti subuh?"

"WHAT? Nggak!"

"Please. Gue bakal ngelakuin apapun asal lo izinin gue untuk tinggal disini sampai subuh."

Tanpa ragu, Lucifer menjawab.

"Okay, then. You can stay."

"Thank you....?"

"Lucifer."

"Thank you, Lucifer."

Selepas lelaki sipit itu berterimakasih, Lucifer akhirnya melenggang pergi masuk lebih dalam ke ruangannya. Ia ingin mandi, karena demi apapun, badannya terasa seperti baru saja berendam dalam got.





to be continued

HEIIIIIIII GUE BAWA YANG BARU NIH, LANJUT APA KAGA WOE JUJUR AJA INI CERITA LANGSUNG TERLINTAS AJA TADI SIANG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HEIIIIIIII GUE BAWA YANG BARU NIH, LANJUT APA KAGA WOE JUJUR AJA INI CERITA LANGSUNG TERLINTAS AJA TADI SIANG. DAN MISAL KALIAN PENGEN LANJUT, MAAF KALO NANTI UPDATE NYA AGAK LAMA SOALNYA GUE SKRG UDAH KERJA HEHEHE ✌

SEE U THEN✨

LUCIFERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang