SATU DULU YA

10 3 0
                                    

Nama gue? Marsha. Dah jangan nanya yang lain dulu, gue lagi meditasi di depan gerbang SD gue.

Sejak gue lulus SMA, gue jadi ngegabut gila ga jelas. Gue gak kuliah, otak gue butuh istirahat penuh karena kelas 3 SMA bener-bener buat gue stress ga nanggung. Tempo kemarin gue telfonan sama temen gue, dia cerita dikasi kado binder dan merosot cerita ke jaman SD yang sering main binder tukeran harvest. Dan di sinilah gue di depan SD gue.



































Gue mau jualan harvest.
































Hidup gue ga susah kok, seperti kata gue tadi, lagi gabut. Gue samperin adek-adek yang memang kebetulan lagi main binder. By the way ini sudah jam pulang sekolah, jadi bebas orang keluar masuk.

"Hai adik, lagi ngapain niihh?" tanya gue dan jongkok di samping mereka yang lagi tuker-tukeran binder.

"Lagi main kak, eehh itu punya aku jangan diambil dong!!!"

"Kalian ada sisa uang jajan gak?" Oke gue tau, gue kayak orang bego.

"Kakak mau malak kit—"

"Enggak kok enggak!!! Kak...." Gue keluarin harvest dari tas gue, bentar, kok gue merasa kayak jadi sales yang nawarin produk alat masak ya. "Kakak punya kertas binder, ni harvest, pasti kalian suka kannn. Beli yuk 5ribu dapet 3."

"Huaaa!!!! HARVESTNYA BAGUS BAGUSS!!!" pekik mereka serempak, gue kasih mereka buat dipilih-pilih.

Tiba-tiba ada yang nepok bahu gue tiga kali, kayak gedor pintu. Gue pun balik badan dan berdiri. Seketika bulu kuduk gue berdiri, bukan liat setan, tapi liat mantan gebetan pas SD yang gue taksir selama 3 tahun.

"Marsha kan? Inget gue?" tanya dia.

Gue diem. Selain merinding, gue ngerasain hal lain di muka gue.

"HOT DAMN!!" pekik gue. Bingung ya?




























Gue bersin di depan dia, keren kan bersin gue. Dan dia reflek tutup matanya, kagetlah kena hujan yang cuman muka dia doang yang basah.

"Ma...maaf." Gue sodorin tisu yang kebetulan ada di kantong celana, tisunya baru kok tenang aja.

Sweater gue ditarik sama adik yang mau beli binder gue.

"Ini kak uangnya, kita semua beli."

Widihh binder gue laris manis. Gue pun ucapin makasih terus high five satu-satu adik SD itu dan ngacir gitu aja. Memang ya kalau sudah berurusan sama uang, kita bakal lupa sama yang lain.

Tangan gue ditarik sama yang tadi samperin gue. "Gue nanya loh tadi," ucapanya.

Ini contohnya, "Ohiyaiya maaf maaf. Iya gue Marsha, kenapa?" Kayaknya gue harus sekolah lagi.

"Inget gue?"

Gue diam, padahal gue sudah tanda dia dari awal tapi gue tatap dia seolah-olah sedang menguras memori untuk mengingat siapa dia.

Padahal sebenarnya gue ingin menguras rasa rindu ini terhadap wajah yang sudah berpisah dengan gue selama 6 tahun.

STOP!!! GUE GAK MAU CLBK!!!

Gue hentakin tangan gue yang masih dia genggam. Dan pergi begitu saja.

































Gue, si culun yang tak tau malu, tak ingin mengingat dia lagi.

Dirga,

gue gak mau ingat lebih siapa lo.

-&-

Huehuehueeeee
Ga tau nulis apaan:(((
Tolonggg corona membuat ku gila!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trust You??!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang