P R O L O G

24 1 1
                                    

"kalian tau sugar baby 'kan?" tanya Adara seraya menatap kearah dua sahabatnya -Radhika dan Sasi- yang saat ini sedang duduk di hadapannya seraya menyesap jus Alpukat.

"tau lah! yakali jaman sekarang nggak tau istilah sugar baby, kenapa emang?" jawab Sasi seraya menyerngitkan keningnya.

Adara menghela napasnya dengan pelan "menurut kalian kalau gua jadi sugar baby gimana?"

"Anjing! lu kenapa sih Dar? jangan bilang lu kurang duit ya? mau berapa? sebut aja sini! biar langsung gua transfer." seru Radhika sewot seraya meraih hadphonenya yang sejak tadi tergeletak di atas meja.

"apaan sih?! gua nggak kurang duit, saldo di ATM gua masih banyak!" jawab Adara sengit.

"terus kenapa lu tiba-tiba ngomong mau jadi sugar baby? nggak usah ngadi-ngadi deh lo!" balas Radhika seraya menatap tajam kearah Adara.

"kok lu ngegas sih?!"

"ya lu juga ngeselin bangsat!"

Sasi hanya bisa menghela napasnya dengan pelan, sudah biasa melihat kelakuan Adara dan Radhika yang seperti kucing dan tikus. Keduanya sama-sama keras kepala dan gede gengsi.

"guys, stop! malu tau nggak di liatin sama mereka, kalian nggak capek apa ribut terus?" geram Sasi seraya menatap tajam kearah Adara dan Radhika.

"Dara noh yang duluan mancing-mancing gua, udah gila temen lo!" Radhika menyahut seraya menunjuk tepat di hadapan wajah Adara.

"gua cuma nanya, lo aja yang emosian!" jawab Adara seraya menyingkirkan telunjuk Radhika.

"kenapa tiba-tiba lu mau jadi sugar baby?" tanya Sasi seraya menatap lekat kearah Adara.

Adara terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menjawab "nggak tau."

"jawaban macam apa itu?!" kembali Radhika menjawab dengan sewot.

"Radhi bisa diem 'kan?" ucap Sasi seraya mentap tajam kearah Radhika yang berada di sebelahnya.

Radhika berdecak kesal lantas meraih rokok dan menyalakannya dengan pematik sebelum akhirnya menghisapnya dengan kuat dan menghembuskan asapnya.

"Adara ada apa?" tanya Sasi lembut seraya meraih tangan Adara.

"Lu tau om Javier 'kan? dia nawarin gua buat jadi sugar baby nya dia." jawab Adara

Sasi menyerngitkan dahinya "Om Javier yang mana sih?"

"Om-om yang ngajakin lu kenalan minggu lalu waktu kita ke Club bukan sih Dar?" Tanya Radhika seraya membuang puntung rokoknya ke lantai kantin kampus lalu kemudian menginjaknya agar bara apinya padam.

Adara menganggukan kepalanya "Iya yang itu, lu inget?"

"Inget lah, kan di antara tuh om-om cuma dia doang yang mukanya gak mesum!" Jawab Radhi seraya menyeruput kembali jus alpukat miliknya.

"Oh, yang paling kalem itu 'kan? Yang minum soda doang kalo gak salah?" Lanjut Sasi.

"Iya yang itu, Sas."

"Terus lu terima tawaran dia? Nggak 'kan Dar?" Tanya Sasi seraya menatap serius Adara yang saat ini terlihat sedang menarik napasnya dengan kasar.

"Iya gua terima." Cicit Adara.

Radhika reflek menggebrak meja kantin dengan kencang, membuat seluruh pasang mata menatap ke arah mereka yang kebetulan duduk di tengah kantin.

"BANGSAT!"

"Radhi stop!" Geram Sasi seraya menarik tangan Radhika kencang sehingga membuat laki-laki itu kembali duduk di bangkunya.

"Temen lo tuh udah beneran gila Sas! Biar apa sih lo jadi sugar baby gitu Dar? Mau belajar jadi jalang? Iya?! Jawab brengsek!"

Radhika dan segala emosinya yang meledak-ledak, Adara hanya bisa memejamkan matanya ketika mendapati Radhika yang terus saja mengumpat kasar kepada dirinya. Apakah Adara marah? Tidak sama sekali. Perempuan itu sudah biasa, Adara dan Sasi sangat hapal dengan kebiasaan Radhika yang selalu meledak-ledak ketika marah. Radhika memiliki masalah dalam mengontrol emosinya, tapi meskipun begitu Radhika adalah laki-laki yang sangat melindungi Adara dan Sasi. Radhika tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh sahabatnya, di balik sikap kasarnya Radhika adalah laki-laki baik dan penyayang.

"Gua nggak tau." Jawab Adara pelan seraya menundukan wajahnya.

"Kalo bukan karena masalah financial kenapa lo mau aja nerima tawaran dia?" Tanya Sasi.

"Karena gua ngerasa sama Om Javier itu gua kaya punya Ayah. Dia baik, care dan sejauh ini dia nggak pernah macam-macam. Gua beneran kaya nemuin sosok Ayah di Om Javier, walaupun gua nggak pernah tau Ayah gua kaya gimana." Jelas Adara seraya menatap lekat ke arah Radhi dan Sasi.

Radhika dan Sasi terdiam di tempatnya, Radhika yg sejak tadi sekuat tenaga sedang melawan emosinya tiba-tiba saja langsung luruh ketika melihat bagaimana Adara menatap sendu ke arahnya. Radhika kemudia meraih tangan Adara dan menggenggamnya dengan lembut.

" Lo yakin cuma itu alasannya?"

"Iya, lagian gua juga takut kali di apa-apain sama dia."

Radhika mendengus "Lo takut di uboxing tapi sok-sokan jadi sugar baby, tolol namanya!"

"Dar, mending lo batalin deh tawaran sama om Javier. Dia udah nikah 'kan? Lo jangan sampe jadi pelakor ya, walaupun gua tau kalo pelakor semakin di depan." Ucap Sasi.

"Gua nggak bisa Sas, gua udah terlanjur nyaman sama dia." Jawab Adara lesu.

"Lu tau nggak Dar konsekuensi lo jadi sugar baby apa?" Tanya Radhika seraya menatap serius kearah Adara.

Adara menggeleng "enggak, emang apaan?"

"Kalo nggak di unboxing ya lo di buang, mending kalo di buang lo masih perawan. Tapi kalo tiba-tiba lo di buang setelah lo di unboxing gimana?" Jawaban dari Radhika membuat Adara terdiam kaku di tempatnya.

"Belom lagi kalo orang-orang tau, walaupun yang salah sebenarnya itu Om Javier tetep orang-orang bakal nyalahinnya lo. Yang di hujat satu negara juga pasti lo bukan om Javier, lo pasti di anggap duri di rumah tangga mereka walaupun gua tau lu sama sekali gak ada niat buat ngehancurin rumah tangga mereka." Lanjut Sasi yang semakin membuat Adara terdiam di tempatnya.

Adara tidak menyalahkan ucapan Radhika dan Sasi, karena apa yang mereka ucapkan memang benar. Seharusnya Adara menolak saja waktu Javier menawarkan sebuah hubungan di atas kertas, tapi sayang Adara tidak bisa menolak kenyamanan yang di tawarkan oleh Javier.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DARA MANISKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang