alkisah disebuah negeri antah berantah hiduplah seorang pemuda bernama hilman, setiap hari ia berlatih bela diri bersama ayahnya yang konon adalah seorang pendekar tertua di negeri tersebut. ia diajari ilmu beladiri, dan berbagai macam keterampilan bertarung, karena ia sangat diharapkan menjadi penerus ayahnya untuk memberantas kejahatan di negeri tersebut. ibunya seorang puteri yang cantik jelita, menurut kisah yang didengar, ibunya dulunya seorang puteri kerajaan yang diselamatkan oleh ayahnya ketika kerajaan tersebut kalah di peperangan, dua puluh tahun sebelum ia lahir.
diusianya yang masih cukup muda, hilman sudah mahir berburu binatang dihutan untuk kemudian dijual atau dijadikan makanan sehari hari. selain berlatih menjadi pendekar, ia juga rajin membantu ibunya mengumpulkan kayu bakar untuk memasak, dan memperbaiki perabotan rumah.
pada suatu hari, tibalah ujian akhir agar ia lulus dan menjadi pendekar, ujian tersebut di buat sedemikian rupa seperti nyata oleh ayahnya, akankah ia berhasil melewatinya ?
....
tibalah hari ujian dimana hilman akan menjadi seorang pendekar. pada hari itu iya diajak oleh ayahnya berjalan menyusuri hutan dan menyeberangi lautan. menuju sebuah pulau yang belum pernah ia jajaki sebelumnya. "dimanakah kita sekarang ayah ? " tanya hilman pada ayahnya sambil membersihkan sisa sisa lumpur di kakinya. "kamu akan mengetahuinya,bersabarlah dan simpan semua rasa penasaranmu" jawab ayah nya dengan tenang.
sesampainya mereka di sebuah gubuk, ayah hilman berkata "masuklah, ada seseorang yang harus kau temui " tanpa bertanya ia pun mengetuk pintu gubuk tersebut, lalu pintu dibukakan oleh seorang wanita tua dengan rambut putih tergerai hingga mata kaki, tubuhnya yang ringkih bisa dipastikan ia mendekati 80 tahunan. wanita tua tersenyum dan mengangguk, mengisyaratkan agar masuk kedalam gubuk. dan ia lihat di dalam gubuk ada sebuah ruangan hanya ditutupi dengan tirai didalamnya ad seseorang sedang duduk, tapi ia tidak bisa mengenalinya dan wajah ny tidak tampak.
"hilman, silahkan duduk" ujar lelaki tersebut. hilman pun terkejut karena lelaki tersebut mengetahui namanya, iapun segera menguasai dirinya kembali dan terus fokus pada lelaki tersebut. "aku tahu apa maksud kedatanganmu kemari, menginaplah beberapa hari disini," suara lelaki tersebut sangat teduh namun berwibawa "terimakasih tuan, tapi saya datang kesini bersama ayah saya" ujar hilman menunduk. "tenang, ayahmu sudah pergi kembali ke desa mu, sekarang kamu sendiri akan tinggal bersama kami disini beberapa hari".
lalu wanita tua mengunci pintu gubuk dan meninggalkan mereka berdua didalam gubuk. " hilman, kamu harus melaksanakan 3 ujian ini. " lelaki kembali bersuara, "apa itu tuan ? " hilman tidak bisa menyembunyikan gugup dan takut, "pertama, kamu harus membunuh wanita tua yang menyambutmu pertama kali, kedua, kamu harus membuang jasad wanita tua yang sudah kau bunuh ke dalam danau di tengah hutan, dan yang terakhir, setelah matahari terbenam sehari sehabis kamu membuang jasad tersebut, kamu harus terjun dari tebing di tepi pantai sana" ujar si lelaki tegas
hilman pun berfikir sejenak, apakah ujian harus seberat ini ? bagaimana bisa ia dilahirkan dan dibesarkan ditengah keluarga baik baik dan sangat menjunjung tinggi norma dan nilai nilai disuruh membunuh seorang wanita tua ? kalaupun terjun dari tebing, ia masih sanggup dan berani melakukan nya, lalu membunuh ? apakah ia harus menjadi seseorang yang keji yaitu membunuh ?
....matahari baru saja terbenam, semburat mega merah samar samar terlihat diufuk barat. sesekali makhluk makhluk malam bersahutan, berkabar bahwa gelap telah tiba dan waktunya mereka bekerja . hilman masih duduk beralaskan daun, ia merenungkan perintah gurunya. seberapa keras ia berfikir tak jua ia temukan jawaban yang menenangkan sesak didadanya.
akhirnya ia beranjak menuju danau di hutan. ia hendak mendinginkan segala panas dan meredamkan kecamuk fikirannya. ia butuh ketenangan sejenak. air dingin danau malam itu tak ia rasakan. ia masih menatap jauh termangu, dan ia tidak sadar kalau ia membenamkan dirinya di danau. seketika ada dorongan dari dasar danau melempar dirinya ke tepi danau, dan ia pun terkejut. ia tersungkur di tepi danau, tubuh ny yang basah bercampur tanah kecokelatan. ia mengerjapkan matanya berusaha menyadarkan diri, apa sebenarnya yg terjadi tadi....
sesosok bayangan bergerak cepat melewatinya, samar samar cahaya bulan malam itu membuat wajah si pemilik bayangan nampak. "segera selesaikan ujianmu" tiba2 seseorang berbisik pada hilman. ia terkejut, kebingungan mencari asal suara. ia celingukan matanya mengawasi keadaan sekitar, suara burung hantu semakin jelas, angin malam bertiup semakin dingin. namun matanya menemukan sesuatu yang tak ia duga, jantungnya berdegup kencang, ia menggigil, bukan karena tubuhnya yang masih basah, bukan pula karena cahaya bulan yang masih samar malam itu, tapi ujian nya lah didepan mata. sang wanita tua tepat berdiri dihadapan nya !
"apa ini waktu yang tepat ? " ujar hilman dalam hati. sang wanita tua tersenyum, "kemarilah anak muda, aku akan membantumu menyelesaikan ujianmu".hilman tercekat, terbelalak, bagaimana bisa wanita tua itu tahu tujuannya ? malaikat kah ? atau ia memiliki kekuatan supranatural melebihi guru nya ?. hilman masih gemetaran, ia mendekati wanita tua tersebut, wanita tua hanya tersenyum. hilman mengatur nafasnya perlahan. malam baru terasa dingin baginya, ia gugup, ia bingung, apa yang harus ia lakukan selanjutnya. " ambil ini wahai anak muda, " sang wanita tua memberikan sebuah tanduk rusa yang runcing, sangat tajam sehingga cahaya memantul dari ujungnya, "tikamlah aku menggunakan ini" sang wanita tua tersenyum tenang, tidak ada ketakutan sama sekali di wajahnya. hilman mundur, ia masih takut. atau mungkin ia yang akan terbunuh, fikirannya berkecamuk, namun ia harus tenang dan menyelesaikannya. "ingat tujuan awalmu anak muda, kau harus melakukan semua rangkaian ujian, selepas itu, apapun yang datang padamu terimalah" pesan sang wanita tua, hilman mengambil tanduk tersebut, mengumpulkan keberaniannya. ia mendongak ke langit, menghela nafas. setelah dirasa tenang, ia menatap sang wanita tua, sang wanita tua tersenyum, lalu segera ia tikam ulu hati wanita tua tersebut, wanita tua tersungkur jatuh, yang keluar dari luka tikaman bukan lah darah segar, melainkan darah hitam pekat berbau busuk. hilman terduduk, tanduk masih ia genggam dan berlumuran darah hitam tersebut, segera ia sadar, cepat2 ia buang tanduk tersebut kedalam danau, lalu ia seret mayat wanita tua menuju danau, ia gemetaran, namun tekadnya jauh lebih kuat, ia membiarkan mayat wanita tersebut tenggelam di danau, bersamaan dengan cahaya bulan yg semakin terang....
matahari siang itu sangat panas, namun tidak dengan hatinya yang terasa dingin, setelah membunuh sang wanita tua, gilirannya hari ni, terjun dari tebing di tepi pantai.
ia masih belum berani menemui sang guru, ia bertekad harus menyelesaikan ujiannya, barulah ia mampu berdiri tegak menemui sang guru.
.....
senja pun tiba
ia sudah melewati hari ini dengan kegelisahan, namun saat ini ketakutannya mulai memudar seperti cahaya mega merah di barat yang perlahan sirna.
ia sudah tiba di atas tebing sejak sore tadi, menikmati angin laut, dan matahari terbenam, ia akan menyelesaikan ujian nya malam ini. ia tersenyum
ia teringat ayahnya, ia rindu. ia tak ingin mengecewakan ayahnya, ia harus segera menyelesaikan semuanya....
angin malam itu begitu pelan bertiup, menerbangkan anak anak rambut hitam hilman yang sepekat malam, sesekali ia menyibak rambut ikalnya yang hampir sebahu.
cahaya bulan tepat jatuh diwajahnya, ia sudah bermandikan cahaya purnama. ombak berdebur seakan saling berbisik perlahan pada bebatuan karang, menerka nerka apa yang akan terjadi selanjutnya pada hilman.
setelah sejak sore duduk ditebing sambil menikmati sisa waktu yang ia rasa begitu berharga sembari mengumpulkan nyali dan meyakinkan tekad dan diri. ia yakin, selepas ini ada banyak hal tak terduga, mungkin saja kebahagiaan bertubi tubi. sekelebat wajah teduh ayah dan pesona jelita ibunya terbayang, lalu tiba tiba ia teringat wanita tua yang ia tikam malam kemarin. ah, mengapa hatiku perih mengingatnya ? fikir hilman. ia cepat cepat mengusir pemikiran nya yang tak karuan, ia harus fokus pada tujuan awalnya.
rembulan tepat diatas kepalanya, beratapkan langit dan beralaskan bumi, tekad nya sudah bulat, ia berdiri tegap. seraya berkata "aku akan baik baik saja" ia tersenyum bangga, bahwa dirinya kuat menjalani ujian sampai akhir.
ia melangkah menuju ujung tebing, gemericik air laut sesekali mengenai wajah nya, namun ia tak bergeming, ia tetap maju, dan...
byurrrr
lelaki gagah berambut ikal hitam pekat itu di telan ombak malam purnama.
--------" bangun..." suara lirih wanita muda terdengar,bahkan hampir parau, seperti berhari hari menangis. wanita tersebut mengguncang guncang tubuh lelaki dihadapannya.
tiba tiba lelaki tersebut menggerakkan jemarinya perlahan, lalu mengerjapkan matanya, "arghttt " rintih si lelaki, seluruh tubuhnya terasa kaku, kepalanya bak dihantam ribuan palu, namun ia masih mampu membuka matanya perlahan.
"aku.... dimana? " tanya si lelaki lirih. sontak tangisan si wanita muda pecah. "kamu ada dirumah... " ujar wanita muda.----
kilas balik...
sang puteri berjalan menyusuri tepi pantai, ia bersenandung riang, ia merasa purnama kali ini begitu berbeda dari sebelumnya, ia begitu bahagia, rambut panjang nya yang berombak, berkilau di terpa cahaya bulan, ia biarkan tergerai menutupi mata kakinya. tiba tiba ia berhenti bersenandung, ia terkejut, ketakutan.
seketika air matanya berhamburan, mata bulat nya yang indah bergelimang air mata serupa permata kecil berjatuhan, ia segera berlari kencang , sesekali terjatuh, sikunya tergores kerikil, dan pasir kasar tepi pantai,
byurrr
segera berenang menuju tengah laut, sambil berlinangan air mata. ia tidak memperdulikan dingin nya air laut malam itu.
ia berenang, lalu menyelam, dengan penerangan cahaya bulan, ia berhasil menemukan apa yang ia kejar sedari tadi.
"maafkan aku... " lirih sang puteri.------
"maafkan aku" sang puteri masih menangis, lalu tiba tiba, si lelaki membuka matanya perlahan "siapa kau ? " tanya lelaki dengan suara parau, sang puteri menyeka air mata nya, lalu tersenyum "aku lah wanita tua yang kau tikam kemarin" si lelaki terkejut namun ia masih tak memiliki kekuatan untuk bangun, "tapi kau masih muda... " lalu si lelaki tak sadarkan diri.
----
"kamu ada dirumah" wanita muda tersebut adalah sang puteri, dan wanita tua tempo hari adalah jelmaan sang puteri, lalu lelaki misterius adalah ayah sang puteri.
pemilik kerajaan paling terhormat di negeri.
sang raja menghampiri hilman yang masih terkulai lemas, diiringi oleh ayah hilman, sambil tersenyum
"terima kasih, kekuatanmu mampu menyelesaikan seluruh ujian, selamat, atas kelulusanmu," ujar sang raja dengan raut wajah bahagia
"terimalah hadiah dariku sebagai imbalannya" sang raja meletakkan kotak perak bertakhtakan emas dan berlian disisi hilman, lalu tersenyum penuh arti, sesekali menatap ayah hilman dan sang puteri.
tamat