"Kamu beda dengan Rafan, dia itu brengsek. Tapi aku baru tahu kalau kamu itu lebih brengsek No."
"Seseorang bisa menjelma menjadi siapapun asal kamu tahu Far, tanpa terkecuali aku."
"Seharusnya ada pembelaan yang mungkin bisa aku maafin, tapi aku ragu No. Ini pasti akan sulit, aku menghembuskan nafas untuk mengakhiri pembicaraan ini. Aku beranjak berdiri mengambil tasku lalu berjalan pergi tanpa menoleh kepada Kino lagi. Sudah cukup, aku hanya ingin diam dan menyendiri kali ini.
Aku mendatangi sebuah kafe yang merangkap menjadi toko buku dengan tulisan "Cafe Books" di atas pintu masuknya. Cafe Books adalah milik nenekku, dan tempat ini menjadi tempat tinggalku sejak kepindahanku dari Jakarta. Nenekku bukan orang Jogja, namun ia mendirikan Cafe Books ini di Jogja sudah sejak lama. Alasan Nenek membangun Cafe Books ini adalah karena aku suka membaca buku. Betapa terharunya aku ketika mengetahui hal itu, dan aku tahu bahwa Nenek sangatlah menyayangiku karena aku adalah cucu beliau satu-satunya.
Dulu waktu pertama kali aku menginjakkan kakiku disini aku sangat takjub melihat desain Cafe Books ini, toko buku dan kafe dipisahkan oleh dinding kaca yang lebar. Di kafe terdapat bar panjang, kursi dan meja tertata rapi, ada yang menghadap ke panggung band, dan ada yang langsung mengahadap ke luar dengan dinding kaca sebagai pembatasnya, serta di sudut-sudut ruangan terdapat tanaman hias yang sangat indah.
"Baru pulang Fara? Mau langsung makan atau ganti baju dulu? Suara Mbk Hasna menginterupsiku, dia adalah salah satu pelayan khusus untuk bagian kafe.
"Mau ganti baju dulu Mbak, bentar ya" Aku menatapnya sambil tersenyum kemudian langsung berlalu menuju sebuah lorong tempat pintu rahasia yaitu jalan masuk ruanganku. Ruangan ini khusus dibangun Nenek untukku. Di ruangan ini terdapat tempat tidur yang tidak terlalu besar, kamar mandi yang di sampingnya terdapat almari minimalis, meja belajar dan kursi yang sangat nyaman, sofa panjang, serta pintu yang menghubungkan langsung dengan taman dan kolam renang. Aku langsung mengganti seragamku lalu merebahkan tubuhku di sofa.
Seseorang bisa menjelma menjadi siapapun Far, tanpa terkecuali aku.
Aku teringat dengan ucapan Kino, meskipun aku membenarkan ucapannya bukan berarti aku membenarkan apa yang ia lakukan. Tidak seharusnya dia memukuli Rafan karena kepindahannya ke Jogja, dan aku juga baru tahu kalau Rafan ada di Jogja saat ini. Benar aku membenci Rafan, namun seringkali aku menjadi bodoh. Aku terlalu keras kepala untuk memikirkan bahwa aku mencintainya dan aku membenci diriku yang sulit sekali untuk mengingat ketika ia menyakiti hatiku. Sebagian dari diriku tidak rela jika yang dilakukan Kino membuat Rafan marah padaku. Kepalaku rasanya ingin meledak ketika memikirkan Rafan dan Kino pada waktu yang sama.
Aku keluar dari ruangan rahasiaku hanya dengan menggunakan kaos pendek, celana jins, sandal, dan rambut sebahuku yang tergerai, serta gelang hitam yang selalu menempel di tangan kiriku. Aku langsung ke bagian kafe menghampiri Mbak Hasna.Di kafe ini memang tidak ada menu makanan berat namun Mbak Hasna pasti sudah memasak makanan khusus untukku. Ada yang aneh di kafe, semua pandangan tertuju panggung band, aku menoleh dan terkejut saat melihat seorang laki-laki memetik gitar sambil bernyanyi, Rafan.
Dan Jakarta muram kehilanganmu
Terang lampu kota tak lagi sama
Sudah saatnya kau tengok puing yang tertinggal
Sampai kapan akan terus berlari
Hingga kini masih selalu kunanti-nantiSejenak aku terpana mendengarnya, lagu ini seperti ditujukan kepadaku. Aku ingin tersenyum saat pandangan kami bertemu, tetapi baru aku sadari kalau sebenarnya ia memandang....aku menoleh ke belakang, dan benar ada perempuan berambut panjang yang sedang duduk sambil tersenyum-senyum di situ.
"Mbak kok dia ada di sini?" Aku menunjuk pada perempuan berambut panjang itu dan bertanya kepada Mbak Hasna sambil setengah berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Hands
Teen FictionFarasinta adalah seorang siswi SMA yang sudah tidak punya orang tua, ia hanya mempunyai seorang nenek. Kedatangan Rafan di kehidupan Fara sangat membuat hidupnya lebih berwarna, namun lambat laun perlakuan Rafan semakin urak-urakan. Tak jarang hal i...