Nama: Siti Nadhimah
Nama panggilan: Nadhimah
Akun wattpad: Ana_abdullah [Ana_abdullah]
Judul: Aku Pulang
Isi:"Assalamu'alaikum ... Riza pul—" ucapanku terhenti ketika terdengar suara bentakan dari arah dapur.
"Kamu nggak pernah ngehargai aku sebagai istri, Mas!"
"Kamu yang nggak pernah ngehargai aku sebagai suami, Gina!"
Mereka saling berteriak, membuatku memejamkan mata, lalu berjalan menuju kamar. Lagian, tidak ada gunanya mendekati mereka, bisa-bisa aku yang akan menjadi korban.
Aku melemparkan tas sekolahku di ranjang, sementara aku bersandar di lemari. Tubuhku luruh ketika lagi-lagi terdengar suara Mama berteriak.
"Kamu nggak pernah ngasih aku nafkah, Mas. Makan Riza, sekolah Riza, semua kebutuhan Riza nggak pernah kamu penuhi!"
Aku menelungkupkan kepala di tekukan lutut, lalu menangis dalam diam. Setelah itu, terdengar suara Papa.
"Aku udah kerja siang-malam, semua uang aku aku kasih ke kamu, Gina! Kamu aja yang suka foya-foya, hingga menelantarkan Riza!"
"Uang kamu uang aku juga, Mas!" gertak Mama terdengar lebih keras.
"Hiks hiks hiks."
Isakan keluar dari mulutku. Aku menggigit rok hitam panjangku untuk menghentikan isak tangis, namun gagal.
"Uang yang aku kasih ke kamu juga buat Riza. Sejak masuk SMA Riza jadi makin kurus itu karena kamu! Kamu nggak ngasih makan Riza!"
"Hiks hiks hiks, Mama ... Papa," gumamku.
"Kamu ngasihnya nggak sebanyak dulu, Mas. Aku tau, pasti kamu menyembunyikan uang kamu, 'kan? Pasti untuk wanita simpanan kamu!"
"Aku nggak pernah menyembunyikan sesuatu dari kamu, termasuk uang, Gina! Dan ingat satu hal, aku nggak pernah punya wanita simpanan!" .
"Ah, omong kosong!" teriak Mama lantang.
Aku menutup telinga rapat-rapat ketika terdengar suara pecahan benda yang terbuat dari kaca. Rasanya menyakitkan ketika mendengar orang tua yang seharusnya menjadi panutan dan tempat bersandar malah bertengkar, apalagi mereka menyebut namaku dalam pertengkaran mereka. Apakah aku penyebab dari pertengkaran mereka?
Rasanya sangat sesak. Jika itu benar, aku harus apa? Apakah kalau aku pergi mereka akan damai?
Ah, entahlah. Aku beranjak untuk mengganti pakaian dengan pakaian santai, lalu menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur. Di dapur sudah terlihat sepi, namun pecahan gelas dan piring itu masih berserakan di lantai.
Aku memasuki kamar mandi, mengambil air wudlu untuk menenangkan diri. Dulu, ketika keluarga kami masih baik-baik saja, Papa selalu menyuruhku untuk wudlu ketika aku menangis karena dibully atau dipukul teman-teman sekolahku. Namun, sekarang malah dia yang membuatku menangis. Mungkin Papa memang memberiku resep terlebih dahulu sebelum mendapatkan sakit karenanya.
Setelah itu, aku mengambil sapu dan menyapu seluruh pecahan itu, mengumpulkannya menjadi satu, lalu memasukkannya ke dalam wadah.
"Aws," ringisku ketika sebuah pecahan kecil menancap di jempol kananku. Dengan cepat aku mencabutnya. Setelah semua pecahan itu masuk ke dalam wadah, barulah aku bisa membasuh tangan, lalu membuang pecahan itu di belakang rumah beserta wadahnya agar bisa diambil tetangga yang memang bekerja mendaur ulang kaca.
Tanganku meraih satu diantara tiga gelas yang tersisa, lalu menungkan air dari teko hingga terisi setengah. Aku meneguknya hingga tandas. Bayangan seseorang terlihat dari balik gelas. Ku letakkan gelas tersebut di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen - WRO
Short StorySebuah kumpulan cerpen dari para member Writer Reader Online🍀