One

18 0 0
                                    

Aku menatap palang yang bertuliskan "SMA GARUDA" berwarna putih pudar. Hari ini aku akan masuk ke sekolah yang sedang aku pandang palangnya. menurutku masuk ke salah satu sekolah favorit ini, tidak gampang dan tidak susah juga asalkan, kalian rajin belajar dan hoki..

"bengong aja re masuk gih, kamu masih aja didepan gerbang" Aku tersentak saat salah satu orang dibelakang ku itu menepuk bahu ku dan mulai berbicara.

Aku tidak membalas perkataan nya, melainkan aku menendang kerikil kecil, menggeleng kan kepala sambil menghadap kebawah. Aku enggan untuk masuk, walaupun aku penasaran dengan isi sekolahnya, aku hanya takut kejadian di kelas tujuh Terulang kembali, itu masa masa yang paling aku benci.

"Jangan takut ree, kan ada aku" Ucapnya lagi, kali ini ia mengelus pundakku pelan, berusaha menenangkan ku, katanya. Oh iya, orang yang sedang berbicara itu, namanya kak juan. saudaraku yang kedua, aku mempunyai 4 orang saudara termasuk aku sebagai anak bungsu. Saudara ku yang satu ini juga bersekolah ditempat yang saat ini sedang kami injak.

"takut" Kak Juan tersenyum kecil mendengar kata yang baru aku ucapkan, ia bingung mau menanggapi nya seperti apa.

"Pulang aja yuk kak, aku takut" Kataku sambil menatap kak Juan, berharap akan diperbolehkan untuk pulang kembali.

Kak juan tidak menjawab, melainkan ia mendorong pelan bahu ku agar jalan ke depan. sampai di pintu masuk, ia mengambil tangan sebelah kanan ku untuk dipegang lalu mengajakku masuk ke dalam pintu sekolah ini.

"nih sekolah kamu, kakak yakin seratus persen, kamu pasti betah sekolah disini. " Kali ini ia menyamakan tubuh tinggi nya itu, dengan tubuhku yang tidak terlalu tinggi. Aku masih menghadap kebawah, aku hanya takut.

"Adek, liat kakak dong. Kalau orang lagi ngomong, madep nya ke orang yang lagi bicara, adek." Mendengar perkataannya yang mulai tegas aku dengan cepat menatap wajah saudara laki laki ku itu, tentu dengan wajah yang mungkin sangat mirip bebek sekarang.

"Adek tadi pagi denger kata ayah kan? " Aku mengganguk, ayah sempat bilang untuk jangan takut dan mulai bersosialisasi dengan orang sekitar.

"Nah yuk kedalem, jangan takut. nanti kakak anterin sampai ke depan kelas nya, oke?" Aku mengganguk lagi tapi dengan wajah yang lebih riang, masa bodo dengan kejadian kelas tujuh, hari ini aku cuman ingin mempunyai teman.

Saat dijalan menuju kelas, banyak sepasang mata melihat kearah ku dan lelaki yang ada disebalah ku, mulai dari tatapan tak meng-enakan sampai tatapan melamun pun juga ada, walaupun dominan nya tatapan tak meng-enakan, sih.

Aku mencoba menghiraukan mereka, tapi setelah aku pikir pikir kalau aku hiraukan, aku di cap sebagai siswi sombong dong? oh oh tidak! Aku tidak akan biarkan hal itu terjadi, aku mulai senyum tipis, terserah kalau habis ini aku dicap sebagai siswi bermuka dua.

Sampai juga dikelas sementaraku, saat dikoridor Kak Juan bicara kepadaku katanya ada urusan mengenai upacara yang akan dilangsungkan sebentar lagi, makanya ia meninggalkan ku di setengah jalan, walaupun ditinggal aku tahu kok jalan menuju kelas ini.

Kelasnya sudah cukup ramai, banyak orang yang sudah berbincang bincang. Saat aku ingin menaruh tas, perempuan yang duduk didepan menengok kebelakang, ke hadapan ku.

"Hai!!!! akhirnya ada yang mau duduk di belakang gua.. btw nama lo siapa?" kata perempuan itu dengan senyuman manisnya. sebuah fakta yang mungkin tidak ingin kalian tahu, tempat yang sedang aku duduki memang ditengah tengah, banyak orang yang enggan untuk duduk di tengah padahal menurut ku di tengah ini, spot paling nyaman karena berdekatan dengan air conditioner atau ac.

"Hehe hai juga!! Nama gua, rere. biasanya dipanggil rere atau gak shaq" Kataku, dengan senyum yang tak kalah manis.

"Loh loh, kok bisa dipanggil shaq? kan nama lo rere?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 06, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HerWhere stories live. Discover now