4. Lotus

17 5 0
                                    

"Panglima adam," Panggil Abidzar.

Adam, sang panglima perang juga tangan kanan Abidzar bergegas mendekat. lelaki berperawakan tinggi dengan pahatan rahang tegas, mata sayu yang menyihir dan rambut perak berkilau berdiri tepat di sebelah Abidzar. Tubuhnya sedikit merendah, kepalanya dia tundukkan hormat.

"Ya, pangeran?"

"Siapkan kuda dan sebuah jubah hitam."

Setelah perintah itu terucap, tanpa menghiraukan apapun lagi, Adam melenggang pergi melaksanakan perintah.

Sabina melepas jubah milik Abidzar di tubuhnya, "Tidak, tidak! pakai ini saja. Aku tidak memerlukannya lagi."

"Aku tidak pernah mengambil kembali apa yang sudah kuberikan, nona."

"Tapi tubuhku sudah tidak terasa dingin. Mungkin kau lebih membutuhkan ini."

"Kutegaskan kembali, aku tidak pernah mengambil--"

"Aku meminjamkannya padamu!" Tegas Sabina.

Tidak ada pergerakan, Abidzar terlihat begitu keukeuh menolak permintaan Sabina. Karena melihat Abidzar hanya diam, dengan inisiatif sendiri Sabina memakaikan jubah Abidzar kembali ke pemiliknya. Tapi Abidzar tetap Abidzar, dia segera melepas jubah itu di detik selanjutnya.

Sabina melongo, "Kau--"

"Jika nona tidak memakainya, aku pun tidak."

"Aku Sabina, panggil aku putri. Jangan pernah memanggilku nona di sini, itu bahaya untukmu. Mengerti?" Peringat Sabina, mengingat sedari tadi pangeran di depannya ini terus terusan memanggilnya nona.

Abidzar mengangguk. "Kalau aku memanggilmu di sini?" Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Sabina, "Nona... Kau tidak keberatan kan?"

Refleks, Sabina menutup telinganya, dia melirik tajam. "Kau ingin ku pukul?!"

"Aku bercanda nona..."

"Putri!"

Abidzar mendengus, lalu tertawa. Rasanya menyenangkan bisa menggoda putri di depannya.

Belum sempat Sabina memukul lengan Abidzar, Adam datang, hal itu membuat Sabina mengurungkan niat jahatnya. Adam tidak datang sendiri, dia ditemani dua kuda hitam yang terkekang rapi dalam tali di tangannya. Kuda itu memiliki poni dan ekor yang sangat lebat. Di atas tubuh salah satunya terdapat jubah hitam dengan logo singa di dada kanan. Adam datang sesuai dengan perintah.

"Biar aku yang pakaikan," Sabina menawarkan diri saat melihat Adam kesusahan memakaikan jubah pada Abidzar karena satu tangannya masih memegang tali kekang.

Kelegaan terpancar dari mata sayu Adam, dia menyerahkan jubah itu pada Sabina, lalu sang putri mengambil posisi di depan Abidzar dan membantu sang pangeran memakai jubahnya. Tak berselang lama, Abidzar melakukan hal yang sama. Dia memakaikan kembali jubah yang sebelumnya Sabina lepas. Kini keduanya memakai jubah kebesaran dari kerajaan Rasyada. Terlihat seperti pasangan yang serasi.

Lihat pangeran ini... Auranya begitu memabukkan, menyihir dan menenggelamkan seseorang dalam pesonanya. Ini tidak adil, kenapa orang itu adalah Sabina? Kenapa Sabina harus tenggelam dalam pesona pangeran ini?

"Naiklah putri." Perintah Abidzar membuyarkan lamunan Sabina.

Sabina mengangguk, dengan segera dia naik ke atas kuda. Abidzar menyusul, pangeran itu mengambil posisi duduk di belakang Sabina. Sedangkan Adam, dia naik di kuda lainnya. Saat ketiganya siap, kuda mulai berjalan dengan kendali yang apik.

"Kau pernah berkuda?" Tanya Abidzar.

"Tentu saja, aku juga tahu bagaimana cara menggunakan pedang!" Ucap Sabina begitu antusias.

Rahasia LOTUS biruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang