Malam dengan cahaya redupnya menghiasi pikiran Dinar. Bingung, memikirkan bagaimana caranya agar kunci mobil modifikasiannya bisa kembali ke tangan Dinar. Berbagai cara sudah ia lakukan.
"Pa, mana kunci mobil Dinar?" tanya Dinar tidak punya sopan dengan mengangkringkan kaki di meja.
"Papa, nggak akan balikin!"
"Tapi Pa..." bantahan Dinar terpotong dan tidak digubris Bokapnya, Raditya Herlambang pengusaha bakery terbesar dengan 100 outlet ditambah sifatnya yang dermawan dan tidak mudah percaya dengan omongan orang lain, dibalik semua itu bukan berarti Pak Radit bahagia. Kania Aulia istri tercintanya meninggal dunia saat melahirkan putri pertamanya, Dinar Aulia.
Iya, Pak Radit duda selama kurang lebih 18 tahun. Mengurus seorang anak hingga dewasa bukanlah pekerjaan ringan baginya, ia harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
"Ssstt... Papa mau tidur, Kamu juga. Besok sekolah!" balas Pak Radit, jari telunjuk berada di tengah-tengah bibir menandakan ia tak menerima bantahan gadisnya.
Muka memerah, Dinar dengan tempo cepat mendarat ke kamarnya, "Cihh! Masa besok ke cafe naik gojek? Mana uang jajan menipis lagi" gerundel si Dinar
Kaos hitam berkrah Jersey dengan resleting di leher ditambah kaki berbalut bagy pants hazelnut, Dinar merebahkan badannya disembarang arah
"Ahh, kacau!!!" racau Dinar di kamar yang kedap suara, beda dan beda penampilannya di sekolah dengan desain kamar miliknya. Sungguh aesthetic! Aroma perpaduan kopi dan coklat menyatu diindera penciuman seseorang jika berada di kamar Dinar.
Dering ponsel mengganggu lamunannya, "Kara? Ngapain Dia telfon, kayak ga ada kerjaan aja"
"Hmm, iya ada apa Kar? Lo ganggu banget sih, ini udah malem. Nggak bisa apa dibicarain besok di cafe?" papar Dinar sedikit merem
"Ga bisa Nar, kita harus selesaikan sekarang. Nar, tolong dengerin Gue buka hati Lo buat Gue, please!"
"Sumpah demi apapun! Lo maksa banget, Gue gaada perasaan apapun ke Lo. Sadar dong, Nadya mau Lo taroh mana hah?!" tegas Dinar, tanpa penutupan Dinar langsung memutus panggilannya
🍁🍁🍁
Kriiing... Kriing, "Selamat pagi, selamat beraktivitas" terdengar suara seorang wanita dari telepon rumah
"Oh iya, pagi. Maaf dengan siapa Saya menerima panggilan?" balas ramah Pak Radit yang diselimuti rasa bingung dalam benaknya
"Halo, suara Anda tidak pernah berubah sama sekali hahaha"
"Kita pernah bertemu?"
"Ya, kita pernah bertemu. Saya sangat kecewa dengan Anda!"
"Ha. Kenapa?"
"Karna Anda melupakan Saya" ucap wanita itu, seketika wajah Pak Radit mengingat sesuatu yang berhasil menciptakan wajah sumringah khasnya.
"Oh hahaha, iya Saya mengingatnya, teman SMA yang kemarin mampir ke Dinar bakery, bukan?" tebak Pak Radit tertawa kemenangan
Namun, tatapan tajam berasal dari meja makan tertuju ke arah Pak Radit, iya Dinar putri tunggalnya. Tak segan-segan Pak Radit mengetahui dan menutup langsung panggilannya.
"Eh ee Dinar, putri Papa udah turun? Gimana nasi goreng buatan Papa? Ga kalah enak kan nasi goreng bikinan Mbok Ipa hehehe" canda Pak Radit
"Siapa tadi? Pagi-pagi ganggu"
"Oh tadi yang telfon? Itu customer..." balas Pak Radit terpotong
"Customer? Bukannya Papa punya bawahan, ngapain telfon ke rumah?" sela Dinar tengah menyendok sesuap nasi goreng ke mulutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinareza
Teen FictionCerita seorang wanita berusia belasan tahun, SMA Gajah Mada di mana Dinar murid yang super berantakan harus bertemu dengan pria yang menurutnya membosankan bagi dirinya. Sebut saja Eza, seorang murid disiplin, jenius, dan populer. Namun, mengapa mem...