Bagian Satu

270 46 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hari ini adalah hari pertama Jiana memasuki dunia nya yang baru. Hari ini ia akan resmi menjadi seorang mahasiswa.

Setelah meng-kroscek kembali isi tasnya, ia beralih pada tatanan rambutnya. Mahasiswa baru tidak diwajibkan mengikat rambut dengan model kepangan 12 atau model-model nyeleneh lainnya. Hanya model diikat satu ke belakang atau yang biasa disebut mode rambut ponytail.

Kakinya ia langkahkan keluar kamar. Menuruni tangga satu persatu untuk menuju meja makan. Harum masakan sang mama sudah merasuk ke dalam indra penciuman. Membuat seluruh cacing-cacing di perut mulai bergejolak.

"Pagi, Pah, Mah." Sapa Jia kala mendapati sang Mama tengah menyendokkan nasi goreng ke dalam piring putih poselen yang diyakini milik papa. Sementara sang Papa tengah mengaduk kopi hitamnya. Sebuah kebiasaan Papa di pagi hari.

"Pagi adek." Kata Papa. Sementara Mama hanya tersenyum menanggapi.

Jia mengambil sepotong roti tawar kupas dihadapannya dan mengoleskan selai coklat.

"Selamat pagi anak mama." Sapa mama kepada Aruna yang baru saja menuruni tangga.

"Pagi, ma." Jawabnya.

Aruna dan Jiana memiliki persamaan kala sarapan. Mereka berdua sama-sama tidak biasa makan nasi saat pagi hari. Namun juga ada perbedaan. Jika Jiana mengoleskan sendiri selai coklat di atas rotinya. Lain halnya dengan Aruna yang selalu mendapatkan sodoran 2 helai roti bertumpuk bersama selai dari Mama.

"Adek, Ospek hari pertama ya?" tanya Papa disela aktivitasnya memakan nasi goreng.

"Iya Pa."

"Bareng sama Papa mau?" tawar Papa yang mendapat gelengan dari Jia.

"Yaaah.. Jia udah janjian sama Digta, Pa."

"Yaudah hati-hati. Bilangin Tata jangan ngebut-ngebut bawa Isabela. Ndak usah terlalu nurut lah sama senior. Mereka cuma manusia toh? bukan Tuhan yang harus selalu diturutin." Papa memberikan nasehat.

Jia tertawa juga menggerakkan tangannya menuju ujung dahi. Mengisyaratkan gerakan hormat seperti kala upacara bendera.

"Pulang jam berapa kamu nanti?" Tanya Mama.

Barusaja Jia akan membuka mulutnya untuk menjawab. Ternyata pertanyaan itu dilontarkan bukan untuknya.

"Jam 2 udah selesai kelas, ma." Jawab Aruna.

"Jangan lupa jam 4 ada les lo, ya."

"Iya ma. Runa inget."

Les yang dimaksud oleh Mama adalah les piano. Sedari kecil memang Aruna mengikuti les piano. Setiap hari senin kala sore hari jam 4. Selalu. Jia sempat berpikir, mengapa Runa harus les piano diluar jika di rumah ini saja ada piano. Apa susahnya mengundang guru les nya ke rumah?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

batas ; Jisoo, IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang