[1]

71 17 2
                                    

Bandung, 20 Juli 2014

Aku menatap bumantara yang dihiasi oleh sedikit bintang. Sembari memangku sebuah album foto yang menunjukkan keindahan beberapa tempat di Jogja. Membayangkan jika suatu hari nanti, aku bisa pergi ke sana.

Namun, lamunanku buyar saat seseorang tiba-tiba ikut duduk di sampingku. Menyodorkan segelas jus jeruk yang mungkin saja baru ia buat sebelum menghampiriku.

“Jus jeruk untuk malam yang dingin?”

“Memangnya kamu suka minuman hangat?”

“Enggak, sih. Hehe.”

Aku mengambil jusnya, lalu meneguk sedikit. Setelah itu meletakkan di sebelahku.

“Aku mau ke Jogja.”

“Kalau begitu, liburan nanti kita pergi bersama.”

Aku menggeleng. “Maksudku, aku saja yang pergi ke sana sendiri.”

“Kamu belum cukup dewasa untuk ke mana-mana sendiri.”

Memang benar. Usiaku baru 15 tahun dan tentu saja belum memasuki kategori orang-orang dewasa.

“Tapi, Kak ... aku bisa jaga diri.”

Terdengar helaan napas dari hidungnya yang sedang berjerawat di bagian tengah. Rasanya ingin kutekan sampai kempis, lalu mengeluarkan darah.

“Jaga diri itu enggak cukup, Pi. Kamu perlu seseorang yang bisa menjagamu kapan pun. Kalau di sana kamu ada apa-apa, bagaimana? Kalau kamu ....”

Aku terus mendengarkan ocehannya. Walaupun dia seorang laki-laki, tetapi saat sedang mengomel, dia bisa melebihi seorang perempuan. Sangat cerewet.

“Jadi, Pi, kalau kamu masih mau ke Jogja, pergilah bersama kakak. Kakak dilahirkan di dunia ini memiliki tujuan dan salah satu tujuan itu adalah untuk menjagamu selalu.”

Dia memang berlebihan.

“Okelah. Kalau begitu, liburan semester akhir nanti, kita pergi bersama-sama. Tapi ada satu janji.”

“Apa?”

“Belikan aku banyak souvenir saat sampai di sana. Bagaimana?”

Aku menyodorkan jari kelingking untuk membuat perjanjian dengannya. Lalu, dia pun setuju akan hal itu.

🚈🚈🚈

One Shoot | Inginku Pergi BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang