Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Aiko tersenyum lebar setelah bertahun-tahun akhirnya ia kembali mendapat kesempatan untuk menginjakkan kaki di tanah kelahirannya sendiri. Aiko rindu keadaan Jakarta yang penuh dengan kemacetan seperti. Berangkat super pagi dari rumah ke kampus demi menghindari kemacetan di jalan. Semua memori lama itu kembali muncul dalam ingatannya.
Tangan kirinya sibuk menggenggam tangan kecil seorang gadis yang tengah berjalan disampingnya. Aiko melirik gadis kecil itu dengan senyum mengembang. Disamping gadis kecil itu, seorang pria yang jauh lebih tinggi dari Aiko tengah mendorong troli berisikan dua koper besar dan satu tas kecil. Tangan kanan pria itu kelihatan sibuk mengelus puncak kepala gadis kecil disampingnya sesekali tertawa kecil karena tingkah menggemaskan sang gadis yang terus bertanya mengenai sekitarnya.
"Abi, Nafa pengen dolong tolinya juga!" Pinta gadis itu pada pria dewasa disampingnya. Aiko melirik sekilas. (ingin dorong trolinya)
"Abi saja yang dorong, Nafa tidak akan kuat mendorongnya" Jun berhenti sebentar lalu menarik gemas pipi gembul Nafa. Aiko terkekeh begitu sifat manja sang putri kambuh. Nafa terlihat tidak puas dengan jawaban sang Abi kemudian berjalan memeluk pinggang Abinya dan memohon lagi.
"Abi, Nafa saja yang dolong! Nafa kuat" Nafa kembali merengek pada sang Abi. Aiko berjongkok, turut mensejajarkan tubuhnya dengan sang putri sembari merekahkan senyum. (dorong)
"Bagaimana kalau naik trolinya saja? Nanti Abi yang dorong" Usul Aiko. Jun mengangguk mengiyakan. Pria itu menyingkirkan beberapa tas kecil yang diletakkan diatas koper besar memberi tempat untuk Nafa, putri tunggal mereka duduk diatasnya. Aiko lantas langsung mengambil alih tas-tas tersebut dari Jun.
"Nah, Umi benar. Nafa duduk saja, biar Abi dorong trolinya" Jun langsung menggendong tubuh kecil Nafa, mendudukkannya tepat diatas koper. Nafa langsung teralihkan. Gadis berusia tiga tahun itu langsung memekik senang saat Jun mulai mendorong trolinya secara perlahan. Bahkan putri tunggal keluarga al-Hajun itu tak berhenti tertawa lepas. Sementara, Aiko berjalan disamping Jun, melingkarkan tangannya pada lengan besar pria yang sudah resmi menjadi imamnya sejak empat tahun yang lalu itu dengan senyum yang tidak luntur sedikitpun. Ia bersyukur memiliki keluarga kecil yang bahagia. Memiliki suami bertanggung jawab dan perhatian seperti Jun, serta putri kecil menggemaskan seperti Hanafa Syakira Al-Hajun.
"Abi," Aiko melepaskan pagutannya dari lengan Jun. Pria itu menoleh, lalu berdehem kecil, "Ada apa?"
"Umi ke toilet sebentar. Kak Yenni sepertinya masih lama, kalian mau menunggu dimana?" Aiko merogoh tasnya, mengeluarkan botol kecil berisi beberapa pil obat-obatan lalu menyerahkannya pada Jun.
"Entahlah, nanti Abi telepon saja. Ini vitamin Nafa?" Jun menerima botol pil tersebut disertai anggukan ringan dari sang istri.
"Nafa belum sempat minum vitaminnya sehabis makan siang di pesawat tadi" Jelas Aiko. Jun mengangguk mengerti lalu menyimpan botol pil tersebut disaku coatnya. Aiko kemudian beralih pada Nafa yang masih duduk diatas koper. Gadis kecil itu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar saking senangnya.
"Nafa, nanti minum vitamin ya. Umi ke toilet dulu sebentar" Pesan Aiko sebelum pergi. Nafa terlihat tidak rela melepas sang Umi. Ia sempat merengek minta ikut. Namun kemudian, Jun membantu membujuk Nafa dan kembali mendorong troli, membuat gadis kecil itu kembali asik dengan dunianya sendiri.
Aiko melangkah menuju toilet, meninggalkan ayah dan anak itu melenggang entah kemana. Melewati beberapa orang yang berlalu lalang dengan koper dan tas besar disekelilingnya, Aiko menyusuri sebuah lorong pendek yang mengantarkannya pada toilet wanita.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Ways (dokyeom svt)
Short StorySkenario kehidupan memang tidak pernah ada yang tahu. Tapi aku hanya memercayai satu hal. Tuhan memisahkan kita karena kita terlalu manis untuk menjadi takdir. (Seokmin x Aiko series #1) *Special 3 years* ©All Rights Reserved aypixy present. -WAYS-