Duan

6 2 1
                                    

Dengan cepat Bulan berlari mengejar, dan Bintang langsung berlari ketempat tadi.

"Shaw mendes tunggu!!”teriak Bulan membuat sosok itu berbalik, dengan jelas itu bukan Shaw mendes, tetapi sosok lelaki tampan.

Walupun bukan Shaw mendes tetap saja Bulan sangat takjub dengan wajah tampan sosok tersebut, hingga tanpa sadar  dia tidak berkedip.

Sosok tersebut melambaikan tangan ke arahnya hingga Bulan sadar dan malu sesudahnya.

“saya bukan Shaw mendes, kenalin nama saya Hendrold”ucapnya sambil menggulurkan tangan.
Dengan tangan bergetar Bulan menerima uluran tanganya.

Tanganya lembut banget nih cowok, pasti nggak pernah menggang sabun colek.

“ekhem, kalau kamu namanya siapa?”

“Bulan, panggil aja Bulan”

“oke saya atau aku enaknya?”

“gue elo emm, atau gimana?”Saran Bulan dengan sedikit tidak enak hati.

“oke gue elo, yaudah gue duluanya, hati hati”ucapnya yang berlari memberhentikan angkutan umum yang berlaju.

Bulan memandang angkot tersebut sampai tidak terlihat.

“omg, ganteng banget dah, bekas tanganya wangi banget loh Bin”ucap Bulan dan ketika Bulan berbalik, Bintang tidak ada.

“Bintang Bin, lo di mana anjir, jangan sampe lo balik lagi ke sana”

Akhirnya Bulan pasrah dan lebih baik pulang terlebih dahulu, karna jika ia kembali ke tempat itu pasti dia sudah terlambat.

Hero datang ke tempat di mana Aktasi akan bergabung dengan genk Sparkth, dia memutuskan untuk bergabung, dia tidak ingin berjauhan dengan Aktasi, walau tadi ada sedikit kejadian yang membuatnya tidak mood, tapi dia akan tetap datang sebelum telat kembali.

Hero berdiri di sebalah Aktasi, pandangan Hero melihat ke arah Aktasi yang sangat antusias dengan apa yang di sedang ada di depanya.

Hingga pandanganya teralihkan ke arah keributan di belakangnya, setelah di perhatikan ia bisa melihat sosok wanita yang sedang adu berbicara dengan lawan bicaranya.

“gak bisa gitu dong diskriminasi lah namanya, pokonya gue mau gabung”ucap Bintang dengan agak sedikit berteriak.

Hingga Malepo dan Xeno berjalan ke arah belakang di mana ada keributan terjadi.

“ada apa?”tanya Xeno ke arah salah satu yang memang di tugaskan untuk menjaga di ujung gerbang, berjaga jika agak mata mata.

“ini ada cewek caper bang”ucapnya dengan memandang sinis ke arah Bintang.

“gue nggak capernya, woy jaga mulut lo”emosi Bintang yang akan menghajar laki laki tersebut, untuk saja di tahan oleh Xeno.

“apa lo sini gue gibek”ucap laki laki tersebut.

“anjiggg, sini nggak lepasin gue!”ucap Bintang ke arah Xeno.

Xeno yang kaget dengan tenaga Bintang tersebut langsung memeluk Bintang, jangan bayangkan pelukan yang romantis seperti dalam drama drama korea.

Pelukan ini sepeti pelukan seorang ayah yang menahan anaknya supaya tidak kabur dan menghampiri toko mainan.

“Malevo, bantuin lahh”ucap Xeno yang teryata tenaganya kalah oleh seorang perempuan, membuat Malevo yang melihat kebigugan dan berpikir kalau Bintang adalah bukan perempuan biasa.

“mau apa?”tanya Malepo ke arah Bintang.

“gue cuman mau gabung, jangan bilang gue nggak boleh gabung karna gue cewek?”

“siapa lo?”ucap dingin Malevo membuat Bintang berdiri dengan benar dan menatap takut ke arah manik Malevo.

“gue bisa ngalahin cowok yang tadi, gue jamin dia bakalan kalah di tangan gue, apakah ittu bisa jadi tiket gue masuk genk ini?”

“oke, kalau gagal get out”final Malevo, dan Bintang menarik nafas dengan berat, dia pasti bisa ,mengalahkan laki laki tersebut.

Mereka akhirnya membuat lingkaran untuk melakukan 1 by 1, antara Bintang dengan Geo laki laki yang tadi menjaga gerbang.

“waw cewek, Hero liat sini”ucap Aktasi yang menarik Hero untuk bergabung dalam lingkaran.

Hero berdiri di samping aktasi, mereka melihat tanding antara Bintang dan Geo,hingga 5 menit berikutnya, semua tau siapa yang menang.

“wah parah sih, hebat banget tuh cewek sayangnya kalah”

“menurut gue dia bisa aja gabung, tapi nyah gue nggak tau bakalan gimana hasilnya”

Bintang yang mengaku kalah hanya menundukan kepalanya  hingga teriakan dari Malevo.

“GET OUT!!!”membuat semua di sana tengang, Bintang berbalik arah dan berlari dari tempat sana, ia sangat sangat malu.

“hiks jangan mewek bego, harusnya gue pulang bareng Bulan”gumanya sambil berlari menjauh sejauh jauhnya dari tempat sana.

Ia tertunduk di halte bus dekat sekolah, jika ditanya apakah dia sangat malu, jawabnya ia dia sangat malu, apalagi ketika Malevo berteriak di depanya.

Tatapan orang orang yang melihatnya dengan tatapan iba, ahh itu paling di benci oleh Bintang.

Dan ketika ia ingat ini sudah sore dan bus selanjutnya adalah jam 18.00 dan ini masih jam 17.45, dia harus menunggu lama di sini.

Untung saja Halte di sini sepi, jadi dia tidak perlu menyembunyikan air matanya dari orang orang.

“gue duluanya yah”ucapnya yang pamitan ke semua anggota di sana.
Dia menelusuri jalanan dan akhirnya dia bisa menemukan sesuatu yang ia cari.

“ayouk pulang bareng gue”ajaknya membuat sosok itu menangkat wajahnya dan buru buru menghapus airmatanya dengan kasar.

Dia turun dan menghampiri Bintang dan duduk di sampingnya.

“gue Dakta, gue cuman mau bilang kalau lo sakit hati maafin aja nyah, bang Levo emang kayak gitu, mungkin dia udah berharap banyak sama lo, tapi lo nggak sesuai sama ekspetasinya jadi kayak gitu, di maafin nggak?”tanya Dakta, nyap laki laki tersebut yang selalu memperhatikan seorang Bintang.

“gue juga sebenarnya nggak mau masuk kayak begituan, tapi kan gue cuman mau ngerasain apa yang kembaran gue mau sebelum dia pergi”

“emm, gue nitip helm sama motor guenya, gue mau kesana dulu, kalau udah ada busnya jangan dulu naik, nih tambah hp gue”ucap Dakta yang langsung berlari entah kemana.

“edan baru juga kenal, ngak takut gue ambil apah”lirih Bintang,

HEY HEY HEY

Dering telepon dari Bintang, membuat Bintang menarik napas untuk menenangkan dirinya supaya tidak terdengar habis menangis.
“halo”

“HALO!! GILA LO KEMANA AJA, GUE TELPONAN DARI TADI GILA, CEPETAN PULANG, NYOKAP LO NYARIIN NIH, CEPETAN”

“Jan teriak sakit nih kuping gue, Ibu udah pulang yaudah iya bentar lagi pulang”

“cepetan loh, eh lo mewekny—”

Dengan cepat ia mematikan telepon dari Bulan, benar dugaannya ia tidak bisa membohongi Bulan.

“eh bisa langsung pulang? gue udah di cariin nih”ucap bintang yang melihat Dakta sudah kembali.

Dengan Cepat Bintang menyerahkan helm Dakta yang tadi ada di pangkuanya. Dan Dakta alangsung menerima helnya dan menyalakan motornya.

“rumah lo di mana?”

“perumahan Batu putih”

Tanpa banyak bicara Dakta langsung mengarahkan motornya ke arah perumahan Batu putih.









Di buat dalam keadaan bangun dari tidur siang, dan masih kabur dari kelas online dan tugas membeludak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SPARKTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang