Malam ini rintik hujan dan awan yang gelap membuatku menjadi semakin putus asa untuk terus berjalan di jalan setapak yang kecil ini. "Aku menyesal, aku menyesal, aku menyesal."Hanya itulah kata yang keluar dari bibirku.
Akupun melihat sebuah gubuk bobrok diujung jalan setapak yang kulewati. "Akhirnya aku bisa beristirahat untuk sejenak." dengan cepat menuju gubuk tersebut.
Memang sangat aneh sebuah gubuk tua yang lumayan besar berada ditengah hutan belantara ini. Gubuk itu terlihat sangat menyeramkan, sangat tidak terurus dan tentunya membuat bulu kuduk siapa saja yang melihatnya berdiri, karena ketakutan.
"Aku tak boleh takut, daripada aku mati kedinginan lebih baik aku ketakutan bertemu dengan setan." Bicaraku dalam hati, walau
sebenarnya aku salahsatu orang yang penakut."Assalamualaikum, pak, buk." Kuketuk rumah tersebut berulang kali, namun tidak ada respon sama sekali. Akhirnya kuberanikan diri untuk masuk kerumah tersebut. "Halo, halo, apakah ada orang disini. Aku begitu kedinginan dan tersesat, adakah seseorang yang bisa membantuku?." Kumasuki ruang tamu rumah tersebut dengan ucapan yang sama dan berulang ulang.
Tiba tiba kudengar suara kaca yang pecah dari sudut ruangan. Aku berjalan perlahan menuju tempat tersebut dan seketika aku melihat sessosok anak kecil yang sedang meringkuk dan bernyanyi.
"Dek, kamu ngapain disini? Inikan udah malem." Pertanyaan yang sebenarya kuajukan karena aku begitu ketakutan.
Anak kecil itupun menoleh kearahku dengan tatapan marah, serta mata yang sangat merah. "Bunuh dia, aku ingin darah malam ini." Dengan sebuah pisau kecil dia menghampiriku.
Aku sangat ketakutan, dan mencoba lari keluar rumah. Akupun membuka pintu keluar, namun sialnya pintu tersebut tidak dapat dibuka. "Sial, aku tidak mau mati dibunuh hantu." Dengan sangat ketakutan kudobrak paksa pintu keluar, dan anak itu juga berlari dengan sangat cepat menghampiriku. "Mati, mati, mati!."
Aku berhasil mendobrak pintu keluar, namun saat aku berhasil keluar bukan kebebasan yang kulihat, malahan ada ratusan orang berjubah hitam dengan membawa obor menghampiriku."Tidak, tuhan tolong aku!."mereka mengepungku. Akupun menoleh kebelakang, namun anak kecil tadi sudah tersenyum kepadaku, matanya yang merah dan mulutnya dipenuhi oleh darah.
Aku tak bisa bergerak, lalu tiba tiba pahaku begitu sakit, aku ditusuk dengan pisau . "Tolong, tolong, tolong." Suaraku begitu keras dan menjerit sangat ketakutan.
Orang orang dengan jubah hitam itu menyerukan sebuah kalimat aneh seperti nama seseorang. "Lucifer, tuanku lucifer, engkau akan bangkit dengan darah anak ini."
Tubuhku tak bisa bergerak, mereka mencengkam begitu erat. Dan seketika aku kehilangan kesadaran. Aku masih setengah sadar dan aku merasa seakan dibawa kesuatu tempat yang lumayan jauh dari rumah tua tadi. Dan seketika aku kehilangan kesadaran.
Akhirnya aku tersadar, tubuhku diikat disebuah kayu dengan jerami yang begitu banyak disekeliling, lambang bintang terbalik atau lambang iblis mengelilingi batang kayu ditempatku terikat.
"Lepaskan aku, dasar makhluk tolol!, Aku tidak ingin mati disini." Bentakku pada mereka, namun mereka diam saja. Kemudian seseorang berdiri dengan satu garis lurus didepanku dan membaca sebuah mantra.
Tiba tiba ada api kecil yang membentuk dan berada diatas lambang iblis tersebut. " Nampaknya aku akan dibakar hidup hidup, tubuhku terasa sangat panas."
"Kenapa harus aku yang dikorbankan disini?. Aku tidak punya masalah dengan kalian."tanyaku pada mereka.
Kemudian si pembaca mantra tiba tiba berhenti, dan api mulai mengecil.
Si pembaca mantra melepas topengnya. " Aku sudah lama ingin mempersembahkanmu pada Tuan Lucifer, sahabatku."Betapa terkejutnya aku, dia adalah sahabatku sendiri yang bernama Alvin. Dia bahkan sahabatku sejak masih SMP. Tubuhku seketika lemas dan pikiranku begitu kacau.
"Apa yang kau lakukan Alvin?, Kau ingin membunuhku?, Hentikan Alvin!." aku berteriak dan memohon kepadanya.
"Roy, aku sudah lama mengincarmu. Kau adalah seseorang yg memiliki darah yang suci dan bersih, kau memang ditakdirkan untuk menjadi santapan tuan lucifer." dengan mata yang merah dan sangat terobsesi membunuhku.
Tiba tiba angin berhembus begitu kencang, seketika semua api menjadi padam....
Bersambung....