Senyum yang hilang dibalik senja

22 3 4
                                    

Namaku adalah Roy Sanjaya. Aku adalah seorang anak biasa dan tidak terlalu mencolok, karena aku tidak ahli di bidang seni ataupun olahraga.

Saat ini aku kelas 2 SMA, dimana masa ini adalah masa untuk mencari kenangan tentang kisah cinta, sedangkan aku tidak berpacaran dengan seseorang, hanya sebatas rasa kagum dan tak mampu mengungkapkan.

"Roy, roy, roy, kamu ada dirumah gak?
Ayo berangkat sekolah bareng." Sahut sahabatku Alvin dan Juan dari depan pintu.

"Iya tunggu bentar, aku keluar nih."Terburu buru keluar dengan dasi yang sedang kupasang.

Alvin dan Juan adalah temanku sewaktu SMP, kebetulan kami selalu sekelas sejak kelas 1 SMP sampai dengan sekarang.

Alvin adalah orang yang baik dengan keahlian musik yang luar biasa, sedangkan Juan adalah anak olahraga yang memiliki tubuh atletis.

"Bro, kita bertiga udah lama banget temenan yah, banyak yang kita lewatin bareng bareng, bahkan masalah terbesar kita dituduh sebagai pembunuh buk Susi guru mata pelajaran IPA saat SMP dapat kita selesaikan bersama dengan kejujuran." sambil memegang bahu mereka berdua.

"Bener bro, kok bisa sih kita selalu disangkutpautkan dengan kematian seseorang, padahal kita tidak bersalah, cuman dengan alasan orang yang meninggal percakapan terakhirnya dengan kita di sosmed." sahut Alvin dengan nada yang tinggi.

"Semua orang didunia ini pasti akan pergi, termasuk kita juga, kecuali jika mereka punya aliran sesat, hahaha." kata juan.

Kami pun tertawa dengan guyonan dari teman kami tersebut, walaupun tidak lucu, entah kenapa melihat Juan tertawa kami juga ikut tertawa.

Kemudian ada seorang gadis cantik mendatangi kami, dengan tubuh yang tinggi dan rambut setengah bahu. Nama gadis itu adalah Rini.

"Hai semuanya, hai Alvin." Sambil tersipu malu melihat Alvin.

"Hai juga Rini, ayok kita berangkat bareng aja sekalian."jawab Alvin

Aku dan Juan pun hanya terdiam disepanjang jalan karena kayak ngeliat orang pacaran.

"Enak nih yang Lagi PDKT, dunia serasa milik berdua." sindirku kepada mereka.

Hari ini mereka begitu dekat, bahkan saat pulang sekolah mereka tetap bersama.

Akhirnya kamipun pulang kerumah. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 dan kami harus berpisah.

"Selamat tinggal semuanya, semoga kita bertemu lagi." Rini dengan melambaikan tangan dan tersenyum kepada kami.

Entah kenapa batinku sangat sedih ketika melihat senyum Rini, seakan kami akan segera berpisah. "kenapa dadaku begitu sesak ketika melihat senyum rini."

Hari ini begitu melelahkan dan aku harus segera mandi supaya tubuhku menjadi segar kembali.

Malam pun mulai larut, dan aku sibuk mengerjakan PR yang diberikan oleh guru disekolah tadi.

"KRING, KRING, KRING." Hpku berbunyi karena ada telpon dari Juan.

"Roy, Rini udah ngga ada." Dengan nada terbata bata.

"Maksudnya gimana Juan? Aku ga ngerti." Aku begitu keheranan dan tak mengerti maksud Juan.

"Rini udah meninggal dunia, Roy. Dia dan keluarganya tewas karena kecelakaan mobil." Juan menangis tersedu sedu.

Aku hanya terdiam dan tak mampu berkata apa apa, tubuhku seakan lemas. Seketika aku terbayang senyumnya tadi, yang sudah membuatku memiliki firasat buruk tentang hal ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekte IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang