Part One: Encounter.

90 17 0
                                    

Kling.

“Selamat datang,” sapa sang pemilik toko seraya tersenyum untuk menyambut pembeli pertamanya di hari minggu yang cerah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Selamat datang,” sapa sang pemilik toko seraya tersenyum untuk menyambut pembeli pertamanya di hari minggu yang cerah ini. “Silakan memilih kue atau roti yang sudah kami siapkan.” lanjutnya.

Sih remaja pun berjalan ke arah tempat sih pemilik toko berada dengan wajah sumringah. “Hallo, apa kau menjual macaron?” tanyanya sesaat setelah menginjakkan kaki di depan orang yang menyambutnya tadi.

“Tentu, kau ingin membeli berapa dan rasa apa?” jawab pemilik toko seraya mengambil capitan kue dan tak lupa tray kosong yang akan di isi oleh pesanan pembelinya itu.

“Aku ingin dua belas buah macaron rasa cookies and cream, dan tiga buah roti baguette. Ah, juga satu pack toast bread gandum.” jelas sih pembeli.

Pemilik toko kue itu pun dengan sigap mengambil pesanan sih remaja berambut coklat gelap itu, seraya mengulang kembali pesanan pembelinya, hanya untuk memastikan.

“Ada lagi yang kau butuhkan?” tanya pemilik toko seraya memasukan dua box: yang satu berisi dua belas macaroon, dan satu lagi berisi tiga buah roti baguette, oh jangan lupa satu pack toast bread gandum itu ke satu totebag besar berwarna krem dengan tulisan “Bon Appétit!” tercetak ditengahnya.

“Tidak, cukup itu saja,” jawab sih pembeli seraya mengeluarkan dompetnya. “Ah, sebenarnya ada yang ingin saya tanyakan lagi..” netra pembeli dan pemilik toko itu pun bertemu.

“Silakan.” jawab pemilik toko dengan senyum manis yang bertengger di bibirnya. “Apa di sekitar sini ada penjual teh? ...Bangchan?” tanya sih remaja seraya memincingkan matanya, berusaha membaca name tag yang tersemat di baju dada kanan pemilik toko kue itu.

“Teh? Tea shop?”

“Ya, sejenis itu..”

“Tidak jauh dari sini, tepatnya berada di ujung jalan Boulevard nomor 43, di sebelah kanan jalan.” jelas pemilik nama Bangchan itu.

“Ah! Aku akan mengingatnya! Sebenarnya aku adalah orang baru disini, tepatnya aku pemilik toko bunga di sebrang jalan sana.” ujar sih remaja seraya menunjuk keluar jendela yang langsung menampilkan toko bunganya.

” ujar sih remaja seraya menunjuk keluar jendela yang langsung menampilkan toko bunganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kau pemilik toko itu? Senang bertemu denganmu! Perkenalkan, namaku Bangchan. Atau Chan untuk lebih singkatnya.” lelaki itu menyodorkan tangannya untuk berjabatan.

“Aku Minho! Lee Minho! Senang bertetangga denganmu, Chan!” sih remaja juga tersenyum tak kalah lebar seraya membalas jabatan tangan pemuda bernama Chan itu.

Merekapun berbincang sebentar sebelum akhirnya Minho mengeluarkan tiga lembar uang dengan nominal terbesar untuk membayar semua pesanannya.

“Terimakasih untuk sambutan hangatmu! Mampirlah ke toko bungaku saat pembukaan besok, mungkin aku akan memberikan potongan harga untukmu!” dan dengan itu remaja yang diketahui bernama Minho pun keluar dari toko kue dengan senyuman lebar yang masih terpatri diwajahnya.







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Minho kembali ke tokonya dengan satu totebag besar berisi kue, dan satu paper bag berisi beberapa kantung teh yang ia beli tadi di tea shop yang Bangchan beri tahu sebelumnya.

“Hahh....” hela napasnya panjang. “Aku akan membuat jasmine tea dan memakan toast bread dengan selai coklat.”

Ia pun berjalan ke belakang dan menaruh semua belanjaannya di atas meja pantry, dan mengeluarkan semua kue yang ia beli, lalu menaruhnya di lemari es. Tidak lupa ia menaruh dua buah toast bread ke atas piring yang telah ia siapkan, dan selanjutnya mengeluarkan teh teh yang ia beli dari bungkusnya.

“Aku banyak membeli dried fruit dan flower untuk infused tea.. tidak sabar untuk mencicipi semuanya.” monolog sih rambut coklat seraya tangannya sibuk memasukan teh ke toples kaca.

Beberapa fakta tentang sih pemeran utama cerita ini: ia adalah penyuka bunga dan teh.

Selanjutnya ia pun menyeduh teh di teapot dan menyiapkan teacup yang selanjutnya ia berikan dua sendok makan madu. Oh, apakah sudah dikatakan kalau dia juga memiliki sweet tooth?

Senyuman tidak juga luntur dari bibirnya. Mendudukan diri di bangku pantry, dengan tangan sibuk mengolesi toast bread dengan selai coklat, ia sesekali juga memandangi toko yang akhirnya ia miliki itu.

“Semoga pembukaan toko berjalan lancar esok..” ucapnya yang lalu melahap toast bread berselaikan coklat itu.
















600 words untuk chapter pertama, semoga gak terlalu ngecewain kalian <3Chapter selanjutnya akan di update kalau aku rasa cerita ini sudah dapat atensi yang cukup, ya!Jangan lupa tinggalkan jejak~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


600 words untuk chapter pertama, semoga gak terlalu ngecewain kalian <3
Chapter selanjutnya akan di update kalau aku rasa cerita ini sudah dapat atensi yang cukup, ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak~

xx

Start: 22 September 2020.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That Florist Man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang