"Apa maksudmu pulang hujan-hujanan begini?!"
Yang benar saja, pemuda itu baru sampai di rumahnya dan langsung mendapat bentakan dari ayahnya.
"Karena sedang hujan."
Choi Beomgyu, putra tunggal dari Presdir Haneul Group. Kalau dilihat sekilas, orang pasti akan berpikir ia hidup dengan bahagia tanpa masalah. Tapi kenyataannya, yang dipikirkan semua orang merupakan suatu kesalahan.
"Anak bodoh! Kau jelas tahu malam ini kita akan makan malam dengan Presdir dari Serendipity Group! Apa kau lupa?!"
Ayahnya berjalan menghampirinya, Beomgyu menatap ayahnya datar. Dugaannya, sebentar lagi ayahnya akan mengangkat tangan dan menamparnya. Benar saja, saat ayahnya sudah berdiri di hadapannya, pria tersebut mengangkat tangannya.
Namun sebelum tangan ayahnya mendarat di pipinya, ucapan pemuda tersebut berhasil menghentikan ayahnya,
"Jangan tampar aku. Apa Ayah mau aku datang ke makan malam nanti dengan pipi merah? Tentu Presdir Hwang akan heran."
Ayahnya membeku sejenak, lalu menurunkan tangannya. Beomgyu yang melihatnya langsung berjalan melewati ayahnya masuk ke dalam rumah. Tepat sebelum ia menaiki tangga, ia melemparkan satu kalimat lagi pada ayahnya, "Ayah nggak perlu membentakku kayak tadi, aku nggak mau Ayah jadi serak."
Saat sudah sampai di lantai dua, Beomgyu memasuki kamarnya, mandi, dan berganti baju. Ia melirik jam di kamarnya, jam setengah 5. Ia tersenyum kecil. Ia tahu mengenai sekolah-sekolah di Korea yang memiliki jam pulang sekolah yang sangat malam. Namun beberapa waktu lalu beberapa sekolah swasta memutuskan untuk memulangkan siswanya jam 4 sore. Ia senang karena sekolahnya menjadi salah satunya.
Ia duduk di kursi meja belajarnya, dan mulai memikirkan 'sambutan' dari ayahnya tadi. Senyumnya menghilang, berganti dengan helaan nafas. Harus dia akui, ia sudah terbiasa diperlakukan seperti ini. Namun tetap saja, ia tidak senang. Ibunya... yah, ibunya baik padanya, tapi terlalu takut untuk melawan ayahnya. Ia benar-benar sendirian dalam menghadapi Sang ayah. Ia ingin percaya bahwa ayahnya melakukan ini agar ia kuat secara mental maupun fisik, bagaimanapun juga ia akan menjadi penerus ayahnya dalam memimpin Haneul Group. Namun rasanya apa yang di lakukan ayahnya keterlaluan.
Ia memejamkan matanya sesaat, masih ada beberapa waktu untuk beristirahat sebelum ia pergi untuk makan malam dengan keluarga Presdir Hwang. Sekitar 10 menit ia mengistirahatkan tubuhnya, ia mengambil ponselnya.
Ada pesan dari temannya, Kang Taehyun.
Si Menakutkan
Hey, ku dengar kau akan makan malam bareng
keluarga Presdir Serendipity Group?
Me
Ya, kenapa?
Si Menakutkan
Tidak apa, semoga makan malamnya lancar.
Me
Iya, makasih hahaha.
Si Menakutkan
Apa kau tahu? Katanya anak perempuan
Presdir Hwang cantik.
Me
Hey, ini benar Taehyun? Sejak kapan kau tertarik
dengan hal seperti itu? Setahuku kau cinta mati
dengan belajar hahahaha.
Si Menakutkan
Diamlah, hidupku juga lebih menyenangkan
dari itu.
Me
Ahaha, iya aku percaya, Tuan Know-it-All.
Beomgyu kembali meletakkan ponselnya. Ya... setidaknya setelah mengobrol singkat dengan temannya lewat chat, ia merasa lebih baik.
Beomgyu bangkit dari tempat tidur nya, lalu berjalan menuju lemarinya untuk mengambil jas yang sudah disiapkan malam sebelumnya.
Beomgyu memakainya. Itu hanya jas biasa warna hitam yang ia pakai untuk melapisi kemeja putih di dalamnya. Tidak lupa dasi hitam yang menambah kesan formal. Ia melihat tampilan dirinya di kaca. Pakaian yang melekat di tubuhnya sepenuhnya hanya berwarna hitam dan putih, namun ia tetap terlihat tampan mengenakannya.
Kalau boleh jujur, ia sangat malas untuk keluar dan kembali bertemu dengan ayahnya. Tapi ia bisa apa? Yang ada ayahnya akan marah lagi padanya jika ia terlambat.
Beomgyu bergabung dengan keluarganya di pintu utama. Ibunya tersenyum padanya, sementara ayahnya bahkan tidak menatapnya.
"Ayo berangkat." Ujar ayahnya singkat.
Mereka masuk ke mobil keluarga, dan sepanjang perjalanan keheningan mengisi mobil tersebut. Sampai akhirnya ibunya membuka suara, "Bagaimana sekolahmu hari ini?"
Beomgyu yang awalnya memfokuskan pandangannya pada pemandangan Seoul dari mobil menoleh pada ibunya, lalu tersenyum kecil, "Baik. Aku dan Taehyun makan tteokbokki yang enak di kantin."
Ibunya ikut tersenyum mendengar cerita singkat Beomgyu. Wanita itu melirik suaminya yang duduk di kursi penumpang sebelah supir. Suaminya terlihat benar-benar tidak peduli. Pria itu fokus pada ponselnya. Ia menghela nafas, mengapa suaminya sangat acuh pada anak mereka sendiri?
Nyonya Choi mengulurkan tangan untuk membelai rambut hitam putranya. Putranya, yang sangat berharga di matanya. Beomgyu kembali melemparkan senyuman ke ibunya, sebelum kembali menatap ke luar jendela.
"Ah, sudah sampai." Presdir Choi akhirnya bersuara. Ia menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Beomgyu dengan tajam, "Ingat untuk jaga kelakuanmu di makan malam nanti."
"Tenanglah, kau tahu bahwa dia tidak pernah membuat ulah." Bela nyonya Choi.
Sang Presdir tidak memedulikan ucapan istrinya. Ia turun dari mobil, yang diikuti oleh anak dan istrinya. mereka masuk ke restoran bernama 'Bamhaneul' tersebut dan berjalan ke meja yang sudah di pesan.
"Rupanya mereka belum datang." Ujar Presdir Choi. Keluarga tersebut duduk di satu sisi dari meja yang lumayan besar tersebut. Setelah menunggu sekitar 10 menit, Beomgyu melihat 4 orang yang jelas-jelas berjalan menuju tempat ia dan keluarganya duduk. Mereka berhenti saat sudah mencapai mejanya, dan orangtua Beomgyu berdiri untuk menyambut keluarga itu.
"Rupanya mereka."
Beomgyu mengamati anggota keluarga Hwang. Taehyun benar, anak perempuan mereka cantik. Sepertinya seumuran dengannya.
"Hey, apa yang kau lakukan? Cepat beri salam."
Teguran ayahnya berhasil membawanya keluar dari lamunannya.
"Ah, ya."
Beomgyu berdiri, lalu membungkukan badannya.
"Selamat malam, saya Choi Beomgyu."
Beomgyu kembali duduk di kursinya bersamaan dengan duduknya orangtuanya dan keluarga Hwang. Anak perempuan itu... siapa tadi namanya? Yara? Nari?
Ah... Nara.
Hwang Nara.
Beomgyu bisa pastikan ia akan menyimpan nama itu baik-baik di memorinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selcouth; C. Beomgyu
Fanfiction"Selcouth" (adj.) unfamiliar, rare, strange, and yet marvelous. Choi Beomgyu & Hwang Nara, 2020.