Sulung

238 34 2
                                    

Sulung































Sulung. Anak pertama. Dulu, saat aku masih belum memiliki adik, kukira aku adalah anak satu-satunya yang dimiliki oleh Mama dan Papaku. Dulu, akulah yang dimanjakan, tapi semenjak usiaku tujuh tahun dan memiliki seorang adik perempuan, perhatian mereka tentu saja terbagi.

Aku bukan satu-satunya yang harus disayang oleh Mama dan Papa.

Aku sudah menjadi kakak di umurku yang masih tujuh tahun. Saat itu aku belum tahu apa-apa dari menjadi seorang Kakak, tapi seingatku, aku tidak pernah menangis ketika Mama tidur dengan adikku sementara aku harus tidur berdua dengan Ayah karena kalau adik terbangun di tengah malam dan butuh ASI, sekamar dengan Mama tentu saja menjadi hal yang memudahkan adikku untuk meredakan hausnya.

Pernah ketika itu, saat aku akan tidur, aku malah berdiri di depan ambang pintu yang dulunya adalah kamarku dengan Mama sewaktu masih seumuran adik kecilku. Tempat tidur di sebelah Mama yang dulunya ditempati oleh seorang bayi mungil yang tak lain adalah aku, sekarang berganti diisi oleh adikku.

Saat itu, aku tidak terlalu memikirkan tentang kasih sayang Mama dan Papa yang harus dibagi. Aku tidak memikirkan apakah aku rela membagi perhatian dan kasih sayang mereka karena aku masih terlalu senang mendapatkan seorang adik yang bila sudah besar nanti, bisa menjadi temanku bermain.

Lambat laun aku tumbuh, perlahan-lahan aku mulai merasakan bagaimana peran seorang Kakak kepada Adiknya. Kata Mama, aku harus menjadi contoh yang baik untuk Adikku, kata Papa aku harus mengalah ketika Adikku mau sesuatu yang artinya aku harus menunggu beberapa waktu karena Adikku duluan yang akan mendapatkan sesuatu yang dia inginkan, kata Nenek, aku harus bisa menjaga Adikku dengan baik, menjadi tameng dan pelindung untuk dia kalau ada yang berniat tidak baik.

Aku memahami itu, aku menerapkannya.

Aku adalah seseorang yang pasrah. Rasanya malas saja kalau harus banyak menuntut, kalau tidak dipenuhi kan yang sakit juga aku sendiri, bukan orang lain. Maka ketika Adikku mendapatkan sesuatu yang dia inginkan sementara aku harus menunggu beberapa waktu atau bahkan tidak mendapatkannya sama sekali, aku merasa biasa saja.

Diberi, aku terima, tidak diberi ya sudah. Aku seperti itu. Tidak mau ribet.

Dibandingkan dengan Adikku? Sudah sering.

Adikku memang lebih banyak bisanya ketimbang aku. Adikku sekali diajari sesuatu, pasti langsung bisa melakukannya dalam waktu singkat. Dia jago menggambar, dia bisa membuat kerajinan dari anyaman bambu bahkan di usianya yang masih kelas empat SD, adikku jago menari, adikku bisa berenang sementara aku sampai di umur sembilan belas tahun pun tidak bisa karena dulu aku pernah tenggelam dan trauma, adikku bisa salto, dia jago karate, adikku juga bisa bermain ukulele.

Serius. Adikku memang benar-benar memiliki itu semua.

Aku? Sederhananya, aku adalah kebalikan dari adikku. Satu-satunya kelebihan yang bisa aku banggakan adalah aku suka menulis dan bisa menulis sebuah cerita. Prestasi yang bisa aku banggakan mungkin juara satu lomba olimpiade IMSO MIPA tahun 2012 tingkat kecamatan dan menerbitkan satu buah novel picisan anak SMA di umur enam belas tahun yang pernah juga diwawancarai di sekolah, radio kota, dan diundang bedah buku di perpustakaan daerah bersama penulis di kotaku juga yang mana saat itu usiaku baru tujuh belas tahun, paling muda sendiri dan paling tidak tau apa-apa.

Tidak, prestasiku bukan ‘hanya’, tapi menurutku itu sudah lebih dari cukup. Kadang kalau aku kilas balik, tidak seharusnya aku iri pada Adikku. Kami sudah diberikan kelebihan dan kekurangan yang berbeda.

Sulung. Anak pertama. Semakin lama, aku semakin tidak bisa menerima kalau aku harus menjadi contoh bagi Adikku. Dewasa ini, aku tidak ingin menjadi contoh untuk siapapun, aku tidak ingin terlihat oleh siapapun, aku hanya ingin tetap berada di semesta yang aku buat sendiri, di dalam kamar dan di depan laptop. Sudah. Itu saja cukup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SulungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang