STW.2

38 21 0
                                    

Namun, seseorang membantu memgeluarkanku dari himpitan beton ini. Dia menggendongku sambil berlari cepat. Bukannya lari ke arah benteng pelindung, dia malah berlari ke arah sebaliknya.

"Hey apa yang kaulakukan? Kita akan ke mana?" tanyaku heran.

Mataku kembali membeliak saat melihat t-rex dan komodo berlari mengejar kami. Dua makhluk itu tak segan-segan menginjak seluruh benda yang dilewatinya hingga tak berbentuk.

Semakin cepat kami berlari, semakin cepat pula mereka mengejar. Mereka terus mengaum kelaparan. Kami pun mencoba bersembunyi di balik sebuah bangunan. Suara ledakan pun kembali terdengar berkali-kali diikuti suara auman yang begitu memilukan. Aku menghela napas sejenak. Mencoba menetralkan kembali perasaanku.

"Terima ka—" ucapku tertahan saat menatap orang yang menolongku.

"Kau!" teriakku tertahan. Aku ternganga tak percaya saat melihat manusia prasejarah secara langsung. Dia, benar-benar seperti dalam buku sejarah!

Aku tak menyangka, jika manusia purba juga ikut datang ke sini. Seingatku, dia termasuk manusia purba jenis Pithecanthropuserectus.

"Tidak perlu kaget seperti itu."

Dia bisa bicara?!

"Aku dimintai datang kemari oleh kedua orangtuamu, Olive."

Ha? Bagaimana bisa dia tahu namaku?!

"Kau siapa?!" tanyaku masih terperangah.

Dia pun tersenyum sambil memamerkan deretan giginya. Aku meneguk ludahku sejenak. Mencoba agar tidak terlihat tegang.

"Panggil saja aku Pithe. Orangtuamu yang memberikan nama itu untukku," ujarnya.

"Sudah tidak ada waktu lagi, ayo gunakan liontinmu itu dan segera perbaiki semuanya. Aku tidak nyaman berada di masa depan seperti ini," ujarnya lagi.

Setelah diberitahu bagaimana cara menggunakan liontin ini, kami pun tiba di masa lalu sekitar sehari sebelum terjadi kekacauan ini. Kami memasuki gedung pusat penelitian pada malam hari. Sengaja, agar tidak ada yang melarang kami masuk.

"Ayah! Ibu!" teriakku terharu saat bisa melihat mereka kembali.

Mereka terperanjat saat aku tiba-tiba datang dan memeluk mereka.

"Ada apa Olive? Tidak biasanya kema— PITHE!!!" teriak mereka serentak sambil memandangi Pithe.

"Bagaimana bisa kauada di sini?!"

Pithe mulai menceritakan apa yang terjadi. Aku juga ikut menceritakan apa yang terjadi sambil menangis. Orangtuaku mulai mengerti dan merenung. Mereka berpikir, mungkin memang tidak seharusnya mereka menuruti untuk melakukan eksperimen ini.

"Baiklah... kita hentikan eksperimen ini sebelum besok mulai terjadi ledakan. Olive berikan liontinmu itu," ucap Ayah.

Ayah mulai membuka liontion dan menarik kunci kecil di dalamnya. Ayah menaruh kunci itu di lubang portal dimensi yang tidak akan jadi beroperasi. Dalam satu putaran portal itu pun berhenti.

"Terima kasih Pithe sudah membawa Olive ke mari. Terima kasih juga Olive sudah mau ikut dan percaya pada Pithe," ucap Ibu sambil memelukku.

"Nah, saatnya kita antar Pithe pulang. Tidak usah khawatir, keadaan akan kembali normal. Para makhluk purba pun sudah kembali masuk ke dimensi asalnya," ujar ayah memberi penjelasan.

Aku mengangguk mengerti.

Hingga tiba saatnya kami berpisah dengan Pithe. Orangtuaku berjanji tidak akan melakukan timetravel lagi jika tidak ada hal darurat. Pithe juga menyetujui hal itu. Katanya, ini juga demi keberlangsungan sejarah. Kita tidak boleh sembarangan ikut campur pada dimensi paralel lagi.

Ibu juga memberikan sebuah cairan bening pada Pithe. Pithe pun meminumnya. Cairan itu semata-mata untuk melupakan apa yang telah ia lihat selama di dimensi kami.

Kami pun kembali ke dimensi asal. Di mana kekacauan sempat terjadi. Kami tersenyum senang saat melihat keadaan sudah kembali normal. Keadaan di mana satu jam sebelum kekacauan terjadi. Tidak ada lagi makhluk purba yang tiba-tiba datang ke dimensi ini lagi.

Kami juga ikut meminum cairan bening seperti Pithe. Agar bisa melupakan kejadian tadi dan kembali hidup normal.

TAMAT

Penulis: rahmalia_kh243

Artworker: cometria

Cerita ini terpilih sebagai cerita terbaik Circle Pedia Weekly Short Story batch 4 genre Laga. 

Jangan lupa untuk klik tombol vote dan tinggalkan komentar, ya. Sampai jumpa di short story selanjutnya!


Save The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang