🅿art Eighteen

431 50 7
                                    


Junmyeon merutuki nasibnya menjadi detektif yang harus menyamar sebagai seorang guru. Dia benar-benar harus menjadi seperti seornag guru sekarang. Pulang lebih lama karena harus memeriksa tugas-tugas siswa dan siswinya. Semua juga salah dirinya yang terlalu menyukai dunia matematika. Terkadang dia berpikir andai saja dirinya tidak lebih pintar secara akademis dari rekannya yang lain, maka dia bisa mendapatkan posisi yang lebih santai bukan ?

Sekarang dia masih duduk dengan tenang di dalam ruang guru. Sendirian dan tidak ada kebisingan. Wanita ini memang selalu menyelesaikan semuanya di sekolah. Jika di bawa ke rumah, maka dia tidak akan menyelesaikan nya nanti.

Sekarang sudah pukul enam sore. Junmyeon sudah selesai memeriksa semua kuis dan tugas serta telah menyimpan semua nilainya. Akhirnya dia bisa pulang dan segera menyegarkan dirinya.

Junmyeon mengambil tasnya dan berjalan meninggalkan ruang guru. Menyusuri lorong sekolah yang sepi. Melewati beberapa ruangan yang masih di isi oleh siswa-siswi yang sedang berlatih untuk festival.

Mereka antusias sekali. Padahal, acara itu tida akan berjalan baik nanti. Batin Junmyeon.

Langkahnya terhenti saat dia menangkap seorang pemuda bertubuh tinggi dengan seragam basket berdiri di hadapannya. Dengan tubuh yang sudah lumayan berkeringat dan nafas yang sedikit terengah-engah.

"Apa ?" Tanya Junmyeon dingin.

"Hai new ssaem." Sapa Sehun. Pemuda yang baru saja datang dari lapangan basket.

"Menyingkir lah nak. Aku mau pulang. Badan ku sudah lelah." Ucap Junmyeon berharap Sehun akan menyingkir.

"Sebentar ssaem, aku mau memberikan sesuatu pada mu." Sehun mencegah Junmyeon yang berusaha kembali berjalan.

"Apa lagi ? Berhentilah membuang uang untuk memberikan sesuatu pada ku. Tabung uang mu untuk kuliah nanti."

"Kau tenang saja ssaem. Aku membelinya juga karena merasa ini penting. Terima lah." Sehun menjulurkan sebuah kotak yang dilapisi kertas bermotif bunga dengan pita.

"Aku sedang tidak ulang tahun. Kau suka sekali memberi ku hadiah."

"Ini baru yang kedua ssaem. Ku mohon terima. Dan jangan lupa di gunakan." Pinta Sehun.

"Sudahlah. Berikan saja pada kekasih mu atau sahabat mu atau ibumu." Junmyeon masih kekeh menolaknya.

"Tidak bisa. Ini khusus untuk anda. Aku sudah menyiapkan ini."

"Baiklah...baiklah..." Junmyeon menerima kotak tersebut dan menyimpannya ke dalam tas.

"Terima kasih." Ucap Junmyeon pada Sehun.

Junmyeon kembali berjalan dan kali ini langkahnya terhenti karena Sehun menahan tangannya.

"Hei ! Kau lancang sekali." Bentak Junmyeon.

"Mianhae. Tapi, aku ingin bicara sebentar dengan ssaem." Pinta Sehun lagi.

"Bicara apa ?"

"Mari berkencan dengan ku ssaem." Ucap Sehun cepat.

Junmyeon mendelik terkejut atas ucapan Sehun yang sangat jelas di telinganya. Dia tidak menyangka jika siswanya itu mengajak dia berkencan ? Apakah dia tak salah dengar ?

"Ssaem, apa jawaban mu ?" Tanya Sehun.

Bukannya menjawab, Junmyeon justru menepuk jidat tampak Sehun hingga sang pemilik mengaduh sakit.

"Yakk...kau lancang sekali. Kau terlalu banyak menonton drama nak." Ucap Junmyeon ketus.

Dia segera melepaskan tangannya dari genggaman Sehun. Berjalan meninggalkan pemuda yang masih memasang wajah kecewa karena ajakan kencannya ditolak.

 Detective L (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang