Bab 1

14 0 0
                                    

Oh Seoh Yeon pernah berpikir dua kali, tentang bagaimana cara yang pasti untuk menggapai segala sesuatu hanya dengan sekali usaha saja. Seperti sebuah Vending Machine, seseorang hanya perlu memasukkan koin sebanyak satu kali lalu mendapatkan sekaleng soda dengan sangat mudah.

Seseorang bahkan tidak perlu bersusah payah berkeringat sampai-sampai baju yang dipakai bau apek ataupun bernoda coklat sehingga deterjen pun hanya menjadi penambah masalah saja. Berusaha itu bukanlah hal yang sepele, perlu berbulan-bulan latihan bagi Seohyeon untuk mampu melakukan tiga pekerjaan dalam satu tubuh saja. Bisa dibayangkan menjadi seorang mahasiswi, trainee di sebuah agensi, sekaligus cleaning service di sebuah toko serbaguna yang megah.

Seohyeon sampai pusing seribu keliling diakibatkan seringkali Ibunya memarahi Seohyeon yang selalu pulang larut malam. Bukannya Seohyeon membela diri, sempat-sempat saja dia berbohong agar Ibunya tidak terlalu khawatir. Seohyeon bukanlah tipe remaja pada umumnya yang akan mengemis meminta uang kepada orang tuanya tanpa rasa belas kasihan, Seohyeon bahkan tidak segan-segan menolak uang hasil kerja keras Ibunya yang menjadi karyawan toko bunga.

Hasilnya memang tidak seberapa, Ayah Seohyeon sejak lima tahun lalu sudah meninggalkan dunia, karena kanker hati. Seohyeon memandang Ibu dengan sangat fokus sekarang, ia hanya takut kehilangan orang tua untuk kedua kalinya lagi.

Lamunan itu buyar selagi Ah Yeo Joong memanggil Seohyeon dengan lantang dan keras, "Hei tukang ngelamun! Kerjakan tugas saja sana, bodoh."

Teman Seohyeon yang satu itu memang pandai sekali mengomeli orang, padahal dirinya bahkan tidak becus untuk peduli pada diri sendiri. Tugas-tugasnya hanya disingkirkannya karena sibuk bermain game di gawai Iphone miliknya. Seohyeon hanya bisa mengangguk tidak ikhlas melayani kemauan Yeojoong, daripada kata-kata kasar keluar dari giginya yang menggertak-gertak sangat mengerikan itu.

Cuaca hari ini benar-benar tidak buruk sama sekali. Cocok untuk mendengarkan musik bernuansa summer selagi bersandar dibawah pohon rimbun di taman seberang kampus. Memang Seohyeon tidak pernah ada waktu luang untuk bersantai ria, karena selepas pulang kuliah dia biasanya akan langsung bergabung dengan teman-teman se-per-bersih-bersihnya di mall. Atau bisa jadi ia akan memilih untuk berlatih menari dan melentukan tubuhnya dengan ritme musik.

Seohyeon adalah penari utama dan dia akan siap didebutkan menjadi salah satu anggota girlgroup dua tahun yang akan mendatang. Bisa dibilang tidak ada satupun mahasiswa di Kampus Incheon yang paham betul akan sikap Seohyeon sewaktu-waktu dia berlatih sendirian di ruang olahraga, mereka tidak menyadari bahwa Seohyeon akan menjadi orang yang bisa membawa nama baik kampus suatu hari nanti. Seohyeon selalu saja berkata lain, dia hanya ingin sendiri-lah, atau dia hanya mengerjakan tugas-lah. Banyak sekali alasan, anehnya lagi mereka semua percaya.

Alih-alih Seohyeon memang mahasiswi biasa yang disiplin dan terpuji di mata para dosen, rasa curiga dan salah paham pun sangat jarang untuk dirasakan bagi siapapun yang dekat dengannya. Jangankan dosen, teman-teman kuliahnya tidak pernah menganggap Seohyeon sebagai anak yang bandel, mereka cuma tahu dengan fakta bahwa Seohyeon memiliki postur yang sesuai untuk ukuran model-model kelas atas. Tak heran tiap-tiap harinya ada saja yang berkomentar tentang bagaimana kalau Seohyeon akan debut di industri permodelan tanah air.

Kuliah selesai pukul dua siang. Shift hari ini memang dijadwalkan tiga puluh menit lagi, sebaiknya Seohyeon segera bergegas berganti baju.

✷✷✷✷✷

Jung Yun Ho menoleh sembilan puluh derajat sampai lehernya hampir patah. Cha Yeo Ri sang pacar hanya bisa terkekeh hebat. Yeori memang usil, membuat Yunho tertipu terkadang memang membuat perutnya menggelitik hebat. Yunho saja yang memang memiliki wajah meme-ish, membuat Yeori tidak perlu mencari video lawakan di Youtube selagi ada Yunho.

Tiba-tiba sesuatu menohok perut bagian bawah Yunho, ia tahu bahwa cepat atau lambat, segera air kencing di kantung penahannya akan membludak. Dengan penuh mohon, iapun izin kepada Yeori untuk mengundurkan diri sebentar ke toilet.

"Aku juga mau cari sepatu, ya, nanti kita ketemu di lantai dua."

"Oke."

TOILET

Tertulis jelas di sekitar radius lima puluh meter, Yunho semakin tidak tahan saja sampai ia berlari terbirit-birit bagaikan dikejar singa buas.
Belum ada sampai di depan pintu toilet, Yunho terpeleset dan mendarat terduduk.

Splash

Gubraaaaak

Banyak sekali pasang mata yang mengarah kepada Yunho, dia hanya bisa merintih kesakitan, bokongnya seakan dihempas oleh sesuatu yang tajam. Malu dibelakang nanti.

Seorang tukang cleaning service dengan segala macam peralatan pel lantai tiba-tiba menghampiri Yunho dengan wajah yang ciut. Kulitnya memerah padam dengan suara melengking keluar dari pita suaranya. Jelas sekali dia khawatir.

"Oh, Anda tidak apa-apa, Pak?"

Mata Yunho menuju pada label nama di baju wanita itu, tertulis Oh Seoh Yeon.

Yunho bangkit mengelus-ngelus bajunya yang sedikit tertumpah noda bekas di lantai, matanya kembali mengelilingi sekitar dan mendapati orang-orang menatapnya dengan penuh tawa. Rasa malu di hati Yunho mulai berkumat dan secara tidak manusiawi dia pun meluapkannya.

"Sialan, kalau kerja yang benar, dong! Kerja jadi cleaning service aja susah bagaimana mau menjadi kaya kalau begitu."

Pupil Seohyeon berkaca-kaca, belum pernah ada seseorang berkata sebegitu kasarnya seperti tertikam ribuan kali.

"Saya tidak me-ngepel bagian tempat Bapak berdiri, itu bukan salah saya-" Lantur Seohyeon gugup, dia bahkan tidak sempat menyambung kata-katanya.

"Jangan membela! Sudah jelas-jelas itu salahmu, masih berani membela juga? Tidak tahu diri."

Seohyeon masih merasa seperti jatuh dari tebing, mood nya kali ini sempat naik, lalu ada yang mendorongnya dari belakang, membiarkan Seohyeon jatuh perlahan dengan amarah yang terpendam dan tidak bisa terucap dari bibir mungil beroles liptint itu.

Tiada hujan maupun angin, seorang wanita datang dengan penuh berani, dan menunjuk pada kaki Yunho, "Sepatumu rusak lebih dulu, seharusnya kamu tidak menyalahkan pekerja disini. Mereka itu hanya menjalankan tugasnya."

Mata Yunho membelalak, rasa malu yang seharusnya diutarakan untuk Seohyeon mulai terkikis habis. Mungkin memang takdir menginginkan wanita itu untuk menjadi penengah di jalan Seohyeon dan Yunho yang sedang dalam adu mulut.

Seohyeon bisa bernafas lega, setidaknya dia tidak bisa dipermalukan seperti ini, dia betul-betul merasa jenuh, otaknya tidak bisa berfungsi dengan normal.

"Lihat kan? Sekarang minta maaf."

"Apa?"

protagonist ; yunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang