Bab 2

6 0 0
                                    

"Lihat? Sekarang minta maaf."

"Apa?"

Seohyeon menarik lengan Yunho kuat-kuat. Membuat Yunho bingung dan menerka-nerka apa yang akan Seohyeon lakukan.

"Kau laki-laki seharusnya tidak berkata kasar, kau tahu itu?"

Yunho terdiam, masih belum bisa mencerna dengan apa yang terjadi. Yunho memang bukanlah pria yang suka menghormati wanita, tapi dia terlalu overthinking. Rasa bersalah masih mengerumuni tubuh kekar setinggi pohon natal itu. Ia hanya bisa berharap agar Seohyeon tidak mengadukannya yang tidak-tidak.

"Oh, tidak gentleman rupanya. Mungkin aku bisa menelpon-"

"A-anu, akan saya lakukan. Saya. Saya minta maaf." Punggung Yunho tiba-tiba membungkuk.

Seohyeon tertawa lirih, senyumnya berhenti di detik ke sepuluh, lalu menyulut, "Bukan begitu, teriak."

Bukan ini yang Yunho mau, dia sangat mewanti-wanti hal ini bakal terjadi kedepannya. Sikap Seohyeon di awal memang sangat ramah, dan selamanya akan dicap begitu di ingatan Yunho sampai dia menyadari bahwa Seohyeon berubah seratus delapan puluh derajat.

"Oke. Baiklah, jangan beritahu bosmu mengenai hal ini, tolong, kau bisa merusak reputasiku."

Seohyeon mengangguk, kepalanya tersandar rileks di pegangan pel miliknya. Melihat Yunho tergeliat-geliat tidak nyaman seperti itu benar-benar memuaskan matanya hari ini. Balasan yang pantas bagi orang-orang seperti Yunho patut diancungi jempol.

"SAYA MINTA MAAF. SAYA TIDAK AKAN MENGULANGINYA LAGI!"

Samar-samar para pengunjung yang sedari tadi sudah meninggalkan lokasi kejadian perlahan kembali untuk menilik situasi karena teriakan Yunho. Dia pun berlari kocar-kacir menahan malu. Tawa Seohyeon semakin mengalir deras. Dia berani bertaruh kalau Yunho akan menangis sejadi-jadinya dan mengekspos hal ini keseluruh media.

Tulang pipi Seohyeon mengempes mengakibatkan wajahnya kembali normal dengan pasang mata yang mengarah kepada sebuah dompet yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia tak berani membuka tapi siapa menerka kalau dompet itu mungkin saja milik Yunho.

✶✶✶✶✶

Hahahahaha

"Ah masa sih? Sumpah... hahahaha."

Suara-suara tawa manusia itu masih berbunyi di tengah sunyinya malam. Pukul dua belas, Seohyeon dan kawan-kawannya masih belum juga pulang ke rumah masing-masing dan berkumpul di rumah Choi Yeon Jun dalam rangka bermalam-mingguan.

Tradisi yang sudah biasa dilakukan bagi Oh Seoh Yeon, Choi Yeon Jun, Jung Woo Young, Ji Chang Bin, dan Song Yu Qi sebagai teman baik dan berfungsi untuk membuang jauh-jauh rasa jenuh dengan dunia perkuliahan selama pertengahan semeser ini.

"Sudah pesan belum? Aku lapar, nih." Wooyoung mengalihkan perhatian dari topik pembicaraan yang semula dibicarakan awal-awal oleh Seohyeon tentang kejadian hari ini-pria yang menuduhnya lalu meminta maaf secara publik karena padahal itu adalah salahnya sendiri-alias Yunho.

"Sudah, kok. Tadi aku yang pesankan." Ucap Yuqi sembari memencet-mencet tombol remote untuk mengganti stasiun televisi lain, maklum, di malam hari mana ada yang menampilkan acara talkshow pada jam segini. Wooyoung yang sedari tadi mengoceh mulai berbaring dan meluruskan kaki di sofa berbahan dasar kulit dekat televisi, memikirkan ide tentang bagaimana cara membuat Changbin muak. Ia dengan sukarela menepuk-nepuk wajah Changbin dengan kaki pendek miliknya. Changbin yang setengah tak terima pun menaruh lengan bagian ketiaknya ke hidung Wooyoung. 

"Sialan baunya."

"Spesialis ketiak Ji Chang Bin is here, jangan berani-berani."

Wooyoung dan Changbin berteman selama kurang lebih dua tahun, awalnya Wooyoung sama sekali tidak tahu kalau Changbin adalah salah satu manusia yang selama ini menghabiskan hari-hari di agensi tempat Wooyoung berlatih menari. Ia melangkahkan kaki menjadi jajaran trainee-trainee kelas tinggi di sebuah perusahaan besar bersamaan dengan Yeonjun. Sedangkan Changbin adalah seorang yang ahli bidang rap dan hanya berbekal kemampuan satu-satunya itu. Menari dan menyanyi bukanlah sesuatu yang bisa ia handalkan, setidaknya agensi bisa menerima talenta terbaik tahun ini.

Sedangkan Yuqi, bersaman dengan Seohyeon, sempat beberapa kali gagal dikala menuju sebuah harapan baru. Yuqi semula mendaftar di agensi yang tidak cukup terkenal di pandangan Korea, namun kegagalan itu membawanya naik dengan prestasi yang tak pernah diduga-duga. Yuqi akhirnya diterima di agensi yang lebih ternama, bagaimanapun juga talenta pada diri seseorang tidak pernah berkata bohong.

tok tok tok

Obrolan-obrolan tak berguna di apartemen nomor seratus dua puluh tiga itu berhenti di tengah-tengah suara ketukan pintu. Mulanya Yeonjun menerka apakah itu suara hantu yang sedang mengetuk pintu namun tiba-tiba disela oleh Wooyoung yang sudah beberapa kali menyatakan kalau dirinya kelaparan.

Barangkali itu pizza, bukan?

Seohyeon bergegas menuju pintu karena dia kalah dalam permainan batu-gunting-kertas yang mengakibatkan dirinya terlibat untuk mengantarkan pizza sampai ke tangan kawan-kawannya. Seohyeon sempat menguap satu-dua kali karena, bayangkan ini sudah hampir pukul satu malam.

Tangan Seohyeon mengambil alih gagang pintu, sahut-sahut terdengar suara lelaki dengan masker bercorak merah hitam di wajahnya yang mengatakan, "Selamat malam, ini pizzanya. To-" Kalimat itu belum sempat ia dilanjutkan lelaki berbadan lebih tinggi dari Yeonjun yang notabenenya adalah seorang "tiang" pun kalah.

Seohyeon menggeleng kecil dan menatap penuh bola mata lelaki itu dengan penuh kebingungan, "Ada apa? Berapa totalnya?" Lelaki itu tetap kukuh tidak menjawab pertanyaan Seohyeon, dia tetap termangu seakan memilih untuk mendorong dirinya terhempas ke lantai saja. Seohyeon yang semakin gila dengan situasi ini pun memanggil Yeonjun untuk membayar lelaki-dengan mata melototnya-ini agar segera pergi.

Yeonjun yang datang bagaikan superhero dadakan pun mengambil beberapa lembar uang dari dompet kainnya lalu berterima kasih kepada lelaki itu. Lelaki itu masih tidak mengucapkan sepatahpun dari kata "pizza", ia lalu berjalan cepat dari lorong menuju lift sampai-sampai ia hampir terjatuh.

"Kenapa harus memanggilku, sih? Ada apa memang?" Tanya Yeonjun membuat jiwa Seohyeon hampir melayang karena kaget.

"Tidak apa, tadi dia menatapku seakan dia mengenalku. Tapi aku tidak tahu itu siapa." Mata Seohyeon masih berpatroli di sekeliling lorong berupaya untuk mengingat kembali apakah ada seseorang yang dia kenal dan menjadi delivery pizza.

Kosong.

Pikiran Seohyeon tiba-tiba menyublim menjadi udara.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

protagonist ; yunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang