Day 1
Ara berjalan menyusuri koridor kelas 9. Ruang kelas 9F menjadi tempatnya untuk TPM nanti. Koridor kelas dipenuhi dengan siswa yang haus materi. Sudah menjadi hal yang biasa bagi sekolah Ara. Setiap ada ujian, para siswa belajar bersama di depan koridor kelas. Koridor saat ini ramai dengan suara siswa yang menghafal materi.
Ara menghampiri Allen, teman sekelasnya dan duduk disebelahnya.
" Tumben datengnya agak kesiangan. Kesambet apa lo?" goda Allen.
"Semalem habis kerasukan penunggu rumah kosong di sebelah rumah gue." Jawab Ara dengan nada serius.
"Eh serius lo?" Allen mulai ketakutan.
"Hahaha... Aduh Allen, ya enggak lah. Orang kayak gue kok kerasukan. Iman gue kan kuat." Ara tertawa melihat temannya itu ketakutan.
Sedangkan Allen hanya meringis.
"Eh, btw lo sebangku sama siapa nanti?" tanya Allen.
Ara hanya mengedikkan bahu tidak peduli sembari mengeluarkan alat tulisnya.
"ntar deh, gue lihat dulu" Allen lalu berjalan memasuki kelas 9F untuk melihat kartu nama di meja Ara.
"ARAA!!!" Allen menjerit histeris memanggil nama Ara sampai semua siswa yang berada di ruangan itu menoleh ke arahnya.
Allen berlari menghampiri Ara yang sedang duduk santai di depan kelas 9F.
"Ra! Gila lo!" seru Allen.
"Hah?" Ara kebingungan melihat Allen yang tiba-tiba menyebutnya gila.
"Yang sebangku sama lo..."
"Siapa?"
"Itu..."
"Apaansih lo gajelas banget!"
"Kak Roy!" Allen berseru menyebut nama itu sampai siswa yang berada di sekelilingnya menoleh ke arahnya untuk yang kedua kalinya.
"Siapa dia?" sahut Ara tak peduli.
"Gila lo ya! Masa gatau sih! Dia itu anggota grup band satuband Ra! Grup band sekolah kita!"
"Terus?" Ara menaikkan alisnya tidak peduli.
"Dia famous banget Ra yaampun masa lo gatau sih?" seru Allen tidak percaya.
Ara mengedikkan bahunya. Sekali lagi tidak peduli.
"Dia kalo lagi ngeband nih Ra, gilak cool banget parah. Gantengnya bisa bertambah dua kali lipat!"
"Apalagi waktu ngeband dia pake kaos item, cocok banget sama warna gitarnya dia. Gantengnya bertambah lima kali lipat!"
"Dia tuh orangnya misterius banget Ra! Banyak banget temen angkatan kita yang suka sama dia. Tapi kayaknya gak ada satupun yang menarik di mata dia."
Allen melirik ke arah Ara yang sibuk mencari penghapusnya di dalam tas.
"Ara! Lo dengerin gue gak sih?" Allen mendecak sebal ketika sadar Ara tidak menyimak ocehannya itu.
"Iya gue dengerin kok." Ucap Ara berbohong.
"Barusan gue bahas apa coba?" Allen mengetes kejujuran Ara.
"Gatau." Ucap Ara santai.
Allen mendengus sebal.
Kriiingg!
Bel berbunyi. Para siswa segera memasuki ruang TPM yang sudah diatur oleh panitia tes. Banyak siswa yang sampai berlari-lari, takut tertinggal.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
CONFUSED
Teen FictionDisinilah awal mula kisah Ara. Kisah yang membuatnya mengerti apa arti dari sebuah perjuangan. Dimana ia belajar bahwa logika mesti harus dikedepankan daripada perasaan.