Memiliki sebuah keluarga yang lengkap tentu saja itu yang diinginkan semua anak, termasuk Gia. Tapi, yang dia ingin kan bukan ibu dan saudara tiri nya. Berlagak memiliki sebuah keluarga yang harmonis, padahal nyata nya itu hanya sebuah kedok yang mereka pasang di depan sang kepala keluarga. Yudha Ratmo Angkasawinata, sang kepala keluarga yang menyayangi keluarga nya.
Di umur nya yang 50 tahun Yudha masih memiliki paras yang rupawan. Memiliki bisnis lancar jaya yang terbilang sangat sukses, tak heran jika apa yang diinginkan istri dan anak-anak nya selalu ia turuti.
Seperti sekarang, liburan keluarga. Setiap bulan satu hari mereka menghabiskan liburan untuk keluarga. Untuk liburan kali ini mereka tidak pergi keluar kota, hanya jarak bbrpa km dari rumah. Tapi sang nyonya rumah ingin menginap di Hotel. Gia sungguh jengkel dengan keputusan seenak nya dari Ibu Tiri nya itu, sedangkan Sang Ayah selalu menyetujui perkataan Istri kedua nya itu.
"Kids, lebih baik kali ini kalian sekamar berdua. Kamar yang kosong hanya tersisa 2 kamar, apa tidak apa-apa?." Yudha bertanya kepada Gia dan Sela, Saudari Tiri Gia yang berjarak satu tahun lebih muda dari nya.
"Aku tidak apa-apa ayah, bukan kah akan lebih menyenangkan jika bisa sekamar dengan Kak Gia." Jawab Sela dengan antusias.
Gia hanya menghela nafas nya bosan, entah sudah berapa kali dia menghela nafas karena selalu kebosanan setiap kali Liburan Keluarga ini. Lebih parah nya, Gia harus sekamar dengan Sela yang selalu dia hindari. Helll no, Gia tidak akan pernah mau.
"Engga mau pah, mendingan cari hotel lain aja ya." Melas Gia kepada Ayah nya.
"Sekarang sudah malam, hotel yang lain juga pasti penuh. Jadi gapapa ya sekali ini aja." Bujuk Yudha.
Gia mengangguk pasrah sebagai jawaban. Yudha tersenyum melihat respon Gia yang tidak terlalu rewel seperti biasa nya. Setiap liburan atau ada hal apapun, Gia selalu menolak keras jika dia harus berdekatan dengan Sela.
Setelah check in, Gia dan Sela memasuki kamar. Gia segera membersihkan diri nya karena badan nya terasa lengket oleh keringat, Bandung saat ini terasa seperti Jakarta yang panas nya minta ampun.
Gia sudah bersih memakai piyama dan segera siap tidur, namun kegiatan nya terhenti ketika menyadari jika ada mahluk lain di kamar ini. Menghela nafas dan segera menghampiri mahluk itu yang sedang tertidur.
"Heh bangun ga Lo." Usik Gia membangunkan Sela.
Sela berdehem ringan, "Jorok amat si Lo, mandi dulu sana." Gia semakin keras mengusik Sela yang terus memejamkan mata nya.
Merasa terusik Sela akhirnya bangun, "Bisa diem ga si Lo." Geram Sela karena tidur nyenyak nya terusik.
"Mandi dulu sana, jorok banget Lo." Ucap Gia sambil meminum air putih yang selalu dia bawa. Sela berdecak kesal dan segera bergegas pergi ke kamar mandi.
Gia merebahkan diri nya di kasur dan bersiap untuk tidur, tapi dia merasakan sesuatu. Mata Gia terbuka kembali dan mengecek ponsel dan membuka kalender.
"Tanggal 28." Gumam Gia, "Gawat." Gia segera merampas jaket nya dan bergegas keluar kamar nya.
-------
Pergi ke Mini Market yang Gia tuju saat ini, tidak terlalu jauh. Setelah mengambil apa yang dia akan beli Sea sedang mengantre untuk membayar. Di depan nya, dia melihat seorang wanita yang terlihat dewasa memakai pakaian yang terbuka.
Gia bisa melihat kalau wanita di depan nya itu membeli sebuah kotak seperti permen, Gia tentu saja tidak sebodoh itu untuk tahu apa itu. Memilih mengabaikan nya dan segera membayar barang yg dia beli.
Melangkah keluar Mini Market berjalan perlahan sambil menghirup udara malam. Gia mengedarkan mata nya ke sekitar dan Gia melihat seseorang yang dia kenal. Memicingkan mata nya dengan penasaran.
Gia melihat seorang Pria yang dia kenal bersama Wanita yang dia temui di Mini Market tadi, tentu saja Gia tahu karena dari baju dan tas yang dia pakai sangat mirip. Setelah melihat dengan jelas dia tahu siapa Pria itu.
Manugraha, salah satu Siswa di sekolah nya. Manu dan Wanita itu terlihat berpelukan di depan hotel yang Gia dan Keluarga nya tempati. Ah Gia rasa Wanita itu yang agresif memeluk dan mengecup kecil pipi Manu, sedangkan Manu sendiri menatap datar dan mereka segera masuk ke dalam hotel itu.
Rasa penasaran Gia membuncah Karena baru kali ini dia melihat secara langsung Pria yang di idam-idam kan seluruh Siswi di sekolah nya ternyata membawa seorang Wanita ke hotel.
Tentu saja pikiran Gia semakin menjadi melihat itu, karena merasa tanggung Gia mengikuti kedua nya dan malah melupakan bahwa dia sendiri memiliki urusan pribadi.
Mengikuti kedua nya dari belakang sambil mengendap-ngendap itu yang Gia lakukan, okay Gia seperti penguntit tolol.
Saat akan memasuki lift Gia segera menunduk kan kepala nya agar tidak terlihat oleh Manu dan Wanita nya yang lebih dulu masuk ke lift. Gia berada di belakang kedua nya, bukan hanya mereka bertiga yang berada di lift. Ada 2 orang Pria juga yang masuk lift ini.
'Okay mari kita cari tahu di kamar berapa mereka menginap.' batin Gia.
Ketika lift menunjukan lantai 4, Manu dan Wanita itu segera keluar dari lift dan Gia mengikuti nya dari belakang.
Rupa nya mereka memesan kamar di lantai yang sama dengan nya, Gia masih tetap setia mengikuti dari belakang. Gia bisa merasakan Wanita itu melirik ke arah belakang, Gia segera menunduk kan kepala nya berpura-pura membuka ponsel. Sebenar nya Gia takut ketahuan, tapi mengingat kalau Manu itu tidak mengenal nya.
Meskipun mereka satu angkatan, tapi Manu pasti tidak tahu mengenai diri nya karena Gia bukan tipe Siswa yang menonjol di sekolah nya. Jadi dia merasa aman kembali.
Sampai di kamar 89 mereka berhenti melangkah dan membuka kunci pintu kamar itu. Sedangkan kamar Gia berada di nomor 91, Gia memilih melanjutkan langkah nya untuk ke kamar nya karena dia merasa Wanita itu memperhatikan nya terus.
Setelah membuka kunci nya, Gia menutup pintu nya. Kemudian Gia menempelkan telinga nya di pintu dan mendengar pintu itu menutup setelah Gia menutup pintu itu karena jarak nya tidak terlalu jauh. Perkiraan Gia tak salah, rupa nya Wanita itu mencurigai nya membuntuti mereka berdua. Tapi karena kebetulan satu lantai, Gia rasa Wanita itu tidak mencurigai nya lagi.
Rasa penasaran Gia belum tertuntaskan, Gia membuka pintu dan keluar. Menjinjitkan kaki nya agar tidak bersuara, Gia akan menguping di kamar 89. Gia harap kamar itu tidak kedap suara, hey Gia watchu doin? Rasa penasaran nya melebihi segalanya. Bahkan Gia tak sadar bahwa di bahwa nya sudah mulai bocor.
Menempelkan telinga nya den mengerutkan kening nya dengan serius, hening. Itu yang dia dengar.
"Seperti nya kamar ini kedap suara." Gia bersuara kecil.
Kembali menempelkan telinga nya, sampai
Cklek
Pintu itu terbuka, Gia yang memang sedang menguping segera menormalkan posisi tubuh nya dan mengedarkan pandangan nya dengan canggung.
"Ekhem." Dehem kecil Gia. Gia melirik seseorang yang saat ini berdiri di hadapan nya.
Setelah tahu siapa orang itu, Gia segera berancang-ancang untuk kabur karena seperti nya orang itu terus menatap nya dengan datar.
Saat akan melangkah kabur, tiba-tiba ada suara yang mengintrupsi nya,
"Bukan kah tidak sopan menguping perbincangan orang lain?" Tanya orang itu, Gia menghentikan langkah nya.
"Ya meskipun kita satu sekolah." Lanjut nya, tunggu. Dia tahu Gia. Gila, apa yang harus dia lakukan.
Gia membalikan badan nya, untuk menghadap ke arah Manu. "Maaf, tapi seperti nya kau salah paham." Elak Gia dengan perasaan tak tenang.
'Gia, kau bodoh sekali.' Rutuk gadis itu.
"Pergilah." Usir Manu, setelah mengatakan itu Manu akan menutup pintu namun terhenti, "Kau tahu, Aku akan menandai mu ketika kita bertemu." Lanjut Manu dan benar-benar menutup pintu.
Gia terdiam, memikirkan apa maksud perkataan Pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misstread
Teen FictionMenghindar dari seorang lelaki pemain wanita itu lebih baik bukan? Anggia atau Gia tidak pernah ingin berurusan dengan seorang laki laki yang sering memainkan wanita, seperti Manugraha. Salah satu Mahasiswa di Bandung ini tentu nya memiliki pesona y...