Tetaplah tertawa selagi masih mampu, seolah air mata mu telah lupa caranya untuk hadir" Marvel
" Hati gue hancur liat lo gini Shin, lo dulu ga gini, harusnya gue ga jadi cowok pengecut yang ninggalin lo, harusnya gue ga ikutin kata-kata lo buat nyembunyiin fakta itu, harusnya gue jadi sandaran lo waktu itu, gue minta maaf Shin, gue ga bermaksud buat ngilang waktu itu, gue cuma ga nyangkaa, gue ga bisa terima semua itu terlalu cepat, gue ga tau harus apa, saat sahabat gue sejak kecil, saat orang yang gue banggain ternyata seorang monster, gue ga bisa terima, tapi gue sayang lo Shin, makanya gue balik, dan sekarang saat gue nemuin lo, lo malah gini, lo harus sadarr, lo jangan kelamaan tidur nya ya, gue cinta sama lo Shin, ga masalah lo seorang yang berkepribadian ganda, lo... lo psikopat pun, gue ga bakal ninggalin lo lagi gue bakal bantu lo buat lawan itu semua, tapi lo sadar ya," Marvel mengadu pada tubuh lemah Afshin yang masih setia dengan matanya yang memejam, siapa saja yang melihat itu akan sangat tersayat hati nya, seolah gadis itu tak akan pernah bangun lagi.
Tanpa Marvel sadari, di dekat pintu ada seorang gadis yang menangis akan sesal, Dia sadar selama ini Ia amat egois menyembunyikan fakta itu, Ia salah, harusnya pada hari itu dia tidak mengkambing hitamkan Afshin. "apa yang gue dengar? Afshin seorang psikopat dan monster berkepribadian ganda? Bukankah sejak kecil yang dikatakan mengidap itu gue? lalu mengapa Marvel bilang Afshin? Jadi itu sebab Afshin dituduh sebagai pembunuh kakek? Tapi saat itu Gue pingsan dan dirawat, apa jangan- jangan ada orang lain yang Afshin lindungin? Apa jangan jangan pembunuh sebenarnya bukan Afshin?"
Afrin sungguh tidak paham akan situasi ini, ia masih termenung di pintu masuk ruangan Afshin, tiba-tiba seseorang berbicara di belakangnya " Gue yang udah bunuh kakek."
Afrin seketika terkejut dengan suara itu, ia sangat mengenalnya, "lalu kenapa? Kenapa semua ini seolah sebuah permainan peran? Kenapa Afshin tidak bilang? Lalu selama ini? Kakak? Kenapa kakak malah seolah benci Afshin? Padahal berarti Dia ngelindungin kakak? Kakak jahat!!" Afrin lari sambil terisak meninggalkan Axel yang terpaku dengan kata-kata adiknya tersebut, Ia tak sanggup lagi menahan berat tubuhnya yang hampir akbruk, ia terduduk di lantai bertumpukan lutut, Axel benci dirinya, sangat membenci dirinya saat ini."Harusnya seja awal aku tidak egois dengan melepas mu dengan segala beban di pundak, yang justru aku lah penyebabnya, sepengecut itu aku, tak mampu mejaga hati mu, yang sebenarnya begitu terluka, maaf" Axel
KAMU SEDANG MEMBACA
AFSHIN
RomanceAfshin adalah gadis biasa, bukan gadis most wanted di sekolah, bahkan hanya sebatas gadis miskin yang berlagak ingin menjadi sarjana, tak ada yang tau apa yang membuat gadis ini teramat dingin, sama sekali tak sesuai dengan namanya yang memiliki art...