"Apa sih yang ayah lakuin?! Sampe-"
Plakk..
tamparan keras mengenai pipi ku, tangan itu berulah lagi tangan ayah,ayah ku sendiri." Dasar anak gak tau diri!! kamu kalau mau kuliah bayar sendiri, urus dirimu sendiri!!"
" Hikss.."
" Apa-apaan kamu Jon, gak seharusnya tangan kamu yang kotor itu menampar anak ku!"
"Wanita jalang kamu pikir aku mau menyentuhnya hah! Aku muak dengan kalian!!"
Pertengkaran itu mulai menjadi-jadi, aku takut tetangga semua terbangun, aku mengambil sapu dan memukul ayah. Dia mengumpat dan menegaskan untuk pergi meninggalkan rumah ini, selamanya.
"Jalang!!"
Aku terkejut bukan main, dia memukul mamah sampai tersungkur ke tanah, lalu lari seperti pengecut.
"YAHHH!!"
Teriak ku karna tak terima ayah pergi begitu saja, masa depanku sangat panjang aku nggak rela lagi dan lagi dia menyakiti kami, dan pergi.
"Pergi kau jauh-jauh bajingann!!"
Setelah dirasa jauh mama pun berjalan ke hadapanku.
"Jangan menangis lagi oke, mama janji hidup kita setelah ini akan bahagia"
"T-tapi ma-"
"Sudah, jangan tangisi lelaki bedebah itu kita masuk ke rumah ya"
Belum selesai aku berbicara, mamah menarik ku masuk ke dalam rumah mengantarkan ku sampai depan pintu kamar.
"M-mahh, mamah janji ga akan ninggalin emma kayak ayah kan mah?"
"Kamu bicara apasi emma, mamah disini, slalu disini."
Sungguh aku bisa melihat genangan air mata yang hampir keluar dari mata nya, miris rasanya. Sangat sakit.
Sesampainya di kamar aku tidak bisa berhenti menangis aku tahu mamah slalu berusaha kuat dan tidak peduli dengan ayah tapi aku tidak bisa seperti mamah,
Hingga sunyi nya malam membuatku terlelap, melupakan sejenak masalah.
Pagi ku kali ini masih saja sangat berat, bukan hal gampang melupakan kejadian semalam, itu sangat membekas terutama di hatiku.
Menarik nafas dalam dalam, dan membereskan kamarku yang berantakan,
Aku membuka hasil seleksi daftar mahasiswa baru di universitas aku daftarkan, mencek namaku.
Selita Emma diterima
"A-apa, aku diterima dengan beasiswa, mahhh!"
Kaki ku lari secepat mungkin mencari keberadaan mamah, sungguh ini adalah berita yang sangat menggembirakan, karena aku tetap bisa kuliah tanpa bantuan ayah.
Kosong, aku tidak bisa menemukan keberadaan mamah.
"Di kamar juga nggak, mamah ada dimana ya?"
Aku berjalan ke arah dapur, menemukan secarik kertas yang ditempelkan di kulkas. Aku mulai membaca surat itu.
"Emma, mamah pergi sebentar beli bahan-bahan makanan ya, kamu jangan nyariin okee"
Ya aku menganguk-anguk kan kepala, dan membuang jauh pikiran negatif.
"Aku pikir mamah kayak ayah, hah sudahlah kali ini aku harus melengkapi data-data kampus, semangat emma!"
Data-data yang kukumpulkan sangat banyak hingga tanpa sadar aku tertidur.
Matahari mulai memudarkan pesonanya, hari kian jelas menunjukkan bahwa sang bulan bintang mulai berkuasa di atas langit. Tapi entah kenapa mamah tak kunjung kembali juga.
Aku tersadar dari tidurku mencek jam yang sudah menunjukkan pukul 07.00 malam.
"Astaga udah jam 07.00 malam, mamah pasti lagi di dapur tapi kenapa nggak bangunin aku ya?"
Hening aku mencek seluruh ruangan tapi tidak juga menemukan mamah hingga tersisa 1 ruangan, yaitu kamar mama.
Klekk..
Kosong!
"Apa ini, hiks m-mah k-atanya gak akan ninggalin ak-ku hiks"

KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Without END
Random"Dengar anak sialan, aku sama sekali tidak peduli dengan mu!!" Gadis ini menangis dipojokan kamar, Makin kesini hari-hari nya semakin sulit, tidak ada orang yang bisa di andalkan kecuali diri nya sendiri. Sangat kacau. "Aku harus tetap kuliah, a-aku...