[Metawin PoV]
Mereka mengatakan Bumi itu bulat, karena itulah para ilmuwan itu mengagungkan gaya gravitasi yang menjadi pencengkeram kaki manusia kala berdiri. Mereka juga mengatakan bahwa kerak bumi akan terus bergeser, menyebabkan para pengagung kekuasaan membangun tembok besar sebagai penanda batas wilayah.
Ayah pernah menceritakan padaku, di masa kecil kala Jabatan Perdana Mentri tak menjadi prioritas utamanya, "Win, tahukah kamu tempat Ibu dan Ayah pertama kali bertemu?"
Aku mengingatnya dengan jelas, rambutku masih sewarna kopi saat itu, dengan kaki menjadi penumpu utama dari tubuh dan badan kecilku yang terduduk nyaman diatas pangkuan Ayah, "Jelas Win tidak tahu Yah, cerita cerita!!!" Dan ketika senyum lebar masih dapat kutunjukan pada semua orang.
"Perbatasan Alister dan Gazala, sebelum tembok besar itu dibangun. Saat itu Ayah masih remaja tanggung, mungkin 11 tahun yang lalu"
"Apakah Ibu sangat cantik saat itu Yah?"
"Tentu, 5 tahun kemudian kami menikah dan memilikimu" Usapan tangan lebar yang tak lagi pernah aku rasakan, sesuatu yang terenggut karena ucapan Mereka.
Yah, Mereka kembali mengumumkan sesuatu yang membuat nyawa Ibu terenggut, "Pak Hyunbin, istri kedua anda lahir di Gazala! Anda seharusnya tahu betapa bahaya hal itu!" Dengan keahlian lidah dalam mengatur kalimat, aku benci mereka.
"Baiklah.... Jika menurut kalian itu yang terbaik" Dan aku benci Ayah.
Namun yang paling menyedihkan, "Aku benci diriku sendiri" Karena memiliki kaki pendek dan tak dapat menyelamatkan Ibu. Dan dengan bodohnya menuruti kalimat Ibu untuk bersembunyi di dalam almari.
"Kak Win, ngapain sih sendirian disini?"
Kepala kutolehkan, mendapati sahabat kecil yang berlari kecil ke arah ku. Melihat dari setelan yang Ia kenakan, "Kamu baru pulang dari pelatihan?" Sapaku, tersenyum menyambut kedatangan nya dalam wajah lelah.Ia raih pegangan belakang dari kursi roda yang kududuki, membuatku menjauh dari pancaran sinar matahari sore.
"Heem, Aku tahu kakak pasti berada di padang rumput ini" Suaranya terdengar lelah, mungkin pelatihan memang menyeramkan.
Pohon cengkeh yang masih kering menjadi sandaran tubuh kekarnya, "Gimana pelatihanmu Wat?" Namanya Pawat, kami sudah saling mengenal sejak kecil walaupun dua keluarga kami lebih sering berseteru untuk berebut perhatian Presiden.
Ayahku seorang Perdana Mentri, sementara Ayah Pawat menjadi juru bicara Presiden, "Sama aja kayak kemarin kak" Yang berarti Ia masih mendapat training ketat, "Hah, haruskah aku menyerah buat jadi anggota SK dan ngikutin kemauan Ayahku?"
"Tentu saja aku dukung opsi kedua, hahaha"
SK, Adalah sebuah organisasi yang berada dibawah kewenangan Perdana Mentri, atau yang lebih khusus, Keluarga Adhitama –Karena memang selama ini hanya keturunan Keluarga ku yang berada di posisi itu- SK menaruh banyak jasa akan kemajuan Negara dengan segala inovasi yang mereka ciptakan.
Hah, mereka juga menaruh jasa yang cukup besar untuk-ku, 'Ibu....' Aku tak mengerti apa yang menyebakan organisasi itu menjadi lapangan kerja impian bagi semua Pemuda Indonesia. Bahkan menjejak-kan kaki disana pun aku tak sudi.
Otoriter . Berlaku seolah mendewakan kemurnian warga Alister. Dan terimakasih pada mereka, kini saat aku memandang jauh, hanya tembok besar yang dapat masuk ke dalam kornea.
"Aku Harusnya gak tanya pendapat soal SK ke kamu, Kak" Pawat menjadi satu dari puluhan ribu pemuda 'bodoh' yang terjerat dalam SK, "Ah, bukannya hari ini kak joss dapat kenaikan pangkat? Aku Tadi ngliat Om hyunbin sama tante Sora di depan ruang conference"
KAMU SEDANG MEMBACA
3000
Science Fictiona brightwin story about Captaint Bright and His husband Win.