01

228 16 11
                                    

Harry langsung mengejar Bella yang sangat terburu-buru keluar dari kelas. Harry tahu sahabatnya itu sedang berapi-api saat ini. Tidak seperti biasanya, hari ini ia langsung meninggalkan Harry keluar kelas dengan wajah nya yang sangat menyeramkan. Tidak ada senyum sama sekali di wajah Bella saat ia mengetahui hukuman Louis dari Mr.Joe.

"Bella!" Ucap Harry sambil menepuk bahu sahabatnya itu. Bella tidak menjawab panggilan Harry dan Harry memaklumi itu karena ia tahu Bella sedang tidak mood untuk berbicara dengan siapapun.

"Nanti sepulang sekolah kita ke kedai teh favorit mu itu yuk! Aku sedang ingin minum teh." Ajak Harry yang mencoba mengalihkan kekesalan Bella dengan mengajaknya ke salah satu tempat favorit Bella di kota ini. Tetapi sahabatnya itu tetap tidak menjawab ajakan Harry, pandangannya fokus ke depan tanpa melirik Harry sekalipun.

"Mungkin itu akan memperbaiki keadaanmu yang sedang kacau saat ini?" Ucap Harry sambil bersender di loker yang berada di sebelah loker Bella. Bella tidak menjawab ajakan Harry, ia sibuk membereskan barang yang ada dilokernya. Mulutnya mencaci maki Louis dan Mr. Joe dengan suara yang pelan, tetapi Harry bisa mendengar suara itu.

"Ayolah, mau ya?" Ucap Harry sambil mengetuk pintu loker Bella yang menghalangi wajah Harry dan wajah Bella untuk bertemu.

Bella menghela napas lalu menutup lokernya,

"Selamat Harry! Apa perasaanmu dipasangkan dengan Emily?" Ucap Bella dengan senyum terpaksa ke arah Harry.

"Kau ini, sudahlah tidak usah membahas tentang pasangan dalam belajar itu. Lebih baik kita bahas yang lain saja, oke? Ayo temani aku ke kedai teh nanti sore." Ucap Harry dengan tawanya yang menawan sambil mencubit pipi Bella. Sebenarnya Harry sangat senang dipasangkan dengan Emily, tadinya ia akan berteriak kegirangan di depan Bella seusai kelas Matematika, tetapi saat mengetahui Bella yang dipasangkan dengan Louis dan nasibnya berada di tangan Louis, ia mengurungkan niatnya.

"Aku yang traktir. Tenang saja." Lanjut Harry dengan menampilkan sederet giginya yang putih itu.

Api yang sedang membara di tubuh Bella perlahan meredam berkat sahabat dekatnya ini. Harry selalu tahu bagaimana cara menghibur Bella. Semula Bella yang memasang wajah kesal, kini mulai menampakkan senyum tipisnya.

"Sepulang sekolah, oke? Sudah ya, aku pergi dulu ke kelas Bahasa, aku tidak mau mendapatkan tempat duduk di depan. Sampai berjumpa sepulang sekolah nanti!" Ucap Harry tersenyum lalu lari meninggalkan Bella.

"Selamat belajar Bahasa, Harry!" Ucap Bella sambil tertawa. Harry yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Bella sambil mengacungkan jempol kirinya dan tersenyum lebar. Bella sudah menjadi sahabat Harry semenjak ia masuk ke sekolah ini. Mereka pertama kali bertemu di kelas Bahasa dua tahun yang lalu. Mrs. Samantha menyatukan Harry dan Bella dalam satu kelompok belajar, Mrs. Sam memang selalu membuat program 'kelompok belajar' pada murid tahun pertamanya karena ia ingin mereka cepat akrab satu sama lain. Benar saja, semenjak kelompok belajar itu, Harry dan Bella menjadi semakin dekat, ditambah lagi pada tahun pertama mereka sering sekali mendapat jadwal yang sama sehingga membuat Harry dan Bella semakin dekat.

Bisa dibilang, Harry termasuk salah satu kategori lelaki idaman di sekolah ini. Perempuan yang mempunyai tipe good boy pasti kagum dengannya. Bella sendiri pernah mengagumi Harry saat ia belum terlalu dekat dengan Harry, tetapi saat mereka sudah menjadi sahabat yang sangat dekat, perasaan kagum dengan Harry tiba-tiba saja hilang dengan cepat dan Bella mensyukuri itu. Sebab apabila ia masih kagum dengannya, mungkin Bella akan terjebak dalam fase yang sangat ia benci, apalagi kalau bukan friendzone.

**

"Bella." Panggil Harry sambil menopangkan dagu di tangannya. Wajahnya terlihat kebingungan sambil sekali-kali melirik ke handphone nya.

"Hm?" Bella yang daritadi sibuk memainkan handphone itu langsung menengok ke arah Harry.

"Menurutmu, bagaimana kata yang tepat untuk mengajak Emily belajar Matematika?"

"Astaga, kau tinggal tulis 'hai Em, apa kau bisa belajar matematika denganku hari ini?' atau 'hai Em, kapan kau bisa belajar bersamaku?' begitu. Sama saja seperti saat kau meminta aku untuk mengajarimu." Ucap Bella sambil menahan tawa.

"Tapi ini beda Bell, ini Emily."

"Lalu?"

"Aku ingin membuatnya tertarik denganku." Tawa Bella langsung lepas saat ia mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Kau bisa mengirim pesan seperti ini ke Emily, 'hai em, maukah kau belajar denganku hari ini? Sehabis itu aku akan mentraktirmu Pizza.' Aku yakin Emily akan tertarik kepadamu dan mengemis-ngemis untuk belajar Matematika denganmu setiap hari." Lanjut Bella.

"Emily tidak rakus sepertimu." Ucap Harry sambil tertawa pelan.

 Bella memutarkan bola matanya lalu meminum sedikit teh hangatnya itu.

"Asal kau berbuat baik dengannya, ia pasti akan tertarik denganmu. Lagipula siapa sih yang tidak suka denganmu? Kau ini mempunyai wajah yang tampan sehingga semua perempuan di sekolah selalu mebicarakanmu."

"Apa? Tampan?" Ucap Harry sambil tersenyum lebar dan menaik-naikan alisnya untuk menggoda Bella.

"Berhubung aku memujimu, kau harus mentraktir Pizza untukku." Balas Bella dengan wajah datarnya.

"Rakus." Sambil tertawa, Harry menjitak kepala Bella dengan pelan.

"Bagaimana kalau aku menambahkan pantun atau puisi romantis di awal pesanku?" Lanjut Harry.

"Kau ini ingin mengajak Emily belajar atau berkencan?"

"Dua duanya."

"Terserah kau saja." Ucap Bella lalu mulai memainkan Handphone nya lagi.

Harry menghela napas lalu menyenderkan tubuhnya ke kursi sambil meminum tehnya.

"Lagipula, materi apa yang akan kau pelajari dengan Emily? Kita belum diberi materi atau tugas sama sekali, Harry." Ucap Bella. Ia tahu, bahwa temannya itu merasa pesimis bisa dekat dengan Emily. Harry selalu mengucapkan itu berkali-kali di depan Bella. Entahlah apa yang membuat Harry pesimis dengan Emily, padahal Bella yakin Emily pasti mau dengan Harry.

"Ah sudahlah tidak usah dipikirkan, aku akan memikirkannya nanti."

"Baiklah, jika kau membutuhkan bantuan bilang saja kepadaku, barangkali aku bisa membantu."

Harry mengangguk sambil tersenyum tipis ke arah Bella.

Harry dan Bella kembali sibuk dengan masing-masing handphone nya, Bella yang sedang sibuk fangirl-ing band kesukaannya itu tiba-tiba saja membuka matanya lebar-lebar saat melihat salah satu tweet teman sekelasnya dalam pelajaran Matematika yang bertuliskan

"Congratulation @EmilyClarke with your new bf @Louis_Tomlinson !!"

Bella langsung menatap Harry yang sepertinya sudah melihat kicauan itu lebih dulu.

"Bell, aku ingin pulang." Ucap Harry dengan wajah datar nya.

Sebenarnya Bella masih ingin berlama-lama di tempat itu, tetapi ia tahu, suasana hati Harry tiba-tiba saja kacau dan Harry sedang ingin menyendiri saat ini. Bella bahkan belum menjawab iya, Harry sudah menarik tangannya dan berjalan keluar menuju halte. Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Harry saat mereka menunggu bus di halte, suasana hening beberapa menit sampai akhirnya Bella mengeluarkan suara,

"Terimakasih kau telah menghiburku hari ini Haz, kurasa kau harus menenangkan dirimu saat ini. Jika kau butuh bantuan, kau bisa menghubungiku." Ucap Bella dengan tersenyum. Harry tidak membalas omongan Bella, ia hanya tersenyum tipis ke arah Bella. Saat ini Bella berharap agar Harry tidak larut dalam kesdihan, ia berdoa agar Harry yang ceria kembali esok hari.

***

HALO! Alhamdulillah ujian sudah selesai *curhat colongan*

jangan lupa vomments nya ya, hehe.

thanks :)))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Partner [l.t]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang