"You're too busy to find, while your true love is around you"
💜💜💜💜💜💜
Suara riuh terdengar dari sebuah rumah di sudut sebuah Desa yg asri. Tawa riang anak-anak menjawab setiap pertanyaan yg dilontarkan seorang laki-laki bermata sipit. Yg apabila ia tersenyum atau tertawa maka mata itu akan semakin sipit. Seorang wanita setengah baya tampak bahagia melihat pemandangan di depannya. Baginya tiada yg lebih berarti selain kebahagiaan anak-anak yg diasuhnya sejak mereka diantarkan Tuhan kepadanya.
Rumah itu adalah sebuah Panti Asuhan sederhana yg dikelola oleh Nyonya Jung. Ada tiga puluh anak asuh yg saat ini menggantungkan hidupnya di Panti tersebut. Nyonya Jung tidak menikah. Dia benar-benar mengabdikan hidupnya untuk anak-anak yg sudah seperti anak sendiri. Dan pemuda tampan yg sedang menghibur anak-anak itu adalah pemuda yg selalu menghabiskan akhir Minggu nya disini. Padahal ia sangat sibuk, tapi ia selalu meluangkan waktunya untuk sekedar berceloteh bersama anak-anak panti.
Pemuda itu, Kang Minhyuk, putra kedua dan penerus generasi berikutnya dari keluarga Kang. Pemilik sebuah sekolah bergengsi di Ilsan. Sekolah tersebut hanya bisa dimasuki oleh anak-anak dari para orang kaya dan orang yg cukup berpengaruh disana.
Saat ini, Minhyuk belum sepenuhnya menjadi pimpinan di Yayasan milik keluarganya. Ia masih berstatus asisten dari kakaknya, Kang Min Hee. Akan tetapi, meskipun statusnya hanya asisten, ia harus benar-benar belajar mengelola manajemen sekolah tersebut."Kau tidak lelah?" Nyonya Jung menghampiri Minhyuk yg sedang asyik membantu seorang anak perempuan mewarnai gambarnya.
"Kau tahu aku justru melepaskan penatku dengan datang kemari. Bagaimana aku bisa lelah?" Minhyuk tersenyum.
"Aku sudah menyiapkan beberapa makanan di dalam. Ayo, makan dulu. Anak-anak akan diurus oleh para pengasuh."
"Terima kasih. Kau selalu tahu bagaimana menyenangkan hatiku."
🐈🐈🐈🐈🐈
"Hari yg sangat menyebalkan!!!" Seorang wanita cantik menggerutu di sela-sela memakan sandwichnya.
Tak berapa lama, seorang wanita yg terlihat seperti pegawai di sebuah kantor menghampirinya. Menepuk bahunya pelan. Dan tersenyum.
"Kau kenapa lagi? Ini masih sore. Kenapa kau merajuk ingin bertemu?"
"Eonnie, bisakah Eonnie bicara pada Oppa untuk mengijinkanku cuti semester ini?"
"Kenapa tidak bicara sendiri?"
"Aku mana berani. Nanti dia malah menceramahiku sepanjang hari."
"Memangnya kau mau kemana?"
"Aku mau ke Ilsan. Ke tempat Imo. Aku bosan setiap hari berkutat dengan buku."
"Aku yakin bukan itu alasan sebenarnya. Bilang padaku, apa alasanmu sebenarnya?"
"Ehhmmm......apa Eonnie akan marah dan mengadukanku pada Oppa?"
"Kau tahu, aku tidak pernah mengadu."
"Aku tidak ingin belajar bisnis. Sejak kecil aku suka sekali menggambar dan lebih suka lagi menggambar gaun yg indah. Aku ingin menjadi desainer Eonnie. Tapi Appa malah memaksaku sekolah bisnis. Aku capek." Gadis itu menghela nafas.
"Kau harusnya bicara baik-baik pada Oppamu, Soojung ah. Dia pasti akan membicarakan keinginanmu pada Aboenim. Jangan dipendam. Nanti stress." Suara lembut kakak iparnya membuat Soojung bersemangat.
"Kalau begitu bagaimana kalau aku ikut pulang ke rumah Eonnie. Oppa sedang tidak ke luar negri kan? Oia, Eonnie seperti habis bekerja. Memangnya Oppa membolehkan Eonnie bekerja?"