Lily bersama sahabat nya baru saja sampai di tempat acara ulang tahun teman nya yang lain.
"Kabur lagi Lo dari anjing penjaga bokap Lo." Lily hanya terkekeh sembari mengoleskan lipbalm pada bibir nya. "Lagian anak Jendral besar Polisi memang gak pantas ada di tempat seperti ini,Ly."
"Gue gak pernah minta dilahirkan menjadi anak Jendral."
"Ya emang, tapi dengan Lo kabur kek begini, nyusahin hidup gue tahu gak." Lily merasa nyeri dalam hati nya saat mendengar perkataan sahabat nya, tapi Ia hanya memilih diam. " Ya udah masuk yo, itu udah ramai."
Lily mengikuti Riska memasuki sebuah Kafe yang sudah di booking untuk pesta.
Sesampai nya didalam semua mata menatap kearah Lily, mereka bingung dengan adanya Lily di tengah mereka.
Lily terkenal menjadi anak atau teman pembawa sial bagi teman teman nya, karena perlakuan berlebihan sang Ayah yang selalu membuatnya terikat oleh pengawal, membuat Lily tak memiliki banyak teman karena tak mau berurusan dengan pengawal nya.
"Lo ngapain bawa tuan putri ini kemari, Ris?"
"Iya nih, ntar anjing anjing nya pada datang kemari lagi dan ngacau di pesta gue." Lily merasa sangat tak nyaman mendengarnya.
"Kalau pengawalnya tampan sih masih gak masalah lah yaaa, nah ini udah bangkotan semua." Semua nya tertawa mengejek termasuk Riska, gadis di sebelahnya yang Ia akui sahabatnya itu.
"Mendingan Lo pulang aja deh, males Gue berurusan sama Lo dan Keluarga Lo." Ucap Rania yang sedang berulang tahun saat ini, Air mata Lily sudah menggenang di pelupuk mata nya, namun Ia harus tetap menampilkan senyum kekuatan.
"Iya ini juga Gue mau pulang kok," Lily mendekat pada Rania dan mengulurkan paper bag kecil sebagai kado ulang tahun, " Selamat ulang tahun ya, Ran."
"Oke terima kasih, Silahkan.." Lily berbalik berjalan pelan, saat Ia menatap Riska, gadis itu seakan menatap nya dengan sorotan jijik.
"Maaf ya, Ly. Gue gak bisa antar Lo."
"Ya gak apa Gue bisa naik taksi kok, Gue pulang duluan ya, happy fun." Lily berjalan keluar Kafe dengan keramaian yang kembali terjadi di dalam, Ironis sekali nasib gadis cantik itu, mereka sangat kejam melakukan ini pada Lily.
*
*
"Apa kalian sudah mencari nya?" Teriak Lintang berapi api, "Bukan nya tugas kalian menjaga nya? Lalu bagaimana bisa Lily hilang, Hah!"
"Lintang."
"YA!"
"Kamu membentak Ayah mu?"
"Ahh.. Maaf Ayah,"
"Apa sudah Kamu temukan adik mu?"
"Belum Ayah,"
"Mas, Lily..." Tania Istri nya lintang melihat Lily turun dari taksi, membuat Lintang berlari menghampiri Adiknya itu.
"Kenapa Kamu cepat sekali kembali nya, Apa pesta nya sudah selesai?" Lily menatap Abang nya dengan pandangan Sayup, "Kan Abang bilang nikmati saja pesta nya, jangan khawatir kan Ayah." Lily tersenyum pilu, Abangnya ini rela berbohong kepada semua nya untuk dirinya. "Ada apa, Ly?"
"Kamu dari mana, Nak?" Ayah dan Bunda nya menghampiri kedua Anak nya yang tak kunjung masuk kedalam, "Kenapa pergi tanpa pengawalan, Kamu tahu kan musuh Ayah banyak yang mengincar keluarga kita karena jabatan Ayah, Ayah gak mau Kamu kenapa kenapa, Ly."
"Cukup Lyra saja, Ly, Bunda gak bisa hidup kalau kehilangan anak lagi."
Itulah kelemahan Lily, mengapa Ia tak bisa menjadi anak yang memberontak, karena orang tua dan kakaknya sangat menyayangi nya, termasuk kakak iparnya Tania.
Lyra adalah saudara Lily nomor dua, Lily tiga bersaudara dan Lily anak terakhir. Sekitar beberapa tahun lalu Lyra mengalami penculikan yang berakhir meninggalnya sang kakak dalam penyelamatan.
Itulah mengapa rasa trauma masih menjadi jadi dalam benak orang tua nya.
"Lily dari ulang tahun teman, tapi kedatangan Lily sangat tidak diharapkan." Ucapnya sedih. "Maafin Lily, Ayah. Lily janji ini akan menjadi yang pertama dan terakhir kalinya Lily pergi tanpa pengawalan." Ucap nya pelan lalu Ia berjalan pelan memasuki rumah megah yang dijaga oleh beberapa pengawal dari ke polisian.
"LY..!!"
"Sepertinya dia butuh istirahat, Mas." Ucap Tania pada Lintang suaminya.
"Masuk gih, udah larut." Ucap Rinjani pada putra dan menantunya.
Di tempatnya langit menatap nanar punggung sang putri yang semakin menjauh dari pandangan nya.
*
*
Lily memasuki kamar nya lalu menutup pintu dan mengunci nya, Ia tersandar pada daun pintu dengan isakan yang sudah sedari tadi Ia tahan.
Sungguh sangat menyakitkan, menjadi orang yang dianggap tiada. Bahkan Ia yang sudah di anggap nya sahabat, tak membelanya.
Apa salah terlahir menjadi anak seorang Jendral polisi, Ia pun tak bisa memilih dimana Ia akan terlahir.
Lily mengedarkan pandangan nya pada isi kamarnya, kemewahan yang melekat pada nya semua tiada guna nya, Ia merasa terpenjara di dalam nya tanpa ada seseorang pun yang menemani.
"Ly.." Lintang mengetuk kamar sang adik, "Abang mau bicara."
"Lily mau tidur, Bang." Ucapnya serak sembari mengusap air mata nya. "Besok saja, Abang sebaiknya istirahat."
"Kamu yakin baik baik saja?"
"Hmm." Lily berusaha menjaga suara nya agar terdengar baik baik saja untuk tidak membiarkan sang Kakak khawatir. " Lily baik baik saja, Bang."
"Baiklah, kita bicara besok, Selamat malam."
"Malam."
Lintang juga seorang polisi, dengan pangkat perwira yang lumayan tinggi. Ayah dan Kakak nya orang yang baik, tapi banyak orang yang tak menyukai keluarga itu karena kebijakan Langit yang tak pandang bulu pada kejahatan di tatanan negara nya.
Itu yang membuat keluarga nya di pandang sebagai ancaman bagi orang orang yang berhati busuk dan dianggap malaikat bagi orang orang yang benar benar bersih.
Lily berjalan kearah tempat tidurnya lalu menjatuhkan tubuhnya begitu saja, Ayah dan Abang nya ingin melindungi nya haruskah Ia bersikap tak kooperatif.
Gadis lembut seperti Lily apakah bisa menjadi pembangkang?
Memikirkan itu saja membuat Lily merasa berdosa, melihat wajah terluka keluarga kecil nya dalam benak nya.
Seiring waktu, Lily akhirnya tertidur dengan posisi telungkup. Ijinkan Ia bermimpi kumpul dan tertawa bersama teman teman nya yang tak pernah Ia miliki.
*****
Dua part untuk awal, kalau respon nya bagus aku bakal lanjut, kalau gak aku cuma nyimpen cerita ini di koleksi pribadi ku.
Selamat membaca.
Ticka Achmad