Neng Seblak & Mr. Kaku

24 6 44
                                    

Ada yang berbeda
Bunga pagiku tak lagi mekar
Bayangan pelangi tiba-tiba pecah
Angan yang kita gambar bersama seolah tak tersisa
Meski daun masih hijau
Air masih bening
Langit masih biru
Tetapi bagiku semua tak berwarna
Gelas yang ku jaga terlepas dari genggaman
Dihantam ke wajahku.
Bisakah kau kembali Ayah?

Seutas puisi kerinduan kembali di tulis oleh Fabia untuk ayah tercintanya.

~~~[]~~~

Hujan pagi ini seolah tak biasa, ia seakan paham dengan kegelisahan Bia selama ini, bayang-bayang kebahagiaan seolah kembali terlihat saat Ayahnya mengantarkannya ke sekolah di kala hujan deras, ia tak pernah tega.
M

elihat putri semata wayangnya terkena hujan apalagi melihatnya menangis setiap hari seperti sekarang.


Semua berubah setelah malam itu tak pernah ia lihat Ayahnya semarah itu ia sampai membanting foto keluarga, ibunya menangis sejadi-jadinya teriakannya seolah masih menggema di otak gadis berwajah imut itu.

Dan saat ia tanya keesokannya tak ada yang bisa menjawab melainkan koper besar bertengger di depan ayahnya, bahkan tangisan anak kesayangannya tak mampu menghentikan langkah kakinya.

Lamunan Bia pecah saat ia tersadar Ibunya berada di depannya membawakan payung untuk pergi ke sekolah,

"Hari ini naik angkot saja ya bi" kata ibu sambil menyodorkan uang saku.

"iya bu, hari ini aku mau ke Stasiun"

"Kau mau kemana?" timpal ibu dengan raut wajah heran.

"Hari ini aku ada liputan sama teman"

"Ya sudah hati-hati"

Di depan pintu ibunya memandanginya dengan penuh pertanyaan dalam hati "Mau kemanakah anakku?" Namun setidaknya Fabia telah berkata jujur walau ada keinginan dalam hati ingin mencari Ayahnya. Tetapi ia telah berjanji kepada sang Ibu bahwa ia takkan mencari Ayahnya.

Tak ada satupun angkot lewat, padahal Fabia harus sampai di Stasiun sebelum jam 7, saat ia menoleh kebelakang tiba-tiba ada mobil melaju kencang dan berhasil membuat seragamnya yang berwarna putih menjadi abu-abu kehitaman.

Tanpa meminta maaf mobil itu hanya berhenti sebentar dan langsung pergi begitu saja.

"Dasar manusia gak ada akhlak" teriak Fabia pada mobil tersebut.

Namun selang 15 menit kemudian mobil itu berbalik arah kepadanya lagi, pemiliknya keluar dan ternyata dia juga salah satu murid di sekolah Fabia.

"Maaf aku gak sengaja, mungkin seragam ini bisa mengganti seragammu yang tak sengaja telah ku kotori" katanya sambil menyodorkan bungkusan plastik hitam.

Fabia hanya mematung dengan pakaiannya yang kotor sambil mengangguk penuh keheranan.

"Sekali lagi aku minta maaf" dengan wajah kaku pemuda itu pergi.

"Mungkinkah dia mendengar teriakanku tadi?" gumamnya dalam hati.

Setelah lama mematung di tengah hujan Fabia tersadar bahwa pemuda tadi adalah Danu, anak Kepala Polisi yang setahu dia ibunya sudah lama meninggal.

BOOK&LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang