Tak ada yang salah dengan meminta maaf namun kali ini ada sedikit rasa yang tertinggal di hati Fabia saat Danu meminta maaf padanya. Penasaran, ataukah bahagia karena buku yang di belikan Danu untuknya.
Hatinya masih bergumam antara ragu atau takut Danu kepedean saat dia mengirimkan kata terima kasih yang telah ia ketik sedari tadi.Malam itu pun berlalu dengan tangan nya yang masih memegang ponsel yang menyala.
Pertemuan yang tanpa direncanakan itu pun berlanjut pada hari-hari berikutnya, setiap ada acara pameran Fabia sering mengabari Danu. Meskipun mereka tak berangkat bersama tetapi mereka sering menghadiri acara pameran bersama.
Fabia berangkat dengan ojek online dan Danu dengan BMW miliknya, mereka pun tak pernah pulang bersama. Pernah suatu hari Danu menawari Fabia untuk pulang bersama namun karena takut di marahi Ibunya, ia tak berani membawa Danu pulang kerumahnya.
Terlebih sikap Danu yang sering berubah-ubah, kadang cuek dan terkadang bersikap sebagai teman yang baik.
Fabia tak pernah berfikir jika Danu menyukainya karena bagi Fabia itu terlalu mustahil karena perbedaan status sosial, ia merasa tak pantas di sukai oleh Danu.
"Berangkat bareng yuk" Danu menghentikan mobilnya tepat di depan Fabia.
"Gak usah bentar lagi angkotnya lewat kok"
Tanpa menggubris kata-kata Fabia Danu menarik masuk ke mobilnya.Jalan yang masih sepi dan sepoi angin seolah menambah rasa gugup Fabia, dalam hatinya. Bagaimana kata teman-teman jika aku berangkat bareng Danu.
Sampailah mereka di sekolah, saat Fabia turun dari mobil para siswi memandang Fabia dengan tatapan aneh antara penasaran dan iri.Bagaimana mungkin gadis penjual krupuk seblak semobil dengan orang paling kaku di sekolah.
Saat Fabia menyadari kesinisan para siswi ia bergegas meninggalkan kan mobil Danu dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada Danu.
Di depan kelas Fabia dihadang oleh dua siswa yang mengaku paling cantik di sekolahnya, Dona dan Jessi.
"Kamu kok bisa bareng sama Danu!"
Fabia tak menggubris ucapan Dona, saat ia akan melangkah masuk kelas Dona menarik tas punggung miliknya.
"Kalo diajak ngomong itu jawab!" timpal Jessi.
"Maaf ya kayaknya aku gak ada urusan sama kalian" jawab Fabia dengan menghela nafas.
"Tapi kalo ada hubungannya dengan Danu itu urusannya sama aku juga" kali ini wajah Dona memerah.
"Maaf Dona kalo kamu merasa terganggu, tapi tadi Danu hanya menawari aku tumpangan karena angkot yang biasa aku tumpangi belum datang"
Setelah menjelaskan panjang lebar Fabia pun meninggalkan Dona dan Jesi yang seolah tak terima dengan jawaban Fabia.
Bel sekolah berbunyi para murid masuk ke kelas mereka masing-masing, kecuali Danu yang lebih suka bermain basket dan tak menghiraukan suara bel.
"Ini bukan waktunya olahraga Danu!" kata Pak Ferdi mengingatkan.
Seolah tak mendengar Danu mengacuhkan perkataan Pak Ferdi, tak terima perkataannya di acuhkan Pak Ferdi merebut bola basket yang pegang oleh Danu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOOK&LOVE
Novela JuvenilMeski cinta tak pernah terucap Mata masih bisa menjelaskan jika cinta itu ada Buku hanya tulisan yang mencoba menerangkan sejelas-jelasnya apa arti cinta yang sesungguhnya. Meski terhalang restu Danu berusaha meyakinkan Papanya jika Fabia adalah y...