Kriiinngg...Kriiinngg...kriiiinngg
Suara jam weker yang sedari tadi berbunyi nampak mengganggu tidur nyenyak seorang gadis yang masih bergelung di bawah selimut tebalnya.
Terlebih dengan sinar matahari yang muncul dari celah gorden kamarnya membuatnya terbangun.
"Hooooaaaaaammm!" gadis itu menguap lalu mengerjapkan mata mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih di alam mimpi.
"Aduuh berisik banget deh," ucapnya sambil meraih jam yang berada di atas nakas.
Seketika gadis itu membulatkan mata setelah melihat jam tersebut.
"OMAYGAT! UDAH SETENGAH TUJUH!"
Tanpa berpikir panjang, ia berlari menuju ke arah kamar mandi dan bersiap-siap.
Setelah selesai, ia lalu mengambil almamater OSIS berwarna biru tua dari dalam lemari dan berlari keluar kamar.
"Tea jangan lari-lari, Nanti jatoh." Kata seorang wanita yang sedang menyiapkan sarapan ketika melihat gadis yang ia panggil Tea tadi berlari menuruni anak tangga.
"Bunda, Bang Azof mana?" Tanya Tea masih dengan nafas memburu.
"Bang Azof udah ke sekolah, katanya ada penerimaan murid baru hari ini." Kata wanita yang Tea panggil Bunda.
"Aduuuhh, kok Tea di tinggal sih," kata Tea sambil mencak-mencak di tempat.
"Kamu sarapan aja dulu. Nanti bareng Ayah," Kata Bundanya.
"Nggak bisa bun. Aku juga hari ini ada penerimaan siswa baru. Aku kan sekretaris OSIS jadi gak boleh telat," jelas Tea.
"Naik angkot aja deh," monolognya "Bun, Tea berangkat dulu ya. Assalamualaikum!"
Setelah mencium tangan Bundanya, ia lalu berlari keluar rumah tanpa memperdulikan teriakan bundanya.
Ketika Tea sudah berada di halte bus, ia melihat bus yang menuju sekolahnya sudah berangkat sebelum ia tiba.
"Duuhh, busnya udah jalan lagi. Masa iya gue lari," ucap Tea lalu mempertimbangkan berlari atau menunggu bus selanjutnya.
Saat sedang berfikir, ia meliha sebuah motor melaju santai akan melewatinya. Tanpa berfikir panjang, Tea berlari ke tengah jalan dan menghadang motor tersebut.
CIIIIIITTTTT
Suara decitan ban motor begitu nyaring saat pengendara motor tersebut menarik rem secara mendadak.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Tea lalu menaiki jok belakang motor tersebut.
"Eh eh, apa-apan nih. Turun nggak!" Kata pengendara motor itu.
"Nggak usah bacot deh. Udah telat nihh, buruan jalan," kata Tea sambil memukul-mukul pundak pria tersebut.
Pria itu turun dari motornya tanpa membuka helm, "Apaan, lo pikir gue tukang ojek?"
"Nggak tau lo apaan, yang penting plis anterin gue," kata Tea memohon kepada pria di hadapannya itu.
"Nggak nggak, turun lo. Kasian motor gue ngebonceng cewek gak jelas kek lo," kata Pria itu.
Kalau bukan karena terpaksa, Tea pasti sudah menghajar pria cerewet dihadapannya ini.
"Ayo dong anterin gue. Banyuraga High School ya, buruan cepet!" Kata Tea mencoba menahan emosinya.
Pria dihadapannya nampak berfikir sejenak. Ia memperhatikan Tea dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Ngapain lo liat-liat gue kekgitu. Mau mesum ya lo?" Kata Tea
"Mesum palalo! Oke gue anterin, tapi nggak gratis," ucap Pria itu lalu menaiki motornya.
Tea jengah. "Lo nggak ikhlas banget deh. Jadi lo mau apa?"
"Nanti aja gue bilang. Pas ketemu lagi," balas cowok itu.
"Kalau ketemu iya, kalau nggak gimana?" Tanya Tea sambil mengerutkan alisnya.
"Kalau jodoh, pasti bakal ketemu," tukas pria itu santai lalu menstater motornya.
Tanpa pria itu ketahui, pipi Tea sekarang memerah seperti kepiting rebus yang sering ia makan ketika lagi kesal pada abangnya.
Njiirrr jantung gue, batin Tea
***
HEYYYOO SEMUANYAA
BUAT YANG UDAH BACA, JANGAN LUPA VOTE YA. KASIH JUGA KRITIKAN SAMA SARANNYA YA BIAR CERITANYA GAK MONOTON.KARENA INI CERITA PERTAMA YANG AKU BUAT, JADI MASIH BARU LAH YAH. MAAF KALAU BANYAK KESALAHAN PENULISAN, TYPO ATAU SEBAGAINYA, KAN PEMULA 😁😁.
MAKASIH BUAT YANG UDAH BACA
❤FOR ALL READER'S😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Junior Is Mine [On Going]
Teen Fiction"Eh bocah! ingat ya, gue itu senior lo!" Teanova Denantara "Baru juga jadi senior udah sombong, gimana nanti jadi pacar gue?" Nathan Fauzy Marsenio Gimana jadinya jika seorang senior bar-bar di pertemukan dengan junior badboy? Gimana jadinya jika me...