Part 4

147 66 153
                                    

Suasana pagi begitu cerah. Setelah dua hari melaksanakan acara penerimaan murid baru, kini Banyuraga High School sampai pada hari ketiga atau hari terakhir dimana siswa dan siswi yang mengikuti masa orientasi, resmi menjadi murid tahun ajaran baru di Banyuraga High School.

"Ya, ini lo tandatanganin. Habis itu lo kasih ke kak Arsen. Soalnya tinggal lo berdua aja yang belum," ucap Salsa sambil memberikan selembar kertas absensi senior.

Wajah Tea berubah tegang, "k-kak Arsen ya?" Tanya Tea sedikit gugup.

Salsa mengangguk, "iya, emang kenapa? Kok muka lo pucat gitu?"

"Gue kan nggak akrab banget sama dia.Orangnya juga jarang ngomong.Ntar di kacangin gimana?" ujar Tea.

"Ya elah Tea, udah sih santai aja. Kan tinggal nyerahin doang, abis itu lo balik!" ujar Salsa.

Tea menghela nafas lantas mengangguk, Salsa hanya membalasnya dengan senyuman. Tea lalu berjalan ke arah Arsen yang sedang duduk sambil menyetel sebuah mic.

"M-misi kak," sapa Tea dengan gugup.

Arsen mendongak. Iris mata hitam miliknya dan iris biru Tea beradu untuk beberapa saat.

Mata itu,

"Kak, i-ini absensi senior yang kak Arsen harus tandatangani," ucap Tea sambil menyodorkan kertas absensi itu kepada Arsen yang membuatnya tersadar dari lamunanya.

Arsen mengambil kertas tersebut dari tangan Tea dan menandatanganinya.

Arsen kembali menyodorkan kertas tersebut kepada Tea. Namun ketika Tea ingin mengambilnya, ia menjauhkan kertas itu.

"Tea?"

Tea di buat bingung dengan ucapan Arsen. Ia semakin gugup kala Arsen semakin menatapnya dalam.

"Nama kamu Tea kan?" Tanya Arsen yang membuat Tea mengerutkan Alisnya.

Kemana dia selama ini,masa sesama anggota osis nama gue gak di inget

"I-iya kak," jawab Tea gugup.

"Habisnya nggak jawab."

"Oh iya Tea, tolong kamu bilang ke Alan kalau mic-nya sudah siap!" ucap Arsen yang di akhiri dengan senyumannya.

Tea terpaku di tempatnya. Arsen yang katanya dingin, cuek dan jarang berbicara panjang kali lebar sekalipun itu sama keluarga atau sahabatnya, sekarang berbicara panjang lugas dan di akhiri senyum menawannya. Dan semua itu di tunjukan kepada Tea. KEPADA TEA.
Ohhh tepuk tangan untuk Tea pemirsa.

"Tea?" Panggil Arsen sambil mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan Tea.

Tea akhirnya tersadar," eh, i-iya kak. Nanti saya bilangin ke Kak Alan."

Arsen mengangguk dan tersenyum.

Bisa diabetes gue nih. Senyumnya manis banget!

"Ya udah kak, saya permisi dulu!" ujar Tea lalu meninggalkan Arsen sambil berjalan menunduk dan memikirkan tentang Arsen.

"OMG, Kak Arsen senyumnya manis bangeeett!"

"Dia senyumnya cuma ke gue nih?"

"Aduuhh, kok gue bapeerr sih!"

Brruuk

"Aawww!"

Karena terlalu sibuk memikirkan Arsen dan tidak memperhatikan jalannya, Tea bertabrakan dengan seseorang yang membuat moodnya dua hari berturut-turut hancur hingga terjatuh. Siapa lagi kalau bukan Nathan. Ya, Nathan Fauzy Marsenio.

My Junior Is Mine [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang