Karena rasaku padamu, sama seperti hasil pembagian 1 dengan 0, tak dapat terdefinisikan☽✾﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌✾ ೄྀ
Sang bumantara terlihat lusuh, agaknya hujan akan turun sore ini.Aku melangkah kecil mengikuti pria yang tengah memikul case gitarnya, ia setia dengan headphone yang bertengger di kedua telinganya
"kau yakin tidak akan hujan deras? Sepertinya kita akan terjebak hujan jika tidak cepat mengambul bus"
"....."
Doyoung memicingkan matanya beberapa saat, ia melepaskan headphone dari satu sisi telinganya. Kemudian ia berpaling menatapku
"aku tidak mendengarmu dengan jelas, apa kau tidak melihatku memakai headphone? Jangan banyak bertanya, cukup ikuti aku"
Walaupun suaranya terdengar tenang, raut wajahnya yang kusut tak dapat membohongiku.
Pria itu mempercepat langkahnya menjauhiku, dia benar benar tak acuh. Untuk kesekian kalinya
✦
Sekarang ini kami berdua tengah berada di dalam bus. Cukup ramai, tak seperti biasanya. Untungnya aku mendapat satu kursi kosong untukku
Sementara itu, Doyoung berdiri di hadapanku dengan memegang handle grip bus. Matanya terlihat bergemerlap, bahkan di tengah keramaian.
Aku bahkan bisa melihat jelas pahatan sempurna wajahnya dari jarak sedekat ini, dia banyak berubah dari apa yang aku ingat sejak kami masih balita, lebih tepatnya dia telah glow up. Hufft
Aku menatap layar ponselku yang tengah menampilkan fitur kalender tahun ini. Diriku tak dapat terkontrol saat sudut bibirku terangkat membentuk satu garis senyum
Ah ternyata aku menyukainya sudah selama itu...
Menyukai doyoung tidaklah mudah,
namun hal ini juga tidak sesulit yang kubayangkan pada awalnya.aku masih bisa melihatnya setiap hari, mencuri pandang saat jam pelajaran kosong, bahkan menguntitnya saat bermain gitar di ruang musik. Sesederhana itu aku bisa menyukainya
Aku hanya berharap kami kembali seperti dulu, saat dimana tak ada dinding yang memisahkan kehangatan diantara kami, sisanya akan kuserahkan pada semesta.
.
Aku menarik satu napas yang cukup panjang, kemudian jemariku menarik rompi rajut yang Doyoung kenakan "kau langsung pulang? Atau mau ke tempat lain?"
"aku mau menjemput kak Chel" jawabnya singkat
Garis dahiku mengkerut "ha? Ajal? Mau jemput ajal? Jangan bercanda deh"
"Kak Rachel goblok"
"wes santuy sobat"
Kekesalan terlihat jelas di wajahnya saat pria itu memutar manik matanya kearah lain. Ia mendecih samar. Aku sempat terkekeh, membuatnya emosi seperti ini mempunyai kesenangan tersendiri bagiku
Sampai akhirnya penumpang bus mulai berkurang, tapat sekali, tempat di sebelahku sudah kosong
Dengan segera aku menyuruh Doyoung untuk mengambil duduk di sebelahku sebelum orang lain mengambilnya
Dan setelahnya kami kembali buyar pada kesibukan masing masing karena terlalu canggung.
Doyoung yang sibuk dengan chattingannya dan aku sendiri yang fokus dengan ponselku, lebih tepatnya sibuk mendengarkan instrumen mozart yang sedang populer akhir akhir ini
KAMU SEDANG MEMBACA
[One-Shot] Evanescent
FanfictionBagaimana bisa aku menyukainya segila ini? ➵Oneshoot ➵ Doyoung Treasure Weekly challenge with Hajeongwoo Group Chat Baca aja napa meng, dari pada kena hukuman ಥ_ಥ