gadis ukir

3 1 0
                                    

Cerita ini hanya imajinasi penulis,
Hanya sepenggal cerpen.
Cerpen ini pernah author jadikan bahan lomba karya tulis.
Jadi jika ada readers yang merasa pernah melihat atau membaca cerpen ini jangan berfikir saya plagiat. Karna ini murni karya dan hasil ide saya.
Terimakasih!

-----------------------------------------------------------

   Pandanganku fokus pada laptop di depanku yang menunjukan berbagai keistimewaan setiap daerah di Nusantara. Pandanganku tertuju pada satu karya ukir relief bermotif tumbuhan berakar yang unik. Ada motif daun menyerupai kipas yang terbuka dengan ujung daunya yang runcing, terdapat gambar buah berjumlah tiga yang berasal dari pangkal daun. Aku membuka artikel mengenai karya itu yang ternyata berasal dari salah satu kota di Jawa tengah yaitu Jepara. Aku tersenyum merasa ini adalah target ulasanku yang berikutnya.
  Aku adalah seorang mahasiswa semester enam di Fakultas yang paling hits dikampusku,Fakultas Ilmu Budaya (IFB), UGM Yogyakarta. Sedangkan aku ini adalah mahasiswa perantauan dari Bandung. Aku menyukai wisata ke berbagai daerah di Indonesia dan menulis ulasan mengenai daerah-daerah tersebut. Sementara orangtuaku tidak mempermasalahkannya selama aku mampu menjaga diri.
  Pada liburan kali ini, kuputuskan mengunjungi kota dengan keunikan seni ukurnya itu.

  Jepara art furnicraft, begitu yang tertulis didepan salah satu mebel di Jepara ini. Aku masuk dan melihat langsung berbagai proses dalam membuat berbagai bentuk ukiran dan hasilnya yang cukup memukau bagiku. Namun, tatapanku tertuju pada salah satu pengrajin yang duduk di sudut ruangan dengan banyak sisa sisa kayu disekitarnya.
  Aku bertanya pada seorang pria di sampingku tentang orang itu.
"Oh, dia? Namanya Lia. Anak pemilik mebel ini. Dia ramah dan baik loh dek, dia baru kelas 12 tapi pandai membuat berbagai bentuk ukiran"
   Sekiranya itu yang aku tahu, selebihnya?
  "Tanya saja langsung dengan anaknya" begitu ujar nya sambil tersenyum.
  Aku heran? Tentu saja. Kebanyakan kelas 12 pasti sibuk dengan tugas menjelang ujian atau bersenang-senang dengan teman sebayanya. Dan dia? Justru sibuk berkutat dengan berbagai alat pahat. Penasaran, karena itu aku menghampiri gadis itu dan memberinya beberapa pertanyaan. Ini mungkin akan bagus untuk menjadi bahan ulasan wisataku nantinya.
   Pria itu benar, dia ramah. Bahkan ia tidak berhenti tersenyum semenjak aku menyapanya lima menit yang lalu. Sekarang, kami sedang duduk disalah satu bangku disamping mebel sambil menikmati secangkir teh.
   " Jadi, kenapa kamu memilih mengukir saat remaja seusiamu banyak menghabiskan waktu bermain dengan teman sebayanya?" Dia tersenyum dan menjawab.
   "Aku tidak terlalu suka keluar rumah untuk hal kurang penting. Lebih tepatnya mengukir sudah menjadi kebiasaan ku sejak kecil. Ini menyenangkan dibanding berjalan-jalan dan menghabiskan uang untuk hal yang tidak perlu. Bukan begitu?"
   Mengangguk " hemm... Ukiran Jepara itu, punya ciri khas tidak ? "
"Tentu saja ada, ukiran Jepara itu punya motif dan corak yang unik. Ukurannya mempunyai motif trumbusan. Lalu ada motif jumbai atau ujung relung, yaitu daunya seperti kipas yang terbuka, trus ujung daunya runcing. Ada gambar buah juga sekitar  tiga atau empat dari pangkal daunya. Begitu kak ciri motif ukiran Jepara."
  "Lalu, kamu belajar mengukir dari siapa? Apa para pria disini?"
Aku tidak bisa mengontrol ketertarikan ku akan apa yang dilakukan gadis seusianya ini.
"Tidak,aku belajar dari kakekku. Dia adalah orang yang cukup disegani di daerah sini. Banyak karyanya yang sudah sampai di berbagai negara seperti Amerika dan Australia."
"Wahh sepertinya karya beliau sangat berkualitas ya!" Aku berdecak kagum mendengar penuturan gadis ini mengenai kakeknya. Ia mengangguk dan melanjutkan ceritanya.

"Setidaknya begitu sebelum beliau meninggal 7 tahun lalu. Lalu ayah membangun mebel ini dan aku ikut membantu mengukir disini."
  Aku manggut-manggut dan melanjutkan sesi tanya jawab ku ini.
"Trus, apa kamu digaji sama seperti pengrajin lain?"
Dia menggeleng dan tersenyum mengatakan bahwa ia tidak digaji. Aku terkejut, mengapa? Bukankah ia juga bekerja keras seperti yang lain. Namun, ia kembali menjelaskan.
  "Aku menolak setiap ingin digaji. Aku disini bukan bekerja tapi bersenang-senang. Melihat banyak orang suka dengan hasil karyaku itu lebih dari cukup. Kakek bilang 'buatlah karya senimu dengan sepenuh hati hingga hasilnya nanti memuaskanmu, maka seberapapun uangnya tidak akan ternilai harganya dibanding karyamu itu' dan itu yang aku rasakan sampai sekarang. Aku hanya menyalurkan hobiku Disni, tempat dimana sebuah seni tercipta dari tangan-tangan orang yang ahli."
 
"Sekolahmu bagaimana?"
" Sekolahku akan tetap berjalan pastinya. Sudah kubilang ini adalah hobi. Lagipula sebagai anak muda sudah sepatutnya kita meneruskan budaya yang menjadi kebanggaan daerah kita masing-masing bukan?. Sangat sayangkan kalau seni indah seperti ini harus hilang seiring berjalanya waktu."

      Di Jepara, kegiatan mengukir dan memahat ternyata telah menjadi bagian dari budaya, seni, ekonomi, sosial dan politik yang sudah lama terbentuk. Seni ukir Jepara juga memiliki sejarah yang panjang karena kemampuan dalam mengukir ini diturunkan dari generasi ke generasi. Seni ukir ini menjaga keselarasan dan keseimbangannya di lingkungan masyarakat. Ukir Jepara menggunakan bahan dasar kayu jati, kayu yang mampu bertahan lebih dari 20 tahun lamanya. Selain berkualitas, ukir Jepara ini memiliki kesan yang mewah pada bentuk karyanya.
  Seminggu aku belajar banyak hal dari gadis itu. gadis bernama Lia itu begitu antusias menceritakan keasyikannya setiap mengukir, dia juga menunjukan banyak karyanya yang terpajang rapi di rumahnya.
Akupun turut mencoba sedikit demi sedikit membuat sebuah ukiran. Ternyata tidak mudah, butuh kecermatan tinggi, dimana setiap ukir objeknya terbukti halus dan sangat detail. Pengrajin disana haruslah orang terlatih untuk membuat ukiran dengan mempertahankan detail setiap objeknya. mungkin nanti aku akan ikut les mengukir setelah kembali nanti.
  Seni memang indah, tapi sekarang semua mulai tertelan oleh perkembangan zaman yang modern. Padahal buyut kita dulu bekerja keras untuk membuat karya seni yang sekarang hanya menjadi pajangan dinding yang terabaikan.
   Sangat sayang sekali bukan?. Ah.. aku jadi teringat tugas kuliahku untuk membuat makalah mengenai kesenian Nusantara sehabis liburan nanti. Dan pengalamanku ini, sepertinya cocok sebagai bahan presentasi ku nantinya.
  Aku mendapat banyak inspirasi dari gadis Jepara itu. Gadis yang memiliki hobi dan pemikiran berbeda dari teman sebayanya. Unik, begitulah gadis itu. Sekarang ini, aku sedang menikmati sunyi ditemani kopi yang dibuatkan oleh ibu beberapa menit yang lalu.
  Aku memandang deretan huruf yang baru usai kuketik di laptopku, ulasanku mengenai Jepara sang kota ukir. Aku menyeruput kopi ku dan melihat keluar jendela. Langit yang kini menampilkan sinar rembulan yang indah melewati celah di kamarku.
   Aku termenung, mungkin aku akan kembali kesana. Mengenal lebih banyak seni dari Jepara, kota kecil namun penuh dengan pesona yang menawan. Dan mungkin juga aku akan belajar lebih banyak mengenai ukir darinya. Dia, sang gadis pengrajin ukir dari Jepara.

  {THE END}                  
 

 
---------------------------------------------------------
Thanks yang sudah berkenan baca, author emang sengaja kasih 1 chapter aja. Hanya sebagai angin angin karna author ga pengalaman nulis dan gatau mau mulai dengan gimna. Tidak ada maksud apapun baik promosi atau apa ini murni imajinasi! Mohon maaf bila ada kesamaan nama tokoh atau ketidak nyamanan dalam membaca.
Untuk vote dan coment author ucapkan terimakasih:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis ukirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang