Semua karakter, peristiwa, nama tempat, kejadian dan waktu dalam cerita ini hanya fiksi ya. Dimohon untuk bijak dalam membaca.
I Purple You!
💜💜💜
Aku tidak tahu mengapa seharian ini hanya bisa merenung. Kehidupanku sangat monoton sekali. Dimulai dari bangun pagi, pergi kuliah lalu pulang untuk bekerja paruh waktu kemudian tidur jika sudah larut malam. Begitu seterusnya.
Aku merasa sangat kosong.
Biasanya jika ada waktu luang aku akan ngefangirl––kegiatan seperti mendengarkan lagu dari idol yang kita suka, menonton music video hingga datang ke acara musik untuk melihat mereka.
Tapi itu tidak berlaku untukku selama seminggu ini. Aku seperti orang yang tiba-tiba kehilangan semangat hidup. Aku bahkan tidak tahu alasannya kenapa!
Aku teringat akan konser mereka di Seoul. Konser pertama mereka yang akan diadakan di stadion terbesar di negara kami, Jamsil Olympic Stadion. Aku juga sudah memesan tiket konsernya dari beberapa bulan yang lalu.
Mungkin dengan datang ke konser, rasa frustasi ini bisa hilang. Padahal sebelumnya aku tidak ingin datang karena adanya tekanan stress ini. Tapi, aku juga rindu dengan sosok yang membuatku semangat setiap harinya. Dia Kim Taehyung.
Sudah seminggu ini aku belum melihatnya. Jangan salah paham! Maksudku, aku tidak sempat untuk melihat konten-konten mereka, karena aku terlalu lelah bahkan hanya sekedar untuk membuka mata ketika bangun tidur.
"Sudahi depresimu, datang ke konser Bangtan dan nikmati euforianya!"
Berharap dengan ini, keadaanku segera membaik. Aku hanya butuh pelarian. Tidak apa-apa kan jika aku kabur dari dunia yang penuh tekanan ini hanya untuk sehari saja?
Aku menenggak habis sisa Hot Choco-ku lalu beranjak dari kursi. Sudah sejam berlalu aku hanya berdiam diri di dalam cafe ini. Ketika mengecek arloji putih yang melingkar di pergelangan tanganku ternyata sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam. Aku harus pulang.
Waktu menuju konser yaitu lusa tepat saat ulang tahunku yang ke dua puluh tahun. Mungkin kalian akan menganggap ini sebagai hadiah, tapi aku akan bilang bahwa ini adalah kesempatanku untuk lari dari rasa lelahku. Karena aku tidak pernah punya kesempatan untuk bertemu mereka walaupun kami menginjakkan kaki di tanah yang sama.
Drrtt.. drrrt..
Sebuah panggilan dengan nama MaBestie terlihat di layar ponselku. Aku segera menjawabnya.
"Ada apa?"
"Aku sudah mendapatkan tiket. Ah, tapi besar kemungkinan kita tidak akan bertemu di tempat yang sama."
"Eoh.."
"Ya! Kenapa kau lesu sekali. Apa kau benar-benar tidak akan datang? Aku rela mengambil uang tabunganku hanya untuk menemanimu."
"Tidak, bukan begitu––"
"Bersemangatlah! Aku mungkin tidak benar-benar tahu bagaimana perasaanmu saat ini. Cobalah untuk bertahan demi mereka, oke?"
Aku tersenyum, merasa bersyukur mempunyai sahabat seperti Choi Hyemi.
"Baiklah, kenapa kau jadi bersemangat sekali."
Aku berhenti tepat di samping tiang lampu merah saat melihat lampu khusus pejalan kaki masih menunjukkan angka sekitar 20 detik.
Hyemi tertawa riang, "Aku hanya ingin bertemu dengan Park Jimin, pria yang sudah seperti malaikat turun ke bumi."
"Kau berlebihan, Hyemi-ya!"
"Ya! Kau tertawa juga. Bagus deh, aku tahu kau sudah tidak lesu lagi ketika kita sudah membicarakan mereka!"
"Aku tidak tertawa pfftt––"
"Tuh kan!"
"Aku hanya menahan tawa saat membayangkan wajahmu yang lucu berseri sambil meneriakkan nama Park Jimin."
"Aih, lupakan. Sekarang kau ada dimana? Sudah sampai depan asrama?"
"Belum."
"Aku hanya khawatir saat melihat ternyata teman sekamarku belum pulang." Katanya dengan nada sendu yang dibuat-buat.
Aku memang tinggal di asrama kampus dan Hyemi adalah teman sekamarku. Aku langsung berjalan saat tersadar ternyata lampu sudah menunjukkan angka hitungan mundur, dimana pejalan kaki harus segera menyebrang jalan sebelum waktunya berakhir.
"Jangan berlebihan, aku tidak akan kemana-mana!"
Terdengar helaan napas di seberang sana, sepertinya dia benar-benar merajuk. "Sudahlah. Apa perlu aku menjemputmu?"
"Tidak perlu, aku dalam perjalanan menuju––"
TIN TIN!!!
BRAKKK..
Ponselku terlempar jauh. Aku tidak bisa menggapainya, sementara tubuhku berusaha untuk bergerak tetapi hasilnya nihil. Aku terdiam sembari melihat betapa paniknya semua orang menghampiri tubuhku yang tergeletak bersimbah darah.
Ketika gelap sudah mulai menghampiriku. Saat itulah aku tersadar, bahwa aku benar-benar tidak mempunyai kesempatan dalam bentuk apa pun.
Semoga saja kejadian buruk tidak akan menimpaku. Jika memang sudah seharusnya mati, mungkin itu satu-satunya cara untuk menghilangkan kekosongan ini.
Tapi satu hal yang pasti, sekarang aku benar-benar menyesal..
–Still With You–
At Beverly Coffee
KAMU SEDANG MEMBACA
Still With You | BTS ✓
Fanfiction[Bangtan Little Fantasy Series] Pertemuan Jeon Jungkook dengan seorang gadis di backstage memang terasa aneh. Apalagi jika mengetahui fakta bahwa tak seorang pun selain dirinya yang bisa melihat gadis itu. Ia mengira bahwa gadis itu adalah salah sat...