Part 1

30 3 3
                                    

Gelap.

Aku tidak menemukan seberkas cahaya barang sedikit pun. Aku terus berjalan tanpa tentu arah. Tidak ada pepohonan, tidak ada bangunan, tidak apa pun. Semuanya kosong. Aku mengerjapkan mata berusaha untuk tetap mencari keberadaan suatu benda, walaupun hasilnya nihil. Suasana hening dan gelap terus menemaniku sepanjang perjalanan.

Mungkin aku telah melewatkan sesuatu. Setelah lama berjalan—entah sudah berapa lama waktunya, aku menemukan setitik cahaya yang semakin lama ku jangkau semakin membesar. Ternyata bentuknya persegi panjang, juga bersinar dengan warna putih dominan yang bisa kutebak seperti sebuah pintu.

Apakah aku harus masuk?

Sebenarnya dimana aku?

Aku tidak ingat mengapa aku bisa berada di sini. Yang aku ingat hanyalah, aku sedang menantikan hari dimana aku akan pergi ke sebuah konser musik.

Dengan perasaan gugup dan tidak yakin, aku tetap melangkah masuk menembus pintu putih tersebut. Aku memejam sangat erat, sebab cahaya silau langsung berlomba-lomba menyerbu mataku.

Ketika dirasa sudah aman untuk kesehatan mata, aku perlahan mengintip apa yang tengah menyambutku. Suara dentuman musik yang memekakkan telinga, suara jeritan riuh dari orang-orang, serta tidak lupa sang pengisi acara dengan suara lembutnya. Aku mengerjapkan mata berkali-kali guna memfokuskan penglihatanku.

Berbagai pertanyaan bersarang di otak saat aku melihat semua itu. Ini dimana? Kenapa aku bisa ada di sini? Apa sebelumnya aku tertidur hingga baru tersadar setelah di penghujung acara? Di layar putih itu terlihat jelas tulisan besar 'BTS World Tour, Love Yourself in Seoul'.

Bola mataku melebar, aku terkejut bukan main. Panik? Tentu saja! Bahkan aku belum menikmati acaranya, tetapi sudah mau berakhir saja.

Para member baru saja memasuki backstage dan satu persatu lampu mulai dimatikan. Hanya tersisa backsound dari salah satu lagu mereka yang berjudul Magic Shop beserta rekaman VCR dari masing-masing member.

Aku sontak berdiri dari posisi dudukku, menghampiri salah satu staff berpakaian serba hitam yang berdiri di ujung dekat pagar pembatas.

"Halo, permisi!" Berusaha untuk memanggil staff itu diantara kerumunan. Kemudian aku menepuk-nepuk tangannya, tapi tetap tidak membuahkan hasil. Ini aneh. Suasana tidak terlalu seheboh tadi, karena acaranya benar-benar sudah berakhir. Semuanya sudah dimatikan.

Aku melihat seorang wanita tengah membereskan barang-barangnya, tampak seperti bersiap ingin pergi. "Hai? Apa kau bisa mendengarku?"

"Ya! Kenapa kau tidak menjawab?" Aku sedikit menarik rambutnya, tetapi hasilnya tetap sama. "Kau bahkan tidak bisa melihatku?"

Menyerah dengan keadaan, aku mulai memikirkan persepsi yang mungkin terjadi. Aku berjalan menuju backstage dan benar saja, dengan mudahnya aku bisa melewati semua staff yang berlalu lalang serta bodyguard si penjaga pintu. Aku mencari keberadaan pintu dimana para member Bangtan berkumpul.

BTS Member Waiting Room.

Yakin bahwa ini benar ruangan mereka setelah membaca tulisan berwarna hitam dengan latar putih serta pintu berwarna coklat muda, aku langsung masuk ke ruangan tersebut.

Kosong. Tidak ada siapa pun. Hanya ada sebuah jaket di depan cermin besar di sudut ruangan, beberapa cemilan di atas meja dan sofa panjang yang disusun membentuk huruf L. Aku memilih duduk di sofa itu sembari memperhatikan ruangan ini secara eksklusif.

Mereka tidak akan melihatku, kan? Jadi aku akan aman. Kalaupun fakta aku sudah mati, mungkin ini yang namanya surga. Setidaknya aku bisa dengan mudah melihat mereka secara dekat tanpa takut ketahuan.

Still With You | BTS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang