Cerita ini dibuat dalam rangka ulang tahun Jimin BTS.
Tolong bagi para pembaca, untuk vote dan komen cerita ini sebagai bukti bahwa kalian menghargai karya orang lain.Jimin juga pasti bahagia kalau ngeliat Armynya bahagia, wkwk.
Happy Birthday for Jimin and happy reading buat kalian semua!
Menjadi mahasiswa tahun terakhir memanglah sedikit menyusahkan. Atau mungkin lebih banyak menyusahkan. Tak dapat dipungkiri bahwa memang kesibukan menjadi hal yang paling menyebalkan saat sudah mencapai semester akhir. Terlebih saat sudah mendekati ujian akhir.
Minri memang bukan tipe mahasiswa dengan julukan kutu buku kendati dirinya sangat gemar membaca novel fiksi. Ya, hanya novel fiksi dan bukan tentang ensiklopedia pembelajaran atau semacamnya. Atau lebih jelasnya lagi jurusannya adalah bahasa sastra. Maka dari itu ia berusaha mencari tahu mengenai dunia kebahasaan melalui membaca novel. Salah satu kegemarannya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas.
Bagi Minri, hidup penuh dengan setiap kisah yang teramat indah sekalipun sedang terjebak dalam kesedihan. Sama seperti beberapa kisah dalam cerita fiksi yang sering dibacanya.
Suasana kampus yang terlampau sering tenang seperti biasanya seakan mendukung suasana hati Minri yang sedang tenang juga tentunya. Bahkan seolah mendukung ekspektasinya bahwa hari ini akan menjadi hari yang indah dalam sepekan berjalan ini.
Lagu yang terputar pada aliran headset juga tak dapat ditolak rungu karena begitu menggoda. Lebih menggodanya lagi saat matanya menangkap sosok pria tampan dengan setelan hitam-hitam dengan topi di atas kepalanya, seakan mendukung asumsi yang diciptakan Minri jika lelaki itu terlihat seperti seorang detektif yang sedang mencari tahu sesuatu di kampusnya saat ini. Jujur Minri tak dapat memalingkan wajahnya saat pria itu seakan menyadari dirinya sementara ditatap Minri, kemudian berjalan mendekat ke arahnya.
Mustahil jika irama jantungnya saat ini masih sama seperti sebelumnya saat pria itu belum duduk di samping Minri. Jarak keduanya juga cukup dekat, hanya dibatasi sebuah laptop yang sengaja ditaruhnya di tengah-tengah tempat duduk.
"Maaf mengganggu waktumu, perkenalkan namaku Park Jimin. Panggil saja Jimin." Katanya sambil menyodorkan tangannya ke depan guna mendapat salaman balik dari Minri.
Kepada alam semesta yang terhormat, tolong ijinkan Minri untuk tidak ambruk saat ini juga hanya karena berkenalan dengan pria tampan. Suaranya bahkan begitu lembut bagai malaikat.
"Ah, iya, aku Park Minri. Panggil saja Minri." Balas Minri sambil membalas sodoran tangan Jimin kemudian terseyum. "Apa kau mahasiswa baru di sini?" Lanjutnya bertanya pada pria di depannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
RandomSpecial story for Jimin birthday! Terkadang sebuah kebetulan menjadi awal dari sebuah penyatuan. Tak dapat dipungkiri bahwa ternyata hidup memang penuh dengan kejutan bahkan tanpa alasan. Tanpa sadar, kesedihan tergantikan dengan kebahagiaan yang s...