Hadiah Ulang Tahun

9 3 1
                                    

Seorang laki - laki yang sudah berumur sedang mengakat sebuah kardus berbentuk kotak yang memiliki banyak bolongan kecil.

"Semoga anakku menyukainya," gumam laki - laki itu sambil menyimpulkan senyuman khas miliknya dengan lesung pipit yang menghiasi senyumannya, membuat senyumannya semakin indah.

Laki - laki berjalan menuju parkiran tempat dia menuruh mobil sedan nya.

Laki - laki itu menaruh kardus itu di bangku penumpang dibelakang, berharap jika si kecil itu tidak buang air kecil disana.

Hanya butuh tidak sampai sejam untuk sampai ke rumah yang bernuansa sederhana itu, walaupun rumahnya sederhana tapi bukan berarti dia miskin hanya saja ia lebih menyukai tinggal dirumah yang diberikan oleh mendiang Ibu nya ketimbang membeli rumah baru dan harus membangun moment baru lagi.

Laki - laki itu turun dari mobilnya lalu membuka pintu bangku penumpang belakang. Disisi lain, seorang anak perempuan berambut sepinggang mengintip dari jendela. Ya, itu lah aku.

Aku melihat Ayah ku menutup pintu mobil belakangnya dengan kesusahan karena ia sedang mengakat sebuah kardus yang cukup besar menurutku, aku sangat penasaran dengan isi kardus itu.

Apa Ayah ingat dengan ulang tahunku? Pikirku lalu dengan cepat ku tepis pikiran itu. Ayahku selalu marah - marah dan memukulku mana mungkin dia mengingat ulang tahunku.

Ayahku masuk ke dalam rumah namun, aku yang melihat itu bukannya senang malahan berlari dengan tergesa - gesa menuju kamarku.

Aku takut sekali.

Beberapa menit kemudian, aku mendengar suara ketukan di pintu kamarku disusul dengan suara Ayahku yang memanggil namaku dengan lembut.

Tidak. Itu pasti tipuan pikirku. Ayahku selalu memanggilku dengan suara dan nada seperti itu tapi nanti hasilnya aku tetap saja akan dipukuli jika aku menanggapi panggilan itu.

"Nana," panggil Ayahku.

"Boleh Ayah masuk?" Lanjutnya.

Aku sempat berpikir sejenak. Tapi, pada akhirnya aku membolehkan untuk Ayahku masuk kedalam kamarku.

"Selamat ulang tahun, Nana kecilku," ujarnya sambil berjalan mendekati diriku yang berada diatas ranjangku.

"Iya. Terimakasih Ayah."

"Ayah punya hadiah loh buat Nana."

Mendengar kata hadiah aku menjadi sedikit senang.

"Hee? Sungguh?!" Tanya Nana dengan mata yang membinar.

"Iya sungguh Ayah tidak bohong," ujar Ayahnya sambil membuat tanda pis menggunakan tangannya.

"Wahh, boleh aku liat sekarang?" Tanya Nana dengan senang.

"Belum. Nanti saja, saat potong kue," ujar Ayahnya sambil tersenyum penuh arti.

"Oh begitu ya," ucap Nana sedikit sedih mendengar jawaban dari Ayahnya itu.

"Jangan sedih dong, kan ini ulang tahun Nana, masa sekarang malah sedih," ucap Ayah Nana sambil mengusap puncak kepala Nana dengan lembut.

"Engga kok, Nana engga sedih," elak Nana.

"Baiklah kalau begitu Nana sekarang tidur aja, nanti saat kue nya sudah jadi akan Ayah bangunkan," ujar Ayahnya sambil berjalan keluar kamar Nana.

Walaupun Ayahnya menyuruh Nana untuk tidur tapi tetap saja, Nana tidak bisa tidur sama sekali. Ia merasa penasaran dengan hadiah yang akan diberikan oleh Ayahnya itu.

Saat malam harinya.

Sekarang seluruh keluarga Nana sedang berkumpul mengelilingi sebuah meja makan berbentuk bundar. Diatas meja itu terdapat kue yang berbentuk bundar juga yang berwarna merah muda.

"Tiup lilinnya tiup lilinnya tiup lilinnya sekarang, sekarang juga sekarang juga," kedua orang tua Nana mulai menyanyikan lagu selamat ulang tahun setelah Nana meniup kue nya hingga semua lilinnya yang terpajang diatas kue nya redup.

"Selamat ulang tahun sayang," ucap Ibu Nana sambil menggendong anaknya itu.

"Iya Ma, terimakasih."

"Iya Nana, selamat ulang tahun ya," sekarang giliran Ayah Nana yang mengucapkan.

"Iya Yah."

"Hmm... Ayah, mana kado yang Ayah maksud?" Tagih Nana.

"Haha, sudah tidak sabar rupanya kamu," ucap Ayah Nana merasa lucu dengan reaksi wajah Nana yang sekarang menjadi merah karena malu.

".... kadomu ada disana," ujar Ayah Nana sambil menunjuk kearah kardus kecil yang sedikit kusam.

Ibu Nana menurunkan Nana, lalu setelah itu Nana langsung berlari kearah kardus itu dengan perasaan senang.

Saat Nana membuka kardus itu ternyata ia malah menemukan seekor anak anjing yang entah itu jenis apa.

Nana segera menggendong anak anjing itu tanpa memikirkan baju dress berwarna putih yang saat ini sedang dikenakan olehnya. "Ini beneran buat aku, Yah?" Tanya Nana ke Ayahnya.

"Iya tentu," jawab Ayahnya.

"Wahh.... dia lucu sekali," ucap Nana sambil tersenyum manis menatap anjing barunya ini.

"Mau kamu berikan nama apa?" Tanya Ibu Nana.

"Hmm... apa ya..." Nana berpikir sejenak sambil terus mengelus anak anjing itu.

".... aku mau kasih nama dia Neno!" Seru Nana senang.

"Loh? Kok Neno?" Tanya Ayahnya bingung.

"Iya! Nana Neno," ucap Nana sambil menunjuk dirinya sendiri lalu menunjuk anak anjing yang sedang ia elus menggunakan sebelah tangannya itu.

~TBC

HAI, para penyuka hewan atau yang lainnya...

Terimakasih sudah mau baca cerita ini. Semoga kalian suka^^

Jangan lupa vote, komen, dan follow juga ya! Terimakasih.

Bye²

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang