1

14 4 2
                                    


Dalam sebuah ruangan yang berukuran cukup besar, menunjukkan adanya makhluk hidup yang selalu datang setiap harinya, bukan hanya satu, tetapi ada beberapa yang lalu lalang masuk dan keluar ruangan.

Jeon Wonwoo, CEO sebuah perusahaan terbesar di kota Seoul. Sikapnya yang dingin, tegas, dan berwibawa, dapat membuat orang lain takut dan segan secara bersamaan.

"Permisi pak, ini jadwal untuk besok." Sekretaris Wonwoo memberikan sebuah tab berisi jadwal untuk kegiatannya besok.

"Seluruh jadwal besok akan dilaksanakan di Jepang, pemberangkatan ke Jepang akan di laksanakan pada pukul 8 pagi, dan seluruh kegiatan lainnya sudah saya tuliskan didalamnya." Sekretaris itu melanjutkan pembicaraannya.

"Oke, baiklah. Kau tidak perlu menemani saya di Jepang, saya urus sendiri saja, kau awasi saja perusahaan selama saya di Jepang. Kau boleh keluar sekarang." Ucap Wonwoo sambil memakai jasnya. Kemudian dia keluar dari ruangannya.

Wonwoo memasukki mobilnya, menyalakan mesin, dan keluar dari basement.

Di perjalanan pulangnya, Wonwoo berhenti sejenak di salah satu jembatan yang ada di daerah Seoul ini. Dia memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, dan dia keluar dari mobil.

"Kau sedang dimana?" Kalimat pertama yang keluar dari mulut Wonwoo saat teleponnya diangkat.

"Aku masih di rumah sakit, ada apa?" Terdengar suara perempuan di sebrang sana.

"Tidak bisakah kau membantuku mengemasi pakaian? Aku akan ke Jepang besok," dengan nada yang masih terdengar dingin tapi sebenarnya dalam hati Wonwoo ia ingin sekali istrinya itu memperhatikannya.

"Tunggu saja aku pulang, sebentar lagi shiftku selesai."

Tut tut tut

Ya, seperti itu lah kehidupan pernikahan Wonwoo selama 7 tahun terakhir. Mereka belum dikaruniai bahkan oleh seorang anak pun.

Park Saeri, seorang dokter bedah di salah satu rumah sakit terkenal di Seoul. Istri dari Jeon Wonwoo, yang sikapnya sangat mirip dengan suaminya itu. Bagaimana bisa mereka menikah? Tentu saja karena perjodohan. Mereka harus menuruti keinginan orang tuanya. Bukankah ini hal yang wajar terjadi di kalangan keluarga atas?

Wonwoo yang menutup telepon terlebih dahulu.

Dia masuk ke mobilnya kembali, melajukan mobilnya. Hingga mobil itu sampai di sebuah kawasan elite tempat mereka tinggal. Kawasan yang banyak di tempati oleh orang-orang ynag sederajat dengannya.

Setibanya di rumah, Wonwoo memberhentikan mobilnya di depan gerbang. Tidak perlu khawatir, ada pelayan yang akan memarkirkan mobilnya.

Wonwoo masuk ke dalam rumah. Dan tidak lama kemudian, seorang wanita cantik datang. Dengan jas berwarna putih yang masih menempel dalam badannya. Dia sedikit berlari ketika melihat Wonwoo sedang berjalan ke dalam rumah.

"Wonwoo-ya!" Panggilnya.

Wonwoo yang merasa terpanggil berhenti dan menengok ke arah belakang. Tidak ada senyuman ketika dia melihat istrinya itu, tetap dengan wajah datar dan dinginnya.

Saeri masih berlari kecil, hingga ia sampai di depan Wonwoo. Saeri menatap Wonwoo sebentar, lalu dia memeluk badan yang ada di depannya itu. Tanpa banyak bicara, Wonwoo membalas pelukannya.

"Sudah lama aku tidak bertemu denganmu, Wonwoo-ya." Mereka menghabiskan waktu lebih lama hanya untuk berpelukkan.

"Kau baru saja pulang ke Korea, dan besok kau akan pergi lagi?" Tanya Saeri ketika melepaskan pelukannya.

"Maafkan aku,"

Mereka berdua kemudian berjalan ke kamar mereka. Sesuai dengan keinginan Wonwoo yang menyuruh Saeri untuk mengemasi barang-barangnya.

Not like this | Jeon Wonwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang