2. Anak baru

9 4 8
                                    

Di pagi yang asri, semua penghuni sekolah menata diri dengan rapi di atas tanah berbentuk lapangan. Topi di atas kepala, dasi yang menggantung di kerah baju menari terkena angin sepoi, sabuk hitam memeluk perut setiap pemakainya. Tak lupa sepatu hitam dan kaus kaki menyelimuti kaki rapuh jika terkena panas. Itu adalah perlengkapan upcara di setiap Senin pagi. Tidak hanya siswa, semua guru pun sudah bersiap di tempat masing-masing. Tak terkecuali penjaga sekolah.

Upacara kali ini, Raihan bertugas menjadi komandan upacara. Dia tidak merasa gugup karena sudah terbiasa dengan tugas ini. Panas pagi ini, tampak sangat terik dari biasanya. Padahal jam menunjukkan pukul 07:00 pagi. Namun, sudah seperti pukul 10:00 pagi.

"Komandan upacara, memasuki lapangan upacara," suara merdu sang protokol berkumandang.

Dengan tegap, Raihan menuju ke tengah lapangan.

"Istirahat di tempaaaaat, grak!" ucapnya lantang.

Semua peserta upacara memborgol tangan mereka tanpa borgol sungguhan. Wajah tegas Raihan, membuat para gadis tidak bisa berhenti menatapnya.

Sementara Abu dan Dhabi berada di barisan tengah. Gelagat mereka terlihat aneh. Matanya menyipit, kepala mereka tundukkan, dan sepertinya mata mereka dipejamkan.

"Siappp! Grak!" tegas Raihan tak kalah lantang dari yang sebelumnya.

Lalu giliran pasukan pengibar bendera, melakonkan tugasnya. Kia, salah satu gadis tercantik di kelas Raihan, berada di tengah. Menopang lipatan bendera merah putih dengan anggun.

"Bendera siap!!" ucap Kia menggelegar.

"Kepada, sang merah putih, hormaaaaaaaat grak!!"

Dengan sigap, pasukan paduan suara menyanyikan lagu "Indonesia Raya" dengan kompak.

Namun, di tengah barisan ada sedikit masalah. Abu berjongkok sambil memegang perutnya dengan kepala menunduk. Disusul dengan Dhabi melakukan hal yang sama.

"Petugas PMR, ada yang sakit," ucap salah seorang siswa tanpa teriakan mendekati petugas, guna tidak mengganggu jalannya upacara.

Dengan sigap, petugas PMR menopang Abu dan Dhabi menuju UKS. Abu dan Dhabi dibaringkan di kamar yang bersebelahan.

"Tehnya diminum agar sedikit enakan," suruh seorang gadis petugas PMR itu.

"Dan ini roti dan obat masuk angin untuk kalian minum setelah memakan rotinya terlebih dahulu," lanjut gadis itu.

"Terima kasih," ucap Abu dan Dhabi berbarengan.

Gadis itu mengangguk dan meninggalkan mereka berdua yang sedang terbaring cukup lemah.
Abu dan Dhabi bagaikan pensil dibelah dua. Jika satunya senang atau sedih, dua-duanya akan merasakan hal yang sama. Seperti hari ini. Mungkin kekuatan seorang saudara kembar walau tidak selalu sama.

Empat puluh lima menit lalu upacara selesai. Raihan melepas atribut yang dipakai sebagai petugas di ruang OSIS. Setelah itu, dia melangkahkan kaki dengan gontai menuju kelas. Setiap hari setiap jam pertama, akan ada kelas khusus perwalian.

"Selamat pagi anak-anak," sapa pria paruh baya yang sudah beristri dan beranak dengan ramah. Pria itu bernama Dayat, dia selaku wali kelas XI IPA 2.

You're not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang