Part 5 | Secret

14 5 0
                                    

-
-
-

Kriiiiing!

Seluruh siswa beramai-ramai memasuki kelasnya masing-masing. Yang baru saja datang, langsung lari terbirit birit seakan dikejar anjing kelaparan. Pak Satpam gagah didepan sana sudah menutup gerbang dengan sangat rapat. Sekarang waktu minum kopi dan bersantai untuknya.

Seperti disulap, kini suasana disetiap lorong, koridor, dan kantin sudah menjadi sepi. Tidak ada seorang pun siswa maupun siswi yang berlalu lalang, semuanya telah masuk kelas dan mendengarkan kajian dari guru. Begitupun dengan kelas 11C, kelas yang terletak paling ujung ini, tengah membahas sebuah kehidupan didalam pelajaran Biologi.

Sangat tenteram di koridor depan kelasnya, namun didalam, seakan Toserba yang berubah menjadi mesin penawaran berada disana. Keterangan dari guru yang bermodal suara dipadukan dengan kerasnya suara murid yang entah membicarakan apa.

Frey memilih menghadap ke jendela kaca sampingnya, dimana menampilkan sebuah jalan raya yang penuh dengan kendaraan.

Tok! Tok! Tok!

Guru perempuan berambut cepol didepan kelas mengetuk meja dengan penghapus papan tulis. Semuanya teralihkan, namun tidak dengan Elvan, cowok itu bahkan masih sibuk dengan dunia mimpinya. Tidur dikelas memang sudah menjadi kebiasaannya.

"Saya absen dulu, semua diam!" perintah guru Biologi.

"Baik Bu!"

Wanita berjas biru tua didepan kelas telah duduk manis di bangkunya, ia buka buku absensi yang sudah tersedia diatas meja, lalu mulai mengabsen. "Pusya,"

Pusya mengangkat tangan.

"Rayna,"

"Hadir Bu!" jawab Rayna, lalu melanjutkan berpacaran dengan Aksan.

"Reynan,"

"Ada kegiatan osis Bu!" ujar Aldo.

Kini sampai pada absensi terakhir. "Larisa?"

Tidak ada yang menjawab, tampaknya gadis ber-surai legam itu tidak ada didalam kelas. Entah kemana perginya. Atau mungkin Larisa terlambat datang ke sekolah?

-

Gadis bersepatu putih dengan tiga garis hitam disisi samping itu terus berlari. Melewati setiap orang yang berlalu lalang disepanjang trotoar, dengan nafas yang memburu. Tidak sedikit pundak pekerja atau pejalan kaki yang ia senggol. Namun mau bagaimana lagi? Memiliki adik laki-laki yang sangat jahil adalah penyebabnya. Reano memang sengaja mematikan Alarm jam weker dikamar Larisa semalam. Sehingga membuat gadis cantik ini bangun kesiangan.

Saat bangunan tinggi SMA Regis sudah semakin dekat, Larisa mempercepat langkahnya. Tas putih bagian bawah terus bertabrakan dengan pantatnya. Menghasilkan bunyi aneh yang dipadukan dengan derap langkah.

Sangat sial, percuma saja kedua kaki jenjang itu mengeluarkan tenaga untuk berlari. Karena kenyataannya, Larisa memang sangat terlambat. Bahkan jam sudah menunjukkan pukul 8. Gerbang utama Regis pun sudah tertutup rapat tidak menyisahkan cela sedikit pun.

Ting! Ting! Ting!

Bolpoin hitam milik Larisa sengaja ia ketok-ketok dengan salah satu jeruji besi gerbang besar dan tinggi itu. Berharap Satpam mendengar, dan menghampirinya.

"Ada apa? Kamu sudah terlambat," ujar Pak Satpam berkumis yang tiba-tiba muncul dihadapan Larisa, tentu saja dengan gerbang diantara keduanya.

"Eh, Pak udah telat ya?" tanya Larisa.

"Udah,"

"Buka dong Pak, aku mau masuk nih!" titah Larisa dengan nada emosi, mencoba membuat Satpam itu takut dan membukanya.

DARKSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang