Author Pov
Di kediaman keluarga Brawijaya. Di sebuah ruang keluarga, terdengar canda tawa yang terlihat sangat bahagia.
Aqeela Pov
"Bang, ihh! Geseran dikit yaelah. Ribet banget si lo! Sonoan dikit, gue mau jatoh nih!" Omel gue ke bang Rey, karena dia dari tadi geser-geser mulu ke gue. Gak tau kali yah kalau sedikit lagi gue jatuh dari sofa. Sialan emang.
"Yaelah, dek. Ribet tau gak lo!" ucap Rey.
Biadab! Gue dibilang ribet. Gak nyadar apa dirinya sendiri yang ribet.
"Situ yang ribet!" balas gue cetus.
"Diem deh, dek! Gue lagi asik nih main gamenya, jangan ganggu," kesal Rey.
Sedangkan Mama dan Papa ngeliat gue sama bang Rey, hanya geleng-geleng kepala.
"Bang! Ah, sonoan. Sempit tau," ucap gue. Itu salah satu trik buat mengacaukan dia bermain game.
"Ish! Diem dek. Gue lagi fokus nih." Segitu serunya kah game itu? Pas gue deketin kepala gue sedikit buat mengintip game apa yang sedang di mainkan Rey.
Dan ternyata, dia lagi Mabar. 'Cih! Gue gangguin ah biar kalah,' cekotehku dalam hati.
Gue mengoyang-goyangkan badan Rey biar goyang dumang. Eh, bukan, biar dia kalah main game. Dan, yap! Berhasil! Dia sepertinya kalah. Karena dia langsung menatapku horor. 'Hihi, alama, bang Rey marah! Mending kabur ah,' gerutuku dalam hati.
"Qeela, sini lo! Tanggung jawab, gue kalah maen gamenya sialan. Sini lo! Jangan lari," teriak Rey.
Gue lari ke kamar ternyata lelaki yang sedang memuncak emosinya itu mengejar gue. Mana larinya kencang. 'Alama, ketangkep ini gue,' ucapku di sela-sela gue berlari. Dan yap, benar saja, gue tertangkap. Sialan, Dewi Fortuna sepertinya lebih berpihak ke bang Rey.
Hap
"Nah, ketangkep kan lo, mau kemana lo? Huh? Tanggung jawab, lo udah buat gue kalah."
Gue di suruh tanggung jawab masa?
"Ish, gue gak ngapa-ngapain anak orang. Ngapain juga gue harus tanggung jawab, bang?" tanya gue sok polos dan benar saja abang gue mukanya kesel gitu.
"Bego! Maksud gue tanggung jawab karena lo udah bikin gue kalah," ucap Rey.
"Yaelah, ikhlasin aja sih bang. Lagian lo minta tanggung jawab ke gue, ngapain coba? Lo nyuruh gue menangin tuh game yang lo mainin juga percuma. Gue gak ngerti caranya," jelas gue sambil membujuk Rey agar tidak meminta tanggung jawab gara-gara kejahilan gue.
"Ish, yaudah. Iya, kali ini lo menang."
"Em, bang! Gue pengen sekolah lagi deh!" Ucapan gue sukses membuat Rey kaget.
Pasalnya, gue kan udah lulus dan punya perusahaan sendiri. Nomor 1 di dunia lagi.
"Lo bercanda kan, de? Ngapain coba lo sekolah lagi." Rey mencoba memastikan apa yang gue ucapin itu benar atau tidak.
"Hais. Gue serius bang, gue bete di rumah. Lagian ketiga sahabat gue kan masih sekolah, gue masih pengen ngumpul sama mereka. Loh kan tau gue langkah kelas karena kepintaran gue, jadi gue pengen sekolah lagi bang. Bosen gue kalo gini-gini terus," jelas Aqeela.
"Huh, yaudah, terserah lo dek. Gue yakin Mama, Papa, ngijinin ko buat lo sekolah lagi. Tapi, gimana kalau keluarga kandung lo ngenalin lo. Kan yang kita tau sekarang mereka lagi nyari keberadaan lo dek! Gue takut lo ketahuan dan di ambil sama mereka."
Yah, Rey takut kalau gue sampai sekolah, pasti keluarga kandung gue bisa nemuin keberadaan gue.
"Gue tau ko bang, apa yang harus gue lakuin. Lo tenang aja dan gue mau bilang Mama, Papa dulu ya bang," ucapku seraya menenangkan Rey yang khawatir jika gue sekolah lagi.
Gue beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar menuruni tangga menuju ke ruang keluarga, dimana di sana masih ada kedua orang tua angkat gue.
Gue duduk di depan mereka sambil menatapnya bergantian.
"Kenapa sayang? Kayaknya ada yang mau di omongin sama kamu," tebak Papa.
"Iya Pa, Aqeela mau minta izin buat sekolah lagi," jawabku dengan bisa melihat langsung ekspresi kedua orang tua gue yang kaget mendengar ucapan gue barusan.
"Kamu mau sekolah lagi sayang? Apa itu gak bahaya? Gimana kalau keluarga kandung kamu menemukanmu sayang? Mama gak sanggup kalau kamu harus meninggalkan kamu."
Aqeela tersenyum, "Em, tenang aja Ma, Aqeela udah ada cara suapaya Aqeela gak ketahuan sama mereka," ucapku berusaha meyakinkan mereka.
"Emang cara lo itu apa dek?" tanya Rey yang baru saja dateng dan langsung duduk di samping gue.
"Aqeela bakalan sekolah di sekolah punya Naya dan Naya akan menjadi...!
"...."
A/N