Siblings

69 11 21
                                    

"Mama pulang!" Aku meletakkan kresek berisi belanjaan di meja makan. Tak lama kemudian, dua orang bocah berlari ke arahku. Kedua nya kompak menjulurkan kedua tangannya ke arahku.

"Mamaa, mana punya abang?"

"Mama, punya adek?"

Aku meraih dua batang cokelat di antara belanjaan dan menyerahkannya kepada kedua bocah kesayanganku.

"Yang cokelat punya abang, yang putih punya adek ya." Aku menyerahkan ke masing-masing tangan.

"Terimakasih ma!"

Yang kecil melirik abangnya, lalu tiba-tiba merengek.

"Mama, mau yang itu..." Rengek nya sembari menunjuk yang cokelat. Sedangkan abangnya menggeleng, "Ini punya abang, adek kan udah ada sendiri."

Kemudian rengekan yang lebih kecil menjadi-jadi. Sedang yang besar enggan mengalah.

"Bang? Ngalah dulu ya sama adek? Abang yang putih aja gimana?"

"Yaudah, ambil adek aja, abang gausah!" Yang besar meletakkan cokelat itu dengan kasar, lalu pergi meninggalkan kami sembari menekuk wajahnya, kesal.

"Dek... Adek ngga boleh kayak gitu." Aku mengambil yang kecilㅡZhiyuan, ke gendonganku.

"Kan abang pesan yang itu, adek pesan yang ini." Aku menunjuk cokelat itu bergantian.

"Lain kali adek harus ambil pesanan adek , ngga boleh ambil pesanan abang. Yah?" Zhiyuan merengut kecil, lalu mengangguk.

Lalu aku menurunkannya dan mendudukkan nya di sofa, "Mama ke kamar abang dulu ya." Lalu aku beranjak dari sofa menuju kamar yang besarㅡYaowen.

"Bang?" Aku membuka pintu perlahan, mendapati anak sulungku itu duduk membelakangiku. Aku tersenyum kecil.

Usia Yaowen dan Zhiyuan hanya selisih 3 tahun, Zhiyuan 3 tahun dan Yaowen 6 tahun. Perselisihan kecil semacam itu memang tak bisa dihindarkan.

Seringkali memang Yaowen yang mengalah, tapi terkadang aku juga tidak tega. Yaowen juga masih cukup kecil untuk terus-terusan mengalah. Aku takut dia berpikir jika dia tidak disayangi lagi nanti.

Kuhampiri putraku yang masih membelakangiku itu.

"Bang Wen?" Aku duduk di sampingnya dan mengusap kepalanya lembut.

"Abang marah ya sama mama?"

"Nggak."

"Yang bener? kalau ngga marah masa engga mau lihat ke arah mama..."

Dia menghembuskan napas nya kesal.

"Tapi kan itu punya abang ma, masa dikasih ke adek juga. Mama pasti ga sayang sama abang, mama sayang nya sama adek aja." Dia membalikkan badan dan menunjukkan wajah yang ditekuk, mempoutkan bibirnya. Membuatku gemas.

"Eh? Siapa yang bilang mama cuma sayang adek? Mama juga sayang kok sama abang."

Aku menarik Yaowen ke pangkuanku dan kembali mengusap surainya perlahan.

"Adek masih kecil, mungkin dia pengen ngerasain juga kaya mana punya abang, tapi adek masih belum paham. Mama juga udah kasih tau ke adek lain kali ga boleh ambil punya abang."

"Gimana kalau kita beli lagi? Abang mau?" Yaowen menggeleng pelan.

"Gausah ma, engga papa kok."

Aku tersenyum, lalu mengusak rambutnya pelan. "Kebetulan mama mau belanja yang lain juga, gimana? mau?" Tuturku kepada Yaowen yang langsung ditanggapi anggukan semangat.

"Mau deh ma." Senyumnya pun mengembang di wajahnya, aku hanya mampu terkekeh melihatnya.

"Yaudah, nanti tunggu papa pulang kita pergi sama-sama ya." Ucapku kembali disambut dengan anggukan antusiasnya.

Dia begitu lucu sekali, aku bersyukur telah memilikinya dan Zhiyuan.

"Abang..." Tak lama setelah berbincang, sang adik pun masuk, membawa dua batang cokelat yang ternyata belum dimakan olehnya.

"Ini punya abang, adek minta maaf ya?" Zhiyuan mengulurkan cokelat itu sembari menunduk takut; mungkin takut Yaowen masih marah kepadanya.

Lalu Yaowen mengambil cokelat itu, dan dengan sigap memeluk Zhiyuan dan menaruh Zhiyuan dipangkuan nya.

"Iya, abang maafin." Jawab Yaowen membuat Zhiyuan yang tadinya menunduk menjadi mendongakkan kepalanya menatap Yaowen senang.

Sedangkan aku, hanya bisa tersenyum melihat interaksi kedua putraku yang menggemaskan.

Fin.

.
.
.

Haloo, jadi ini fic oneshoot pertamaku. Hope you like it♡

SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang