Wu Yifan itu seorang pelukis. Belum bisa di katakan senior karena usianya masih sangat muda, orang berpikir Wu Yifan adalah sosok sang Ayah yang bersembunyi di balik kanvas. Bakat melukisnya di turunkan dari sang Ayah yang kini sudah tiada, tanpa ia tau juga jika sang Ayah menggunakan namanya di setiap lukisannya. Ia terkenal bahkan sebelum memulai debutnya.
Park Chanyeol, pemuda manis satu ini memimpin sebuah Hotel mewah di tengah ibukota. Pemuda Park itu baru saja menjabat menjadi pemimpin beberapa Minggu lalu, banyak hal yang sudah di lakukan pemuda Park itu. Perubahan dekorasi dan penurunan harga makanan di restoran hotel, hal itu berguna untuk menarik para pengunjung yang datang untuk makan di sana. Dan di Minggu ketiga bulan ini, ia ingin membuat gallery seni.
Seni mencakup banyak hal dan Chanyeol berusaha memenuhi kebutuhan gallery seninya yang akan di buka bulan depan. Ia sudah melakukan teken kontrak dengan salah satu pemahat terkenal untuk memajang hasil pahatan si seniman.
Seni photograph, tidak hanya satu orang yang Chanyeol ajak untuk memamerkan karya seni seniman, ia ingin para pengunjung tau jika Korea memiliki keindahan dalam bidang seni.
Terakhir, seni lukis. Sejujurnya ia tidak terlalu tertarik dengan seni lukis, ia menyukai seni photography sejak usia dini. Bisa di katakan Chanyeol buta dalam hal itu, ia tidak tau seniman mana yang harus ia ajak kerja sama. Ada begitu banyak nama seniman yang di berikan sekretarisnya tapi satupun tidak ada yang Chanyeol kenal. Tidak ada sama sekali.
"Bisa kau memberiku saran?" Gadis cantik dengan postur tubuh kecil itu terlihat berpikir. Usia mereka terpaut lima tahun tapi si gadis cantik itu tidak terlihat tua sama sekali. "Aku tidak tau karya seni yang mereka buat, aku bahkan tidak tau wajah mereka." Chanyeol mendesah lelah, seharusnya ia tidak membuat pilihan gegabah seperti ini. Sudah ia duga ia belum siap untuk memimpin Hotel.
"Ah! Tapi pelukis ini tidak berasal dari Korea tuan."
"Lanjutkan."
"Namanya Wu Yifan, beberapa tahun lalu dia menghilang dan sekarang kembali muncul." Gadis itu membuka ponselnya, mengetik sesuatu di atas papan keyboard setelah itu memberikan ponselnya pada Yifan. "Sebelumnya ia hanya bersembunyi di balik kanvas, lalu sekarang dia muncul entah darimana. Beberapa karya seninya menjadi bahan perbincangan karena sejak dulu hingga sekarang ciri khas si pelukis tidak menghilang."
"Kau yakin dia orangnya?" Gadis itu mengangguk. "Dia tidak terlihat tua sama sekali, apa ada ramuan awet muda?" Karena jujur saja, semenjak bekerja Chanyeol merasa dirinya semakin tua dengan cepat. Berkutat dengan tumpukan berkas, menghadiri rapat, dan lain sebagainya membuat rambutnya berubah putih dalam waktu singkat. Ia tidak ingin tua sebelum waktunya. Ia bahkan belum memiliki kekasih!
"Sebenarnya banyak yang mempertanyakan hal itu, tapi tidak ada klarifikasi dari si pelukis." Chanyeol menganggukkan kepalanya. "Tapi melihat ciri khas yang tidak pernah hilang itu menjadikan bukti jika dirinya memang pelukis yang sama." Chanyeol kembali menganggukkan kepalanya.
"Kira-kira bisa kau menghubunginya dan membuat janji temu dengannya?"
"Ya, tentu."
"Baiklah, jika sudah selesai beritau aku."
Setelah itu gadis cantik itu hanya mengulas senyum, sarannya di terima dengan baik. Ia mengambil kembali ponselnya, membungkuk hormat sebelum melenggang keluar dari ruangan besar sang bos.
"Mm, Irene-ssi." Chanyeol menghentikan langkah kaki gadis itu. "Bisa kau cari karya-karyanya? Aku tidak ingin terlihat bodoh saat bertemu dengannya nanti."
"Tentu, tuan."
Title: Artist in Love
Pairing: KrisYeol
KAMU SEDANG MEMBACA
Artist In Love -KrisYeol- (END)
Fanfiction"Kau sudah makan?" "Belum." "Aku mengundang mu makan malam bersama ku, jika kau tidak keberatan." "Tentu saja tidak! Aku akan meminta Irene menyediakan tempat di restoran." "Tidak, aku mengundangmu ke kamar ku. aku sudah menyiapkan beberapa makan...