9. Girl's Time

109K 8.1K 51
                                    

Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak tissu yang aku habiskan untuk menangis sejak semalam. Sekarang sudah hampir sore dan belum ada makanan yang masuk keperutku. Aku harus segera bangun dan makan kalau tidak mau maagku kambuh. Tapi rasanya badanku terus menolak dan lebih memilih tergelepar di kasur sambil menatap langit-langit kamar.

Akibatnya kenangan bersama Reynan muncul dan terus berputar memenuhi kepala. Aku hanya bisa bermonolog pada diri sendiri mengatakan semua akan baik-baik saja dan dengan segera akan melupakan dia, tapi sedetik kemudian aku malah menangis terisak merindukan kehadirannya. Dan tololnya pemikiran ku ini malah terus terjadi berulang, pantas saja banyak orang patah hati berakhir di rumah sakit jiwa.

Suara ketukan pintu memaksaku bangkit, dengan langkah pelan aku menuju pintu untuk membukanya.

"Mbak Eri, Friska" tentu aku kaget sejak dua tahun kita sekantor sekalipun mereka belum pernah datang ke kost ku sampai masuk kamar, biasanya mereka hanya di depan gerbang untuk menjemput atau mengantar pulang kalau aku sedang tidak membawa mobil.

"Kita habis jalan disekitar sini jadi iseng aja mampir. Nih gue bawain pasta kesukaan lo." Friska nyelonong masuk sebelum kupersilahkan.

"Muka lo kenapa Han, ini juga mata kenapa bisa bengkak banget gini?" tanya Mbak Eri.

Sementara Friska yang sejak tadi fokus meneliti keadaan kamar langsung beralih menatap mukakau.

"Lo kenapa Han?" tanya Friska dengan nada panik.

"Gue nggak papa, duduk dulu gih gue ke kamar mandi bentar." Ucapku sambil berlalu meninggalkan mereka yang keningnya berkerut penuh tanya.

Setelah masuk kamar mandi aku tidak bisa menahan pekikanku saat melihat pantulan diriku di cermin. Rambut berantakan, mata bengkak berwarna hitam dan juga muka kuyu seperti nggak tidur setahun. Sepertinya aku emang enggak cocok patah hati.

Setelah geratakin semua peralatan makeup ternyata aku tetap tidak mampu menyembunyikan keadaan muka dan mata ku yang bengep ini. Akhirnya kuraih kaca mata berbingkai tebal yang sepertinya bisa jadi senjata terakhir menyamarkan semuanya.

"Lo ada masalah sama siapa Han? cerita kek sama kita." Ucap Friska sembari mengelus punggungku.

Diperlakukan begitu membuat pertahananku langsung runtuh. Dan akhirnya sambil terisak ku ceritakan semua pada mereka, lengkap mulai dari awal bertemu sampai penyebab berakhirnya hubunganku. Hanya saja nama Reynan tidak aku sebut karena aku merasa kalau semua akan lebih mudah kedepanya toh hubungan ini juga sudah berakhir jadi jati diri siapa pacarku sudah tak penting lagi.

Hampir setengah jam aku berbicara tanpa jeda, Mbak Eri dan Friska mendengarkan dengan sesekali mengganguk tanda paham.

"Jelas sih ini kayaknya pac—mantan pacar lo belum move on dari mantannya bahkan sejak awal dia mulai berhubungan sama lo.'' Ucap Mbak Eri.

"Maksud lo dari awal dia nggak cinta sama Jihan?" tanya friska.

"Bukan gitu, tapi dari awal ada sebagian hati dia yang memang masih diisi mantannya. Dia cinta sama Jihan tapi nggak sepenuhnya."

"Harusnya sih lo tahu alasan mereka dulu bubar, atau seengaknya pas bulan lalu lo pergokin dia pelukan sama mantannya lo bener tegesin gimana hubungan mereka sebenarnya. Sayangnya lo nganggep itu nggak penting buat kalian obrolin jadi ya gitu bukannya nyelesein masalah malah kesannya menghindari masalah. Yang kayak gini cuma jadi bom waktu aja di hubungan kalian dan akhirnya tadi malam bom waktu itu meledak." Ucap Friska kemudian.

"Dan gue juga nggak setuju tentang konsep pacaran yang menganggap three little words nggak penting buat dinyatakan. Karena menurut gue itu pondasi awal sih," sambung Friska lagi.

"Tapi mau gimanapun juga cowok nggak setia wajib kita buang sih apapun alasannya." Aku mengangguk menyetujui apa yang dikatakan Mbak Eri. Kita semua punya dua pilihan mau setia atau mau selingkuh. Selingkuh itu pilihan bukan kesalahan yang bisa dimaafkan. Apalagi dia tahu tentang sebenci apa aku dengan perselingkuhan.

"Tapi apapun itu, lo harus bersyukur Han lepas dari cowok model begitu. Banyak diluar sana yang jauh lebih baik dari mantan lo, percaya sama gue." Kali ini ucapan Friska ku angguki dengan mantap.

Friska kembali berucap "Nangis-nangis gini bukan gaya lo banget han, lo tu cewek ter classy yang pernah gue kenal."

"Gue nggak nyuruh lo cepet-cepet lupain dia cuma kalau kata gue dia nggak pantes lo tangisin sampai segininya." Ucap Mbak Eri lagi.

Aku mengangguk dan tersenyum untuk pertama kalinya sejak semalam. Ada perasaan lega setelah ngobrol dengan mereka berdua. Kalau diingat selama dua puluh tahun aku hidup ini pertama kalinya aku seterbuka ini dengan teman wanitaku. Aku memang tidak pernah punya teman dekat sejak dulu.

"Makasih ya Fris, Mbak Eri udah mau dengerin curhatan gue. sekarang gue jadi malu sama kalian," cicitku.

"Enggak usah malu lah han. Patah hati dan nangis itu manusiawi."

"Cuma ya besok lagi jangan pas patah hati doang ngomong ke kita, pas seneng-seneng jadian jangan lupa kabarin trus kasih traktiran," kami bertiga akhirnya tertawa.

Aku cuma perlu waktu, tidak usah terlalu dipaksain untuk cepat-cepat move on. Yang paling penting sekarang adalah berhenti menangis. Aku juga harus bersyukur karena sekarang ada Friska dan Mbak Eri jangan lupa juga Mas Erza. Mereka tiga orang yang selama ini sebenarnya tulus mau berteman denganku hanya saja aku selalu membuat benteng tinggi sebagai pembatas. Hal yang terjadi dimasalalu membuatku melakukan itu semua. Tapi setelah ini sepertinya benteng itu mulai aku runtuhkan.

*******

Setelah Mbak Eri dan Friska pulang aku memutuskan untuk tidur. Setelah melakukan ritual sebelum tidur kurebahakan diriku di kasur, selimut sudah ku pasang tapi tiba-tiba aku mendengar bunyi notifikasi yang kusetel khusus dari ponselku.

Pak Adnan
Jenja?
Saya di depan gerbang kost kamu.

Lah stess dia ini malam senin banget ngajakin clubbing. Belum sempat aku mengetik balasan penolakan tiba-tiba ada chat masuk lagi.

Pak Adnan
Saya lagi patah hati, temani saya minum.
Kemarin saya sudah temani kamu.

Jihan namira
Saya siap-siap sebentar.

Kesempatan melihat Pak Adnan galau tidak boleh dilewatkan begitu saja, apalagi dia bilang kalau sedang patah hati.

Berita ini bakal jadi trending topik lambe lambean kantor besok pagi, mungkin saja setelah nanti Pak Adnan mabuk dia akan meracau dan aku bisa dapat banyak bahan gosip yang bisa ku bagi dengan tiga teman satu divisiku anggap saja sebagai awal mula pertemanan yang lebih akrab dengan mereka. Aku terkikik geli dengan semua pikiran yang ada di otakku barusan.

Warm Hug Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang